Share

BAB II Amanda

POV AMANDA

Aku, Angel dan Ana makan siang bersama siang ini. Ada hal yang ingin kuceritakan pada dua sahabatku ini. Hal yang membuat sesak dadaku beberapa minggu belakangan ini. Saat asyik becengkrama mengeluarkan segala keluh kesah dan cerita dengan mereka, aku teringat Haryo. “Kenapa harus pergi sih, Nda?Aku pasti bantu kamu kok kalo kamu mau tetap disini.”tanya Haryo waktu itu. Waktu dimana aku menyampaikan niatku untuk pindah ke cabang baru perusahaan. Haryo, kisah terlarang yang sampai saat ini masih kujaga.

“Kenapa kamu begini, Yo?”tanyaku pada Haryo ketika dia menyatakan cintanya padaku disaat kami berdua sudah memiliki pasangan hidup masing-masing.

“Ini masalah perasaan,Nda. Jauh sebelum kita menikah dengan pasangan kita masing-masing aku sudah memiliki perasaan kepadamu,Nda! Tapi,kamu begitu sulit untuk aku dekati sebagai kekasih. Kamu memberi benteng persahabatan kepadaku.”aku Haryo padaku.

“Kamu ngomong cinta ke aku bukan karena kamu sedang bosan dengan Kia?” Aku bertanya pada Haryo. Aku tidak memahami maksud Haryo. Pikiran dan hatiku menolak mendengar pengakuan ini. Walaupun jujur dulu aku juga memiliki perasaan khusus pada Haryo. Tapi, aku tak berharap lebih. Karena Haryo sudah bersama Kia saat itu, sedangkan aku jika dibandingkan dengan Kia bukanlah apa-apa. “Kia kurang apa,Yo? Aku, kamu dan Mas Puja berteman baik. Kamu nggak boleh begini!”ungkapku pada Haryo.

“Apa salah aku sayang dan cinta sama kamu,Nda? Toh,ini juga nggak akan merubah apapun. Kamu tetap dengan masmu itu dan aku tetap bersama Kia. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang selama ini aku rasa.” Haryo berbicara masih dengan nada lembutnya dengan mata penuh ketenangan.

“Untuk apa?”aku bertanya kembali.

“Untuk kamu tahu saja.”jawab Haryo.

“Hanya itu?”tanyaku lagi.

“Iya hanya itu. Kamu nggak usah khawatir Amanda, semua nggak akan berubah. Aku tahu kok kamu sangat amat memuja dan mencintai mas pujamu itu”Haryo menjawab dengan senyum sambal mengelus rambutku. Mataku seketika membelalak tajam sambal menepis tangan Haryo dari kepalaku. Bukan aku tak suka dengan perlakuan Haryo. Tapi, aku takut akan diriku sendiri. Selama ini Kia sangat mempercayaiku, sering aku pergi keluar kota dengan Haryo. Bahkan menemani Haryo belanja keperluan rumah, karena Kia tak bisa menemani dan itupun atas permintaan Kia. Begitu juga dengan Mas Puja, ketika dia tidak bisa menjemputku pulang atau Mas Puja sedang berada diluar kota, Haryolah orang pertama yang akan dihubungi Mas Puja. Kia juga tak pernah keberatan akan hal itu.

Sungguh aku sangat takut setelah hari itu, takut bahwa perasaan khusus itu kembali muncul. Karena selama ini aku menganggap kedekatan kami dan perlakuan Haryo adalah murni persahabatan. Setelah hari itu, hariku dan Haryo berbeda.

Deringan ponselku berbunyi, sebuah panggilan dari Haryo. Hmmm…Panjang umur pikirku. Saat aku sedang mengingatnya, dia meneleponku.

“Apa kabar Amanda Shafa Damayanti? Bundanya Zea dan Zio?”tanya suara dari sebrang sana.

 “Baik Dwi Haryo Putro. Pipinya Gio, Leta dan Yura.”jawabku.

 “Anak-anak sehat,Nda?”tanyanya lagi.

 “Alhamdulilah baik, Yo. Kamu, Kia dan anak-anak gimana?Baik juga kan?” Aku balik bertanya.

“Alhamdulillah baik juga. Video Call ya…?Aku kangen banget, kamu lagi di kantor kan?”pinta Haryo padaku.

 “Aku lagi makan siang nih, ama Angel dan Mbk Ana. Nanti aja yak lo udah balik ke kantor.” Aku menolaknya.

 “Sebentar aja, Amanda sayang! Nggak sampe dua menit. Cuma pengen lihat wajahmu aja.”pintanya lagi setengah memaksa.

 “Aku kirim foto aku aja ya, kalo mau liat wajah aku.” Aku kembali menolak.

 “Udah, Nda! Video Call aja, sama kita-kita juga. Bukan sama laki lo!”sambar Angel tiba-tib

Aku menarik nafas dalam, bukan aku tak mau. Tapi, Haryo orang yang peka. Aku tidak ingin dia tahu keadaanku saat ini. “Ya, ok. Sebentar aja ya.” Akhirnya kupenuhi permintaanya. Tidak beberapa lama, panggilan video pun masuk ke ponselku..

“Nah, kan gini keliatan!”ungkap Haryo. Aku juga sesungguhnya rindu. Rindu bersandar di bahunya. Rindu menangis dalam dekapannya. Dia tidak disini. Tidak menemaniku. Wajah itu, wajah yang selalu ada dihari-hariku yang lalu. “Nda, jangan bilang apa yang ada didalam pikiran aku ini bener? Kamu habis nangis?”tanyanya kemudian.

“Nggak, ini anginnya kenceng lho! Jadi perih dimata. Tuh, liat kami lagi di resto pinggir pantai. Udah ah, sebentar aja kan ya…Ganggu acara cewek-cewek aja sih Yo!” Aku menjawab sambil mengarahkan kamera ponselku ke berbagai arah. Agar Haryo tak fokus pada wajahku saja.

“Ya…ya… Bye…Miss U So Much Amanda!” Haryo mengakhiri panggilan videonya. Miss too.”jawabku dalam hati sambil mematikan  panggilan itu.

           

            Nda, aku tau kamu lagi gk baik2 aja

            Ceritakan dengan aku apapun itu disaat kamu udah siap ya

            I LOVE U

Sebuah pesan dari aplikasi W******p masuk dari Haryo.

           

            Ya, belum sekarang

            LOVE U TOO

  Segera kuhapus kedua pesan itu.

           

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status