Home / Romansa / Amanda / Bertemu di K-Mall

Share

Bertemu di K-Mall

Author: Sofia Grace
last update Last Updated: 2021-03-31 00:57:26

Dan kini ada seorang pria yang usianya jauh diatasnya, tapi menarik perhatian gadis itu. Laki-laki itu sungguh berbeda dengan pemuda-pemuda yang dulu berpacaran dengannya. Joshua kelihatan begitu tampan, sopan, dan…matang. Kelihatannya omanya Celine memang bermaksud menjodohkan anaknya dengan diriku, duganya dalam hati. Tapi…aduh, aku takut menjalin hubungan yang serius. Aku takut menikah. Aku takut punya anak….

           

“Sudahlah, Man,” cetus Fanny membuyarkan lamunan gadis bermata bulat dan berambut ikal panjang itu. “Nggak usah terlalu dipikirin. Lihat saja besok gimana.”

           

Amanda mengangguk setuju. Iya, dilihat besok saja perkembangannya bagaimana, batinnya pasrah. Barangkali aku yang kege-eran sendiri. Siapa tahu Omanya Celine tidak benar-benar bermaksud menjodohkanku dengan anaknya.

           

“Jadi besok pagi kamu nemenin aku dulu menjenguk rekan kerjaku di rumah sakit, ya? Setelah itu kita makan siang sebentar terus aku mengantarkanmu ke K-Mall.”

           

“Ok.”

           

“Atau…kita makan siang di K-Mall aja. Terus turun ke lobi dan kamu kenalin aku sama Pak Joshua itu? Hehehe….”

           

“Hah?! Buat apa?”

           

“Yah, kalau kamu nggak mau sama dia, kan masih ada aku yang jomblo ini? Hahaha….”

           

Amanda langsung menimpuk sobatnya itu dengan bantal. Fanny balas menimpuknya dan sepasang sahabat itu kemudian tertawa-tawa geli.

***

Miss Amanda!” seru Celine begitu melihat guru kesayangannya sudah berdiri menunggu di lobi K-Mall. Gadis kecil itu berlari dan memeluk wali kelasnya tersebut. Tak lupa diciumnya kedua pipi Amanda yang mulus.

           

“Hmm…, Miss Amanda harum sekali. Pakai parfum apa?”

           

Gurunya itu menyebutkan jenis parfum yang dipakainya. Muridnya spontan menyeletuk, “Kalau di sekolah kok nggak pakai parfum, Miss?”

           

Amanda jadi salah tingkah. Tak diduganya anak didiknya ini memperhatikan dirinya begitu detil. Oma Merry yang memperhatikan perubahan mimik guru cantik tersebut merasa berbunga-bunga hatinya. Dia hari ini berdandan cantik untuk anakku, batinnya percaya diri.

           

Joshua sendiri tampak takjub dengan penampilan Amanda. Gadis itu terlihat begitu girly mengenakan baju terusan lengan pendek yang panjangnya selutut. Kombinasi warna merah muda dan putih bajunya  membuat kulit Amanda terlihat semakin cerah. Rambutnya yang ikal alami disisir sedemikian rupa sehingga wajahnya terlihat begitu manis dan segar. Aduh, gadis semenarik ini mana mau dengan duda beranak satu seperti diriku? keluh ayah Celine itu dalam hati. Umurku juga jauh lebih tua darinya. Laki-laki yang sebenarnya kelihatan lebih muda dari usianya itu jadi merasa rendah diri.

           

Ia tidak tahu bahwa jantung Amanda serasa hampir copot saat melihatnya. Gadis itu terpesona dengan penampilan casual ayah muridnya itu. Joshua mengenakan kaos polo berwarna biru tua dengan kombinasi warna putih di bagian dadanya. Celana pendek selutut berwarna putih yang dipakainya membuatnya kelihatan trendy. Selain itu sepatu berwarna senada dengan kaos polonya semakin menambah gaul sosoknya. Apakah penampilannya memang seperti ini kalau pergi ke mal, ya? batin Amanda ingin tahu. Kelihatan begitu keren dan…ehm…muda.

           

“Halo, Oma,” ujar gadis itu menyapa Oma Merry yang berjalan mendekatinya. Joshua disapanya dengan senyuman dan anggukkan ramah. Perasaan laki-laki itu bergetar melihatnya. Betapa indahnya makhluk ciptaan Tuhan ini, pujinya dalam hati.

           

Miss Amanda sudah lama menunggu? Maaf ya, tadi agak lama menunggu papanya Celine. Dia bingung mau pakai baju apa.”

           

Joshua memelototi ibunya bagaikan hendak menelannya bulat-bulat. Oma Merry berpura-pura tidak melihat dan terus mengajak Amanda berbicara. Gadis itu merasa geli sendiri dalam hati. Kini dia merasa yakin bahwa nenek muridnya ini memang bermaksud menjodohkannya dengan ayah Celine.

           

“Mari, Oma. Kita naik eskalator. Butik yang saya maksud berada tiga lantai diatas lobi ini. Atau…apakah Oma lebih suka naik lift?” tanyanya sopan. Celine spontan menyela, “Naik eskalator aja ya, Oma. Nanti Celine menggandeng tangannya Miss Amanda.”

           

“Kalau kamu menggandeng Miss Amanda, lalu Oma digandeng siapa?” tanya Oma Merry pura-pura cemberut.

           

“Oma digandeng sama Papa, dong. Iya kan, Pa?”

           

Joshua mengangguk mengiyakan. Ia tidak peduli harus menggandeng siapa, yang penting segera menyingkir dari tempat ini. Hatinya berdebar-debar melihat dari dekat paras Amanda yang elok. Segera digamitnya lengan ibunya. Perempuan itu terpaksa menurut. Keduanya lalu berjalan di belakang Celine dan gurunya menuju eskalator.

           

Setelah menaiki tiga buah eskalator dan berjalan beberapa meter, Amanda lalu mengarahkan jari telunjuknya ke arah sebuah toko yang terang benderang dan memajang baju anak-anak di etalasenya. Ia berpaling ke arah Oma Merry yang berjalan bersama Joshua di belakangnya. “Itu butiknya, Oma. Gaun-gaun princess-nya memang jarang dipajang di etalase. Biasanya digantung di dalam toko.”

           

“Kalau begitu, saya sama Celine duluan masuk ke sana ya, Miss,” sahut Oma Merry sambil secepat kilat menggamit tangan cucunya dan mengajaknya melangkah menuju ke butik yang dimaksud.

           

Amanda dan Joshua terkejut sekali menyaksikan aksi gesit perempuan separuh baya itu. Mereka berdua berdiri termangu melihat Celine hampir seperti diseret oleh neneknya. “Pelan-pelan jalannya, Oma! Sakit,” teriak gadis kecil itu memprotes.

           

Oma Merry yang kasihan terhadap cucunya akhirnya memperlambat langkahnya. Yang penting aku sudah aman bersama Celine sekarang, ujarnya dalam hati. Langkah selanjutnya tergantung dirimu, Joshua. Jangan sampai kau kehilangan gadis baik itu. Mama bisa merasakan bahwa dia juga menyukaimu.

           

Amanda yang ditinggal berdua saja dengan Joshua bingung harus bagaimana. Laki-laki yang jauh lebih dewasa itu kemudian mengajaknya bicara duluan, “Ehm...maafkan mama saya, Miss. Beliau orangnya memang suka terburu nafsu. Begitu menemukan apa yang dicarinya, sudah tidak dapat menahan diri lagi.”

           

Sang guru cantik tersenyum memaklumi. Aduh, manis sekali senyumannya. Hatiku mau rontok rasanya, cetus Joshua dalam hati.

           

“Mari kita jalan ke sana, Pak.”

           

“Oh, iya. Ayo, Miss.”

           

Keduanya lalu berjalan beriringan menyusul Celine dan neneknya. Sesampainya di butik tersebut, Joshua membuka pintu kaca dan dengan gentleman mempersilakan wali kelas anaknya itu masuk terlebih dahulu. Amanda mengucapkan terima kasih dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko. Pandangannya menerawang ke segenap penjuru mencari-cari sosok Celine dan Oma Merry.

           

“Ada yang bisa dibantu, Bu?” tanya pelayan toko ramah.

           

“Tadi ada anak perempuan masuk kemari bersama neneknya. Mereka mencari gaun princess Belle yang berwarna kuning. Dimana mereka sekarang ya, Mbak?”

           

“Oh, mereka sudah berada di kamar ganti, Bu. Mari saya antar.”

           

“Terima kasih.”

           

Amanda dan Joshua berjalan mengikuti pelayan butik itu menuju ke kamar ganti. Pelayan tersebut mengetuk pintu kamar itu pelan dan berkata sopan, “Maaf, Bu. Ini ada orang mencari Ibu.”

           

“Iya. Sebentar, Mbak. Saya masih bantuin cucu saya memakai gaun ini.”

           

Tak lama kemudian pintu itu terbuka dan keluarlah Oma Merry dan Celine yang sudah memakai gaun princess idamannya.

           

“Gimana, Miss? Bagus, nggak?” tanya Celine dengan sorot mata berbinar-binar. Dia kelihatan senang sekali memakai gaun panjang yang sangat lebar dan berwarna kuning cerah itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Amanda   Malam Pertama

    Malam harinya Amanda membacakan cerita untuk Celine sebelum tidur. Ditemaninya anak itu sampai terlelap. Lalu dikecupnya pipi mungil yang menggemaskan itu dan keluarlah ia meninggalkan kamar tersebut. Perempuan yang sudah resmi menjadi seorang istri itu lalu melangkah masuk ke dalam kamar yang selama ini ditempati Joshua sendirian. Dengan jantung berdegup kencang dibukanya pintu kamar. “Mas Josh,” sapanya sembari mencari-cari sosok suaminya di dalam ruangan yang terang benderang. Tak ada jawaban. Orang yang dicarinya tak kelihatan batang hidungnya. Diperiksanya kamar mandi, tak tampak secuil pun bayangan Joshua. Di mana ya, suamiku? tanya Amanda dalam hati. Dia lalu keluar dari kamar mandi. Pandangannya mulai berkelana ke sepanjang

  • Amanda   Kemenangan dan Kekalahan

    Selanjutnya Tante Beatrice dan Tante Bianca bersatu-padu menggugat Arnold atas pasal tindakan penganiayaan. Mereka sepakat mengeluarkan sejumlah besar uang agar kasus tersebut tidak diberitakan oleh media. Bukti-bukti banyak yang memberatkan tersangka hingga menyebabkan statusnya berubah menjadi terdakwa. Kesaksian Joshua turut meyakinkan hakim bahwa terdakwa mempunyai kecenderungan melakukan penyiksaan terhadap kaum wanita.Setelah menjalani persidangan selama beberapa bulan, akhirnya hakim menjatuhkan hukuman tiga belas tahun penjara. Arnold yang kondisinya tak lagi terawat seperti dulu akibat lama meringkuk di sel rumah tahanan, tidak terima terhadap keputusan hakim.“Keputusan hakim tidak adil. Saya mau naik banding! Naik banding!” teriaknya histeris. Kuasa hukum yang diperolehnya secara cuma-cuma dari negara hanya memandang tak berdaya ketika kliennya itu diringkus

  • Amanda   Menjenguk Tante Beatrice

    Keesokkan harinya Amanda dijemput mobil travel pukul enam pagi. Setelah mengikuti rute sang sopir menjemput penumpang-penumpang di Malang dan menurunkan mereka di alamat-alamat yang dituju, akhirnya tibalah saatnya gadis itu diantarkan ke rumah Joshua.Kedatangannya langsung disambut hangat oleh sang kekasih. Oma Merry sedang menunggui Celine di sekolah. Joshua segera mengajak gadis itu memasuki kamar kerjanya. Sesampainya di ruangan yang cukup besar itu, laki-laki yang dilanda kerinduan teramat sangat itu segera menutup pintu. Direngkuhnya gadis yang selalu menghiasi mimpi-mimpinya tiap malam itu dalam pelukan hangatnya.“Aku kangen banget, Manda,” ucapnya lembut seraya membelai-belai rambut ikal harum sang pujaan hati. Ditengadahkannya wajah cantik itu dan diciuminya dengan penuh hasrat. Bibir mereka saling be

  • Amanda   Rencana Membujuk Joshua

    “Bagaimana, Nona Amanda? Barangkali ada hal-hal yang kurang dipahami? Saya akan menjelaskannya lagi jika tidak keberatan….”Yang ditanya menggeleng pelan. Sambil tersenyum simpul, gadis cantik itu menyahut, “Saya sudah memahami semuanya, Bapak Petrus. Saya pribadi bersedia membantu Tante Beatrice. Mengenai Mas Joshua bersedia atau tidak memberikan kesaksian, mohon beri saya waktu untuk membujuknya. Karena ini berkaitan dengan aib rumah tangganya yang dulu menimbulkan kepedihan teramat besar bagi dirinya. Saya harus sangat berhati-hati agar luka hatinya yang sudah sembuh tidak menganga lebar kembali.”Petrus mengangguk tanda mengerti. Memang tak mudah bagi seorang suami untuk membuka aib keretakkan rumah tangganya di depan orang lain. Sambil tersenyum bijaksana, kuasa hukum Beatrice itu berkata bijak, “Terima kasih banyak atas kesediaan Nona Amanda membantu kami. Saya percaya orang baik seperti Nona

  • Amanda   Sang Pengacara Menemui Amanda

    Pagi itu Amanda sedang berada di rumah. Ia baru saja selesai sarapan bersama ayahnya dan hendak berangkat ke rumah sakit untuk menggantikan Valerie menjaga ibu mereka. Tiba-tiba ponselnya berbunyi karena telepon dari nomor tak dikenal.“Halo?” sapa gadis itu ramah. Lalu terdengar sebuah suara berat seorang laki-laki dewasa, “Maaf, apakah saya sedang berbicara dengan Nona Amanda?”“Betul, saya sendiri. Ada keperluan apa, ya?” tanya Amanda heran. Caranya bicara bukan seperti orang yang mau menawarkan kartu kredit atau pinjaman tunai, komentarnya dalam hati. Gadis itu sudah terbiasa menerima telepon dari tenaga-tenaga pemasaran produk-produk semacam itu.“Oh, Nona Amanda sendiri? Kenalkan. Saya Petrus, pen

  • Amanda   Dendam Tante Beatrice

    Tante Beatrice melongo. Tak diduganya suaminya bermaksud menjodohkannya dengan sahabat baiknya sendiri. Dan yang paling mengejutkan adalah…ternyata orang itu sudah lama menaruh hati pada dirinya! Pikiran wanita yang sedang yang kacau balau tak sanggup menerima kenyataan ini. Ditatapnya laki-laki berbadan tinggi besar dan berwajah kasar itu dengan garang.“Keluar kau sekarang! Keluar! Kalian para lelaki memang tak bisa dipercaya. Aku kecewa dengan kalian semua! Pergi kau, pergi!” teriaknya mengusir Petrus.Suaranya yang histeris ternyata terdengar sampai ke luar kamar. Seketika seorang dokter dan dua perawat datang menengoknya. “Ada apa, Bu Beatrice. Apakah Ibu merasa kesakitan?” tanya sang dokter cemas. Seharusnya obat yang diberikannya tadi sudah mampu meredakan rasa sakit pada wajah si pasien.“Saya sakit hati melihat orang ini, Dokter!” seru pasiennya seraya menunjuk-nunjuk k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status