Share

Bab 8

Author: Lutfiyah Irsa
Setelah berbaring sehari semalam di ranjang, Sena akhirnya kembali semangat.

Hari ini adalah hari kepergiannya.

Penerbangannya pukul 7 malam, setelah naik pesawat, dia tidak akan kembali lagi.

Sena bangun saat fajar, dia mengemasi barang-barangnya dan menyumbang semuanya ke panti asuhan.

Barang-barang yang disumbangkannya adalah hadiah-hadiah yang diberikan Erik padanya selama ini, termasuk pakaian, tas, perhiasan... Dia bahkan tidak menyimpan cincin tunangan yang diberikan Erik padanya.

Barang-barang berharga disumbangkan untuk kepentingan masyarakat, sedangkan barang-barang yang tidak berharga dibakar.

Karena ingin memulai dari awal, jadi harus pergi dengan keadaan bersih, dia tidak akan membawa satu pun barang-barang darinya.

Setelah berberes semuanya, hari sudah sore. Sena melirik ponselnya sudah pukul tiga sore.

Pesawatnya akan lepas landas dalam empat jam.

Sena hendak berganti pakaian dan pergi ke bandara, Iren tiba-tiba menghentikannya, "Sena, ngapain kamu di sini? Ayo cepat, segera merias wajah bersamaku."

"Merias wajah?" Sena mengerutkan kening, "Kenapa?"

"Jangan berpura-pura." Iren berkata dengan kesal, "Bukankah hari ini ulang tahun pernikahanmu dan Kakak? Kakakku bilang ketika kalian menikah, karena orang tuaku tidak setuju, kalian langsung mengambil surat nikah tanpa mengadakan pesta pernikahan. Dia selalu merasa bersalah dan baru-baru ini, dia memang mengabaikanmu karena masalah Kak Yuki, jadi Kakak ingin memanfaatkan ulang tahun pernikahan kalian yang kelima untuk menebusmu."

'Palsu, pasti palsu. Ini pasti jebakan,' pikir Sena.

Dia dan Erik telah menikah selama lima tahun, tapi Erik tidak pernah menyebut tentang pesta pernikahan. Mana mungkin Erik akan menyelenggarakan pesta pernikahan untuknya setelah Yuki kembali?

"Apa? Kamu tidak percaya padaku?" Iren melirik Sena, matanya penuh dengan penghinaan, "Kalau begitu, kamu telepon saja kakakku dan tanyakan padanya. Apa menurutmu aku mau melakukan hal semacam ini? Kalau kakakku tidak memaksaku, aku tidak akan mau melayanimu."

Sena tentu tidak percaya, dia juga tidak mau menelepon Erik.

Melihatnya tertegun seperti sepotong kayu, Iren kehilangan kesabaran. Dia langsung menghubungi nomor Erik, kemudian melemparkan ponsel ke Sena.

"Sena, aku sudah tahu tentang masalah ibumu... Kamu pasti sedih selama ini, biarkan aku menebusnya hari ini."

Palsu, ini pasti palsu. Erik tidak akan berbicara padanya dengan nada selembut itu.

"Aku sudah mengatur semuanya, pergilah mengganti pakaianmu bersama Iren. Kita... bertemu di pesta pernikahan."

'Palsu, palsu, semuanya palsu.'

Tubuh Sena mulai gemetar tak terkendali. Apa sebenarnya yang ingin dilakukan Erik? Kenapa dia mengadakan pesta pernikahan? Apa tujuannya?

Dia jelas yakin semua ini palsu.

Dia yakin dialah orang yang tidak dicintai.

Akan tetapi, saat mengenakan gaun pengantin yang telah disesuaikan Erik untuknya, Sena masih tergoyah.

Manusia memang begini, sekalipun tahu itu tidak mungkin, mereka tetap menantikannya. Bagaimana kalau? Bagaimana kalau kali ini benar? Dia cukup sial selama ini, sekarang waktunya untuk menang, bukan?

'Kalau begitu, coba pergi lihat saja! Lagi pula, masih ada waktu,' pikir Sena.

Sena pergi ke pesta pernikahan dengan mentalitas pertaruhan.

Selesai merias wajah sudah pukul empat.

Tiba di tempat pernikahan pukul lima sore.

Sena mendorong pintu ruang pesta pernikahan, seember air dingin tertuang dari atas.

"Hahaha!" Terdengar suara tawa dari telinganya. Iren tertawa terbahak-bahak di belakangnya hingga berlinang air mata. "Sena, dasar bodoh, apa kamu pikir kakakku benaran ingin mengadakan pesta pernikahan untukmu?"

"Hahaha, idiot, hari ini ulang tahun Kak Yuki. Ini bukan pesta pernikahan yang selalu kamu impikan, tapi pesta ulang tahun Kak Yuki!"

Ada banyak orang di ruang perjamuan, harusnya semua datang untuk merayakan ulang tahun Yuki.

Yuki juga di sini, dia juga mengenakan gaun pengantin, gayanya persis sama dengan yang dikenakan Sena.

Namun, Yuki tidak dibasahi air dan tetap indah.

"Gaun pengantin ini sebenarnya dibuat khusus oleh kakakku untuk Kak Yuki. Cantik, 'kan? Kakakku berencana melamar Kak Yuki hari ini."

"Sena, kakakku dan Kak Yuki itu cinta sejati, kamu hanyalah badut dalam kisah cinta mereka. Kalau kamu tahu diri, segera pergi dari sini, akan lebih memalukan kalau diusir kakakku."

Sena menyentuh wajahnya dan menyadari kalau dia sedang menangis.

Ngapain dirinya nangis?

Bukankah dirinya sudah menduga kalau itu palsu?

'Sena, kamu sungguh bodoh, sudah ditipu oleh Tuhan berkali-kali, kenapa masih saja tertipu?'

Jelas sudah tahu itu palsu, tapi masih ngotot datang ke sini... Apa yang ingin dirinya buktikan? Untuk membuktikan betapa menyedihkannya dirinya?

Sena berbalik dan melarikan diri dari tempat yang menyesakkan ini.

Dia memesan taksi dan bergegas ke bandara secepat mungkin, lalu bergegas ke toilet bandara dan mulai merobek gaun pengantinnya.

Lepaskan, lepaskan, lepaskan semuanya!

Gaun ini ketat banget, sangat menyesakkan.

'Tolong! Tolong! Tolong aku!'

Sena tidak tahan lagi, sesuatu yang menyesakkan ini hampir membuatnya tidak bisa bernapas. Dia harus segera melepaskan diri dari gaun pengantin yang menyebalkan ini dan pergi dari sini, pergi selamanya dan tidak mau kembali lagi!

Akhirnya, gaun pengantin itu robek berkeping-keping akibat ulah Sena yang tak terkendali.

Sena membuang gaun pengantin putih di toilet bandara, lalu mengeluarkan gaun suspender hitam dari tasnya dan mengenakannya.

Ponselnya bergetar hebat. Sena mengeluarkan ponsel dan menemukan kalau Erik telah meneleponnya berkali-kali.

Sepertinya Erik telah meneleponnya sejak dia naik taksi, dia telah meneleponnya lebih dari tiga puluh kali.

Namun, Sena tidak menyadarinya.

Ponselnya masih bergetar hebat dan Erik masih menelepon.

Sena mengeluarkan kartu telepon, mematahkan dan membuangnya.

Saat itu hampir pukul tujuh, Sena mengambil tiketnya, melewati pemeriksaan keamanan dan menaiki pesawat.

Satu detik sebelum pesawat lepas landas, Sena keluar dari semua aplikasi media sosialnya.

Pramugari datang mengingatkannya untuk mematikan ponsel, Sena tersenyum mengangguk.

Layar ponsel menjadi hitam dan pesawat lepas landas pada saat yang sama.

Sena bersandar di kursinya dan perlahan memejamkan matanya.

'Erik, aku tidak berpamitan denganmu.'

'Karena aku tidak ingin bertemu denganmu lagi.'
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (123)
goodnovel comment avatar
Dewi Sartika
jok masih belum terbuka ya babnya...kecewa berat..
goodnovel comment avatar
Atikah 79
Kenapa gk bisa ngebuka seeh bab nya,padahal dah ada koin.....
goodnovel comment avatar
Septi Prastuti
kecewa banget udh beli langganan buat 1 minggu dari kemarin supaya bisa kebuka Cerpennya tapi smp skrg ga bisa kebuka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 26

    Kalau dulu, Sena akan sangat tersentuh mendengar perkataan Erik.Namun, sekarang...Sena sangat tenang dan tidak peduli."Terserah kamu." Setelah mengatakan ini dengan dingin, Sena berbalik dan pergi.Saat-saat selanjutnya, Erik melakukan apa yang dikatakannya dan mulai mengejar Sena dengan tergila-gila.Dia memberi Sena buket besar bunga mawar setiap hari, terkadang dia akan memberinya perhiasan dan hadiah, mencoba menyenangkan Sena dengan berbagai cara.Namun, mawar yang dikirimnya tidak diterima, semua hadiah yang dikirimnya dikembalikan oleh Sena.Meski begitu, Erik tidak mau menyerah.Dikarenakan gagal memberi hadiah, Erik menggunakan taktik menyiksa diri. Pada hari bersalju, dia berdiri di lantai bawah rumah Sena, mengangkat radio dan memutar lagu-lagu cinta. Dia kedinginan hingga bibirnya berubah ungu, tetapi dia tetap tidak mau pergi.Menghadapi Erik yang suka menyiksa dirinya sendiri, Sena hanya menutup jendela dengan acuh tak acuh.Tidak hanya begitu, saat Erik menjerat Sena,

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 25

    Setelah mendengar perkataan Erik, Sena menjawab dengan tenang, "Erik, kita sudah bercerai, aku tidak akan kembali bersamamu.""Perasaanku padamu telah sepenuhnya terkuras habis oleh pengabaian dan penyiksaanmu setiap hari. Aku tidak lagi mencintaimu, jadi pergilah sendiri. Aku tidak membutuhkanmu selama sisa hidupku, aku juga tidak akan menemanimu selama sisa hidupmu."Hanya beberapa kata sederhana langsung menghancurkan hati Erik.Matanya merah karena marah, "Tidak! Perceraian apa? Aku tidak setuju!""Kamu yang menipuku untuk menandatangani surat perceraian itu, aku bahkan tidak membaca sebelum menandatanganinya!""Surat perceraian itu tidak berlaku sama sekali! Kita masih suami istri! Kamu tidak bisa meninggalkanku! Kamu tidak akan bisa meninggalkanku!"Erik telah jatuh ke dalam kondisi gila, dia mencengkeram lengan Sena dan meraung tak terkendali, seakan-akan dia gila.Sena terus meronta tapi tidak dapat melepaskan diri.Erik menyeret Sena dan mencoba memasukkannya ke dalam mobil, d

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 24

    Hendra tentu bakal khawatir kalau Sena pergi sendirian.Jadi, dia juga berdiri bersama Sena, "Kalau begitu aku mengantarmu pulang.""Tidak perlu!" Sena segera menolak, "… Aku… Aku bisa pulang sendiri."Meskipun Sena dan Hendra belum resmi pacaran, mereka telah berkencan berkali-kali. Di dalam negeri, mereka sudah dianggap berpacaran.Sena tidak ingin menghadapi adegan pertemuan antara kekasih saat ini dan mantannya!Jadi, meskipun Hendra bersikeras ingin mengantar Sena pulang, Sena tetap menolaknya dan naik taksi pulang sendiri.Setelah turun dari bus, Sena segera melihat Erik sedang merokok di bawah lampu jalan.Erik segera melihat Sena dan menjadi semangat, "Sena!"Membuang rokok di tangannya, Erik bergegas ke arah Sena. Dia memeluk Sena dan berkata dengan gembira, "... Bagus... Bagus sekali... Sena... akhirnya aku menemukanmu!""Tahukah kamu betapa kerasnya aku mencarimu? Aku sudah mencarimu hampir ke semua tempat!""153 hari! Sena, kamu telah meninggalkanku selama 153 hari penuh...

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 23

    Setelah terbang ke Negara Miko, Erik segera menemukan tempat di mana Sena mengadakan pamerannya. Lalu, dia menyusuri jalan, bertanya di setiap toko. Akhirnya, ketika hari sudah gelap, Erik mengetahui alamat Sena saat ini.Erik mengucapkan terima kasih dan segera bergegas ke kediaman Sena.Awalnya dia berpikir karena Sena datang ke negara asing sendirian, tempat yang dia tinggali pasti sangat kumuh.Namun, ketika tiba di alamat itu, Erik menemukan sebuah rumah besar yang sangat mewah.Lokasi dan rumah mewah seperti itu bernilai setidaknya ratusan miliar.'Bagaimana Sena bisa punya uang untuk tinggal di tempat seperti ini? Apa aku salah alamat?' Erik pun mengerutkan kening.Meskipun agak bingung, Erik tetap maju dan mengetuk pintu.Bibi Elti yang membuka pintu, dia belum pernah bertemu Erik, jadi awalnya dia bersikap baik padanya, "Halo, siapa yang kamu cari?""Aku mencari Renee Ivano." Erik menjawab dengan bahasa Inggris yang fasih, "Nama aslinya Sena, kudengar dia tinggal di sini.""Ka

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 22

    Selama berbulan-bulan sejak Sena hilang, Erik mencarinya dengan panik. Sebagai seorang pekerja keras yang mementingkan Grup Rosli lebih dari nyawanya, Erik bahkan meninggalkan perusahaan itu demi Sena dan mencarinya tanpa memedulikan hal lain.Obsesinya terhadap Sena bahkan telah mencapai titik kegilaan, dia tidak mau mendengarkan nasihat siapa pun atau omelan orang tuanya. Dia tidak menginginkan apa pun lagi, dia hanya ingin bertemu Sena lagi.Dulunya, Erik paling benci seni, terutama pelukis.Sebab, Yuki menikah dengan seorang pelukis asing.Namun, sejak dia tahu kalau Sena mengambil jurusan seni rupa di perguruan tinggi, Erik tidak lagi menolak pelukis.Dia bahkan mulai memperhatikan berita seni untuk mempelajari lebih banyak tentang seni sehingga dia bisa menemukan Sena dan memberitahunya kalau dia telah berusaha keras untuk tetap dekat dengannya dan mencintai hal-hal yang dicintainya.[Sena, hari ini adalah hari ke-151 sejak kamu meninggalkanku. Ke mana saja kamu? Tahukah kamu bet

  • Ambil Kembali Hatiku   Bab 21

    Pameran lukisan Sena sangat sukses. Pada hari pameran, tidak hanya mendatangkan banyak selebriti, tetapi Elti juga mengundang banyak media untuk bantu mempromosikan pameran tersebut.Oleh karena itu, setelah pameran itu selesai, hal itu dilaporkan di media berita besar.Beberapa wartawan bahkan menyebut Sena sebagai bintang yang sedang naik daun di dunia seni dalam laporan mereka."Apa yang dikatakan wartawan ini benar sekali!" Elti membaca laporan yang ditulis oleh para wartawan di ponselnya, sambil memuji keponakannya, "Sena memang sangat berbakat. Setiap lukisannya sangat hidup dan menyentuh, dia memang bintang yang sedang naik daun di dunia seni."Sena merasa tak berdaya.Namun, orang asing tampaknya memang begini, mereka tidak pernah mengkritik atau menekan anak-anak mereka, tapi selalu memberi pujian. Sekalipun anaknya berbuat salah, mereka akan memuji anaknya dulu, meneguhkan keberanian dan kejujuran mereka, baru kemudian berdiskusi dengan anaknya.Elti sudah lama tinggal di lua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status