Semenjak mendengar apa yang dikatakan oleh Xavier, Amora memilih untuk mengurung diri dalam kamar yang memang ia tempati sendiri. Ia masih tidak mau menerima apa yang dikatakan oleh Xavier, mengenai pola tanda kepemilikan yang ditinggalkan oleh Xavier pada leher Amora saat ini. Semakin tidak bisa menerima, saat para siluman yang menjadi pengikut setia Xavier berkata jika Amora harus segera menjalankan tugasnya sebagai seorang Pengantin Amagl. Menurut mereka, Amora sudah ditakdirkan untuk menjadi istri Xavier dan memiliki tugas untuk melahirkan keturunan bagi Xavier, serta mendampingi Xavier untuk mempersiapkan kebangkitan kaum Amagl. “Memangnya aku ini apa? Seenaknya mereka memaksaku untuk menikah dengan Amagl terkutuk!” gumam Amora merasa sangat frustasi.
Jelas itu sangat tidak bisa diterima oleh Amora. Karena sejak awal, Amora menganggap Xavier sebagai sosok yang sangat berbahaya. Meskipun selama perjalanan melewati hutan dan jalur berbahaya, Xavier selalu melindunginya bahkan memberikan perhatian dalam sikap dinginnya, tetapi Amora tetap tidak bisa mengubah penilaiannya. Xavier adalah Amagl yang dikutuk dan dihukum tidur panjang selama ribuan tahun. Mana mungkin Amora mau menikah dengan sosok jahat yang menghancurkan kaumnya sendiri seperti dirinya? Siapa pun yang masih memiliki akal sehat, pasti akan secara alami memilih untuk menjauh dari sumber bahaya. Itulah yang saat ini tengah dirasakan oleh Amora. Di kala seperti ini, kerinduan Amora pada kedua orang tuanya menjadi semakin besar. Amora ingin kembali ke masa lalu dan hidup dengan baik bersama mereka.
Kening Amora mengernyit saat tiba-tiba jendela kamarnya terbuka lalu angin berembus kuat. Sedetik kemudian, Amora melihat seekor kelinci putih sudah berada di atas ranjang yang tengah ia duduki. Jelas Amora terkejut. Mengapa tiba-tiba bisa ada kelinci di kamarnya. Terlebih, kelinci tersebut terlihat sangat manis dengan bulu putih bersih yang terlihat begitu halus dan tebal. “Kenapa kau bisa di sini?” tanya Amora dengan nada manis, sembari berniat untuk menyentuh bulu kelinci tersebut.
Namun, kelinci itu menatap netra hijau milik Amora dan berkata, “Saya adalah utusan Penyihir Putih.”
Jelas Amora berjengit dan melompat dari ranjang, merasa sangat terkejut karena melihat kelinci lucu yang bisa berbicara. Meskipun ini bukan kali pertama Amora melihat siluman, tetapi Amora masih saja belum terbiasa. Jantungnya masih saja berdegup dengan kencangnya saat berhadapan dengan situasi di luar nalar. “Kau siluman?! Untuk apa kau masuk ke dalam kamarku? Apa memang semua siluman tidak mengetahui sopan santun?” tanya Amora tajam.
“Nona, aku hanya datang untuk mengantarkan pesan. Penyihir Putih ingin aku menyampaikan pesannya. Ia berkata, jika ada sesuatu yang ingin ia bicarakan dengan Nona secara langsung. Sesuatu yang berkaitan dengan hubungan Nona dan Tuan Xavier, serta kebenaran mengenai masa lalu yang membentuk sejarah. Bukankah itu yang ingin Anda ketahui? Tentu saja pembicaraan ini akan berlangsung di tempat terbuka, agar Nona bisa merasa lebih nyaman,” ucap kelinci pembawa pesan tersebut.
Sedikit banyak, Amora merasa terkejut mengenai perkataan kelinci pembawa pesan yang menyebutkan kebenaran mengenai masa lalu dan sejarah. Hal itu memang tengah mengganggu pikiran Amora, tentu saja ditambah dengan masalah dirinya yang harus menikah dengan Xavier. Namun, Amora tengah tidak mau ke luar dari kamarnya. “Aku tidak mau bertemu dengan para siluman, apalagi dengan Xavier. Kalian semua pasti akan berusaha untuk menipuku dengan semua kebohongan yang kalian rangkai,” ucap Amora.
“Nona tidak perlu mencemaskan hal itu. Saat ini, semua orang tengah sibuk dan tinggal Nona yang berada di rumah ini. Jika Nona bersedia berbincang dengan Penyihir Putih, saya akan menuntun jalannya.”
Amora menggigit bibirnya, merasa ragu dengan keputusan yang harus ia ambil. Meskipun Amora tidak pernah mendengar kisah mengenai Penyihir Putih di kuil, tetapi sosoknya sangat dihormati oleh para pengikut Xavier. Hal itu sudah membuktikan jika Penyihir Putih memiliki kedudukan tinggi dan posisi yang patut dihormati. Mungkin saja, Penyihir Putih memang memiliki jawaban dari rasa penasaran dan semua pertanyaan yang ia miliki. Namun, di sisi lain, Amora tidak yakin dengan apa yang akan dikatakan oleh Penyihir Putih. Saat ini, Amora tidak bisa percaya pada siapa pun. Apalagi dirinya dikelilingi oleh para siluman yang dikenal dengan tipu muslihat mereka. Tidak menutup kemungkinan, bahwa Penyihir Putih pun akan mengatakan sesuatu yang sebenarnya ia gunakan untuk menipu Amora.
“Nona, Anda tidak perlu merasa ragu. Penyihir Putih adalah pembawa pesan dari alam. Ia tidak mungkin mengatakan kebohongan, karena mengatakan kebohongan sama saja dengan mengakhiri kehidupannya. Kebohongan, adalah racun bagi Penyihir Putih,” ucap kelinci putih saat melihat Amora terlihat ragu dengan keputusan yang ia ambil.
“Be, Benarkah?” tanya Amora masih terlihat tidak percaya.
“Benar. Ia tidak bisa mengatakan kebohongan. Jadi, Anda bisa memercayai apa pun yang dikatakan oleh Penyihir Putih, Nona,” jawab kelinci putih itu lagi.
Mendengar hal itu, Amora pun mengatur napasnya sebelum mengangguk. “Baiklah. Antarkan aku ke tempat Penyihir Putih,” ucap Amora dengan berani mengambil keputusan.
***
“Apa saya membuat Anda menunggu terlalu lama?”
Amora pun segera menoleh ke sumber suara, dan melihat Penyihir Putih yang menghampirinya. Kini, Amora tengah berada di sebuah bukit, lebih tepatnya di bawah pohon rindang yang membuat suasana menjadi lebih teduh. Tentu saja, Amora datang ke tempat ini setelah menjadikan kelinci putih utusan Penyihir Putih sebagai penunjuk jalan. Begitu tiba di tempat ini, kelinci putih tersebut menghilang begitu saja, dan tak lama Penyihir Putih pun muncul menyapa Amora. Amora menatap Penyihir Putih dan bertanya, “Jadi, apa yang ingin Anda katakan pada saya?”
“Nona tidak perlu berbicara formal pada saya. Karena pada dasarnya, saya adalah seseorang yang mengabdikan diri pada alam dan harus membantu Amagl Agung serta Pengantin Amagl untuk menjaga keseimbangan dunia manusia dan dunia Savyrh. Dengan kata lain, Anda memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada saya.”
“Tapi aku bukan Pengantin Amagl,” tampik Amora masih tidak mau menerima apa yang sudah ia ketahui.
Penyihir Putih yang mendengarnya pun tersenyum tipis. “Nona, Anda sendiri pasti sudah mendengar dari pembawa pesan, jika saya tidak bisa berbohong. Jika saya mengatakan kebohongan, maka saya akan mati. Kebohongan adalah musuh terbesar bagi kami para pembawa pesan alam. Begitu saya mengatakan kebohongan, maka darah yang mengalir dalam tubuh saya akan terkontaminasi racun dan membuat saya mati saat itu juga,” ucap Penyihir Putih.
“Jadi maksudmu, apa yang kau katakan mengenai statusku sebagai Pengantin Amagl itu memang benar adanya?” tanya Amora setelah menyimpulkan apa yang sudah dikatakan oleh Penyihir Putih padanya.
“Anda menyimpulkannya dengan tepat,” ucap Penyihir Putih sembari mendongak menatap dedaunan pohon yang lebat.
Amora mengernyitkan keningnya. Meskipun terdengar begitu meyakinkan, tetapi Amora masih saja belum bisa menerima hal itu. Rasanya ada yang sangat janggal di sini. Jelas-jelas, mereka semua siluman termasuk Penyihir Putih mengatakan jika mereka adalah pengikut setia dan hanya melayani Amagl Agung. Namun, hal yang Amora ketahui adalah, Xavier bukanlah Amagl Agung. Ia malah Amagl yang dikutuk hingga harus tidur panjang. Jika benar Amora adalah Pengantin Amagl, seharusnya Amora tidak menjadi pendamping Xavier, tetapi menjadi pendamping Xavion yang bahkan belum pernah Amora lihat wujud aslinya. Jadi rasanya, semua ini tidak bisa diterima oleh Amora karena tidak sesuai dengan apa yang ia ketahui.
“Nona, tidak selamanya apa yang kita ketahui dan kita anggap benar, memanglah hal yang benar,” ucap Penyihir Putih membuat Amora tersadar dari dunianya sendiri.
Amora sadar, jika Penyihir Putih sudah mengetahui apa yang dipikirkan olehnya. Amora mencoba untuk menganggap hal itu wajar, karena tahu jika Penyihir Putih memiliki sihir besar yang tentu saja sangat mudah baginya membaca pemikiran manusia biasa seperti Amora. “Itu memang benar. Tapi sejak kecil, aku dan rakyat kekaisaran Bonaro lainnya, meyakini satu hal. Bahwa Amagl Agung yang kami percayai hanyalah Amagl Agung Xavion yang melindungi kekaisaran kami sejak berabad-abad lamanya. Jika memang benar aku adalah Pengantin Amagl yang kau maksud, bukankah seharusnya aku tidak menjadi pendamping Xavier? Karena dia bukanlah Amagl Agung. Dia adalah Amagl terkutuk,” ucap Amora.
Lagi-lagi, Penyihir Putih pun tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Amora. Pada dasarnya, Amora memang seorang gadis yang cerdas. Ia sudah terbiasa memikirkan sebab dan akibat dari sebuah permasalahan. Penyihir Putih yakin, jika Amora dididik dengan sangat baik oleh kedua orang tuanya sejak kecil. Penyihir Putih menatap netra hijau Amora yang mengingatkannya pada hutan dunia Savyrh yang indah. “Nona, sadar atau tidak, Anda sebenarnya sudah meragukan kebenaran yang selama ini sudah Anda yakini,” ucap Penyihir Putih membuat Amora tersentak.
Karena apa yang dikatakan Penyihir Putih memang benar adanya. Selama ini, Amora berusaha mengabaikan apa yang ia pikirkan tersebut. Mengenai keraguannya akan sejarah dan kebenaran yang selama ini selalu diingatkan oleh para pendeta pada ceramah di kuil suci. Keyakinan Amora mengenai Amagl Agung yang selama ini melindungi kekaisaran dan orang-orang yang ia kasihi mulai goyah, saat Amora mengenal dan melihat Xavier dari dekat. Amora mengepalkan kedua tangannya. Ia benar-benar bingung sekarang. Penyihir Putih yang melihat kebingungan Amora pun bertanya, “Apa Nona masih ragu?”
“Bukan hanya ragu, tetapi aku tidak mengerti. Rasanya pikiranku terlalu kacau. Aku bingung membedakan mana yang benar dan mana hal yang salah. Semuanya terasa rancu bagiku,” ucap Amora.
“Semuanya akan ada waktunya, saya tidak bisa menceritakan dan menjelaskannya saat ini juga. Karena untuk saat ini, saya hanya perlu meyakinkan Anda perihal takdir Anda sebagai Pengantin Amagl. Karena itulah, saya akan menunjukkan senandung takdir yang terekam oleh alam. Percayalah Nona, Alam tidak pernah berbohong pada siapa pun. Alam adalah hal paling jujur di dunia ini. Ketika dia sedih dia menangis. Ketika sia terluka, dia meraung, dan ketika dia senang akan ada tawa serta kebahagiaan yang menyebar.”
Setelah mengatakan hal tersebut, Penyihir Putih itu pun menghentakkan tongkat yang ia bawa pada tanah. Lalu seketika semua hal yang berada di sekeliling mereka berhenti bergerak, seakan-akan waktu mereka memang telah dihentikan. Hal itu dibuktikan dengan daun yang berjatuhan melayang di udara, sama sekali tidak jatuh ke atas tanah. Amora yang melihat hal itu seketika menatap Penyihir Putih yang masih terlihat tenang. Penyihir Putih lalu memejamkan matanya dan secara perlahan, aksara kuno muncul di udara, tepat di tengah-tengah Amora dan Penyihir Putih yang berdiri berhadapan. “A, Apa ini?” tanya Amora. Penyihir Putih pun membuka matanya. Ia tersenyum dan mulai bersenandung.
Sang Amagl Agung, Xavier yang malang
Nyawa dunia Savyrh yang meredup
Tidurlah Xavier, tidurlah
Alam akan memelukmu, maka tidurlah, tidurlah
Tak perlu cemas
Saat sebuah bunga cantik mekar, kau akan kembali
Bunga cantik dengan manik hijau akan datang
Dia akan menuntunmu
Xavier, dialah pengantinmu
Benang takdir kan tertaut, hati pun kan terhubung
Karena sama sekali tidak bisa tidru, Amora pada akhirnya memilih untuk ke luar dari kamarnya dan melangkah menuju beranda yang berada di belakang rumah kayu tersebut. Amora memeluk tubuhnya sendiri sembari mendongak menatap langit malam yang dihiasi bintang dan bulan yang berpendar perak. Tanpa sadar, Amora pun mengingat sosok Xavier yang jelas sangat lekat dengan warna perak yang memang menjadi ciri khasnya. Semenjak makan malam bersama para siluman dan mendengar pengakuan kepemilikan Xavier terhadap dirinya, Amora sama sekali tidak pernah bertemu dengan Xavier lagi. Bukannya tidak ada kesempatan untuk bertemu dengannya, tetapi Amora secara sengaja menghindar darinya. Hati Amora belum siap untuk berhadapan dengan pria itu lagi. Amora pun menghela napas dan memejamkan matanya.Sang Amagl Agung, Xavier yang malangNyawa dunia Savyrh yang meredupTidurlah Xavier, tidurlahAlam akan memelukmu, maka t
“Ini gaunmu,” ucap Lilith sembari meletakkan sebuah gaun dan beberapa hiasan pada Amora yang masih duduk di tepi ranjang.Amora pun menatap Lilith yang terlihat begitu sedih. Sepertinya, semalaman Lilith telah menangis hingga membuat kedua matanya merah dan sembab. Amora berniat untuk bertanya bagaimana perasaannya, tetapi Amora pun mengurungkan niatnya. Lilith pun menggigit bibir bawahnya sebelum berkata, “Jangan melihatku seperti itu. Aku sama sekali tidak ingin dikasihani olehmu.”Amora yang mendengar hal itu, mau tidak mau merasa bersalah. Namun, Amora tidak memiliki kata-kata penghiburan untuk disampaikan pada Lilith. Terlebih, Amora sendiri juga merasa menjadi korban di sini. Baik Amora maupun Lilith sama-sama menjadi korban dari takdir yang mengikat mereka semua. Setelah mengatakan apa yang ia inginkan, Lilith menatap gaun yang tergeletak di atas ranjang dan berkata, “Cepatlah bersiap. Tuan Xavier sudah menunggumu.”Lil
Pendeta penjaga pintu pun beranjak untuk menyampaikan perkataan Xavier menuju Pendeta Agung. Saat itulah, Amora mendongak pada Xavier dan bertanya, “Apa kita akan menikah di sini?”“Bukankah manusia menikah dengan cara seperti ini?” tanya balik Xavier.“Memangnya, kalian tidak menikah dengan cara seperti ini?” tanya Amora lagi membuat Xavier menghela napas karena sadar jika Amora tidak mau mengalah.“Ya, tidak. Begitu pola kepemilikan terbentuk dan melakukan penyempurnaan, maka kami sudah resmi menjadi pasangan suami istri,” jawab Xavier mengalah dari sesi saling bertanya itu.“Ah, begitu,” ucap Amora mengerti.“Benar. Apa yang kita lakukan ini adalah formalitas yang diperlukan. Terutama kau sendiri adalah manusia. Setidaknya, kau harus memiliki pengalaman mendapatkan pemberkatan selayaknya mempelai wanita pada umumnya. Kudengar kalian para gadis memang sangat sensitif mengenai hal i
Amora terbangun saat mendengar suara yang cukup mengganggu tidurnya. Amora pun menyingkap selimutnya dan membuka jendela kamarnya. Namun bukannya melihat pemandangan indah, Amora dikejutkan oleh anak-anak kecil yang berusaha untu mencapai jendela dan menatapnya dengan penuh rasa tertarik. “Kalian siapa dan kenapa bisa ada di sini?” tanya Amora terkejut. Namun, anak-anak kecil itu sama sekali tidak menjawab. Mereka malah asik berbicara dan ribut berebut untuk bertanya pada Amora. Anak-anak itu terlihat sangat bersemangat mengajukan pertanyaan dan berbicara dengan riang, hingga Amora pun kesulitan untuk menangkap apa yang sebenarnya mereka ingin bicarakan dengannya.“Wah, dia memang cantik!”“Apa Kakak Pengantin Amagl?”“Nama Kakak siapa?”“Wah mata Kakak cantik!”“Nanti aku kalau sudah besar pasti akan secantik Kakak
Para siluman terlihat panik. Para pria segera mengambil senjata dan bersiaga di pintu masuk markas. Sementara para anak-anak dan wanita berkumpul di tengah lapangan. Beberapa dari mereka menangis, dan membuat suasana terasa semakin mencekam saja. Amora yang belum mengerti dengan situasi tersebut, segera mendekat pada Lilith. Bertanya Vheer memang pilihan terbaik, karena ia selalu menjawab dengan nada yang nyaman didengar dan selalu bersikap ramah. Namun, Vheer kini berbaris di barisan paling depan untuk menjaga pintu masuk dengan para siluman lain. Jadi, alhasil Amora hanya bisa bertanya pada Lilith, karena hanya dia yang Amora kenal dari sekian banyak siluman yang berada di tempat yang sama dengannya.“Lilith, sebenarnya ada apa? Kenapa semua orang bersiaga, dan ke mana Xavier pergi?” bisik Amora.Lilith menatap Amora dengan kesal. Sepertinya, ia ingin menyemburkan kata-kata tajam pada Amora. Namun, Lilith rupanya bisa mengendalikan dirinya. Ia menja
Penyihir Putih menggeleng. “Saya tidak bisa menyembuhkan Tuan. Satu-satunya orang yang bisa melakukannya hanya Anda, Nyonya,” ucap Penyihir Putih.“Omong kosong macam apa itu?” tanya Amora merasakan emosinya mulai naik.“Saya tidak mengatakan omong kosong. Dengan melakukan penyatuan dengan Tuan Xavier, Anda bisa menyelamatkan nyawanya,” jawab Penyihir Putih yakin.Amora masih terlihat tidak percaya, atau lebih tepatnya berusaha untuk tidak percaya. Selama ini, Amora sudah lebih dari cukup melihat banyak hal aneh yang tidak masuk akal. Secara naluriah, Amora tentu saja merasa jika apa yang dikatakan oleh Penyihir Putih barusan sama sekali bukan omong kosong. Namun, Amora berusaha untuk tidak memercayainya. Meskipun ia sudah menikah dengan Xavier, tetapi Amora masih belum sepenuhnya menerima statusnya sebagai seorang istri. Apalagi sosok suaminya tak lain adala
Amora menenggelamkan tubuhnya hingga dagunya. Kini, ia tengah berendam air hangat di dalam kolam yang berada di belakang rumah kayu miliknya dan Xavier. Wajah Amora tampak begitu merah. Selain karena suhu panas air yang ia gunakan untuk berendam, itu juga disebabkan oleh rasa malu mengenai apa yang terjadi tadi malam. Rasanya Amora ingin mengenyahkan ingatan yang memalukan itu. Namun, begitu Amora ingin melupakannya, rasanya ingatan itu semakin menari-nari dalam kepala Amora. Seakan-akan mengejek Amora yang tadi malam ternyata ikut tenggelam dalam gairah yang disuguhkan oleh Xavier.Tadi malam adalah pengalaman pertama bagi Amora. Sebelumnya, Amora merasa begitu takut dengan malam pertama yang akan ia lalui dengan Xavier. Selain karena mereka tidak saling mencintai, Amora juga takut karena sering kalli mendengar cerita teman-temannya yang baru saja menikah dan melewati malam pertama. Menurut mereka, pengalaman pertama terasa sangat menyakitkan dan menyeramkan. Sebenarnya, Amo
Vheer dan para siluman terlihat memasang senyum lebar, saat Xavier menggandeng Amora menuju aula besar yang berada di tengah desa tersembunyi tersebut. Aula tersebut dikhususkan untuk menjadi tempat berkumpul. Entah itu untuk rapat atau untuk makan bersama. Kali ini, Xavier secara khusus meminta semua orang untuk berkumpul di ruangan tersebut. Ia akan membicarakan masalah mengenai persiapan mereka untuk menghadapi pasukan Xavion, sembari menikmati santapan lezat yang sudah disiapkan oleh pihak yang bertugas untuk menyiapkan santapan. Amora yang merasakan semua perhatian tertuju padanya, pada akhirnya mengerucutkan bibirnya. Walaupun mereka semua tidak mengatakan apa pun padanya, Amora secara garis besar tahu apa yang tengah mereka pikirkan saat ini. Mereka seakan-akan mengetahui apa yang sudah dilalui oleh Amora dan Xavier beberapa hari ini.Benar, beberapa hari. Ternyata, Amora dan Xavier tidak ke luar dari rumah mereka selama beberapa hari. Bukan karena kondisi tubuh Xavier