Share

BAB VI CINTA ANGEL

            Pagi minggu yang cerah, ketika matahari baru saja menunjukkan wajahnya dilangit biru. Amanda, Angel dan Ana sudah berada di Pantai Rindu. Ini adalah agenda rutin mereka, olahraga pagi sekaligus melepas penat setelah seminggu full beraktivitas.

            “Berasa gadis ya bu!”ledek Angel pada Amanda.

            “Ho oh, nggak keliatan kan diriku ini emak anak dua.” Amanda memuji dirinya sendiri.

            “Nggak usah sok deh, Mbk ni keliatan sebaya kan dengan kalian? Padahal 10 tahun lo jarak kita.”ungkap Ana sambil berkacak pinggang.

            “Ya…ya… itu lebih tepat memang.”aku Angel atas peenyataan Ana. Mereka pun melanjutkan olahraga pagi mereka. Dinginnya pagi cukup menusuk kulit ditambah dengan angin yang cukup kencang berhembus sedari tadi. Tapi, tidak menyurutkan ketiga wanita itu untuk berolahraga.

            “Mbak, aku nyerah deh! Aku istrahat duluan ya…”ungkap Angel.

            “Halah…baru segitu doank Njel! Baru juga dua puteran.”ledek Amanda yang melanjutkan larinya lagi. Angel pun duduk kursi taman yang dibuat di Pantai itu kemudian ia kembali berjalan ke mobilnya dan mengambil tiga botol air mineral.

            “Mbak Angel, apa kabar?” Tiba-tiba ada suara mengagetkan Angel saat menutup pintu mobilnya. Angel pun menoleh kebelakang. Oh.. ternyata Hari. Teman saat dia diklat Prajabatan dulu.

            “Baik, Har! Kamu gimana? Lama nggak kelihatan. Sama siapa kesini?” Angel menjawab kemudian balik bertanya.

            “Baik juga mbk, Mbk tuh yang hilang dari peredaran, nomor handphone ganti nggak bilang-bilang.”ujar Hari kemudian.

            “Oh…iya, Handphone Mbak kemaren hilang, mau ngurus nomornya males. Jadi, Mbak ganti deh!”jelas Angel pada Hari.          

            “Kalo gitu minta nomor Mbak yang baru ya!”pinta Hari sambil mengeluarkan handphone dari sakunya. Angel pun menyebutkan nomor handphonenya yang langsung disimpan oleh Hari. Mereka pun akhirnya mengobrol sambil bersenda gurau.

            “Har, kamu aku cariin kemana-mana taunya disini!”Seorang perempuan dengan muka masam dan pandangan sinis datang dihadapan mereka.

            “Sory Met, tadi aku lagi lari-lari liat Mbak Angel makanya kusapa.”unkap Hari pada Meta. “Mbk, kenalin ini Meta.” Hari mengenalkan Meta pada Angel.

            “Meta pacarnya Hari.”Meta memperkenalkan diri dan meegaskan statusnya. Sambil mengulurkan tangan pada Angel.

            “Angel.”Angel menjabat tangan Meta. “Oh, ini Meta yang sering kamu certain itu ya Har? Awet juga ya kalian.”wajah Hari langsung berubah.

            “Heheh, iya Mbak. Ya udah kami pamit ya Mbak.”Hari bergegas pamit sebelum kedua wanita itu terlibat obrolan lebih serius. Hari pun langsung menggandeng tangan Meta.

            “Ok,deh. Hati-hati ya. Kalo nikah jangan lupa undang Mbak, Ya!” Angel melambaikan tangan pada pasangan yang berlalu meninggalkannya.

            Angel kembali ke kursi taman untuk duduk kembali menunggu kedua sahabatnya sambil memutar playlist lagu favoritnya dan mengenang Hari. Ya.. Hari, Hari yang bertemu dengannya beberapa saat yang lalu. Hari merupakan pemuda yang usianya jauh dibawah Angel. Hampir tujuh tahun selisih umur mereka. Mereka dekat seperti kakak dan adik. Tapi, itu dulu ketika mereka Diklat Prajabatan dua tahun yang lalu.  Layaknya seorang kakak, Angel sering menjadi tempat Hari berkeluh kesah. Terutama tentang Meta, perempuan yang sudah tujuh tahun dipacarinya.  Meta yang possessive, cemburuan dan manja. Tapi, Hari tidak tega untuk mengakhiri hubungan dengan Meta. Layaknya seorang adik, Hari juga selalu ada buat Angel. Dari sekadar membawakan tas sampai mengerjakan tugas Hari. Tapi, itu dulu. Hari tidak pernah menceritakan tentang Angel pada Meta. Karena ia takut, Meta cemburu dan akhirnya melukai Angel. Karena Hari tahu betapa rapuhnya Angel yang terlihat kuat itu. Hari juga seperti penjaga untuk Angel. Bahkan terkesan berlebihan, sehingga itu menjadi awal renggangnya hubungan mereka.

            Malam itu, ketika malam terakhir diklat, semua peserta diklat menampilak pentas seni mereka. Angel menampilkan music akustik bersama dengan Ferli, yang juga teman prajabatan Angel. Sedangkan Hari saat itu bersama timnya menampilkan drama.. Melihat kedekatan Ferli dan Angel, Hari marah. Padahal tidak ada yang terjadi antara Ferli dan Angel. Sebatas pasangan duet.

            Bukk!”sebuah tinju mendarat di wajah Ferli kala itu.

            “Lo kenapa Har? Apa salah gue?”tanya Ferli bingung.

            “Lo gak usah deket-deketin Mbk Angel, gue tau lo udah punya istri.”kata Hari berapi-api.

            “Siapa yang deketin Angel sih Har? Lo lebay. Lo juga siapanya Angel sih?”Ferli menyangkal dan balik bertanya pada Hari.

            “Iya, kamu siapanya aku Har? Seenaknya main tinju orang, nggak tanya-tanya dulu. Emang Mbak ngapain sama dia?” Tiba-tiba Angel datang.

            “Mbk.”Hari kaget melihat kedatangan Angel. “Mbk, aku Cuma nggak mau Mbak di modusin ama cowok ini.”lanjut Hari kemudian.

            “Modusin apa Har? Mbk, tau dia udah punya istri. Kamu berlebihan Har! Kalo pun mbak ada hubungan ama dia itu juga bukan urusan kamu!” Angel semakin marah pada Hari kemudian meninggalkan kedua pria itu. Hari berusaha mengejar Angel. Namun, ia tak bisa mengejar Angel karena Angel begitu cepat hilang dari pandangannya.

Sejak malam itu, Hari tidak pernah bertemu Angel lagi, sampai dengan berakhirnya Diklat.  Pernah beberapa kali Hari berusahan menghubungi Angel, tapi tidak pernah ada respon dari Angel. Sampai akhirnya Angel mengganti nomor ponselnya. Angel bersikap hangat dengan Hari tadi, karena ia juga sudah tidak terlalu memikirkan peristiwa itu lagi. Dulu dia marah karena dia marah pada dirinya sendiri, dia takut dirinya sudah menaruh harapan pada Hari. Sedangkan Hari tak pernah memberi kepastian akan kedekatan mereka. Diklat itu memang hanya satu bulan, tapi itu sudah cukup membuat benih cinta tumbuh dihati Angel dan Hari. Bagi Angel daripada dia mempersulit Hari menentukan pilihan, lebih baik dia mengubur perasaan yang belum sempat tumbuh itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status