Beranda / Romansa / Ambil Saja Suamiku / 77. Ketuk Palu - Resmi Menjanda

Share

77. Ketuk Palu - Resmi Menjanda

Penulis: dtyas
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 21:45:52

Luna meremas jemari tangannya menatap hakim dan para panitera saat sidang perceraiannya dengan Irwan. Mendengarkan penjelasan dan sesekali mengangguk. Tidak dapat menahan air mata, tangan Luna merogoh tisu dalam saku celana panjangnya.

Tidak pernah membayangkan ia akan duduk di dalam ruang sidang sebagai penggugat. Momen kebersamaan bersama Irwan serasa terjadi kemarin, tapi sekarang ia duduk bersama untuk mengakhiri kebersamaan itu.

Perasaan kasih dan sayang seakan lari entah kemana. Janji manis di depan Ibu, saksi dan disaksikan pula oleh Tuhan yang pernah diucapkan Irwan seakan bukan hal yang akan menjadi pertanggung jawabkan. Hancur, rasanya lebih hancur saat Luna menyaksikan perselingkuhan suaminya.

Luna menyusut air matanya dengan tisu sambil menggigit bibir menahan tangis. Masih belum mengerti kenapa Tuhan memberikan cobaan seberat ini.

“Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang te
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ambil Saja Suamiku   78. Sakitnya Ibu

    Luna berlari di sepanjang koridor menuju UGD karena masuk melewati lobby utama membuatnya harus memutar. Tadi sore ia baru sampai rumah, kebetulan pulang tepat waktu tanpa lembur. karena Sadam sedang berada di luar kota.Nyatanya baru beres mandi, ia dihubungi oleh Aceng -- tangan kanan sang ibu di toko. Menyampaikan sore tadi ibunya pingsan dan sudah berada di rumah sakit. Untuk persiapan, Luna membawa pakaian ganti.“Bang, Ibu gimana?” tanya Luna dengan nafas terengah.Aceng sedang bicara dengan Sherin yang juga baru tiba bersama Beni.“Lo duduk dulu, nafas ngos-ngosan gitu,” titah Aceng.“Ibu kenapa?” tanya Luna lagi mengabaika perintah Aceng untuk duduk. Beni langsung menghampiri, ia usap pelan kepala bocah itu.“Dari pagi Ibu kalian memang bilang nggak sehat, kepala dan pundaknya berat. Gue udah suruh pulang dari siang, tapi masih ngeyel aja. Pas sore kita mau tutup toko, dia pingsan.”Luna menarik nafas lalu bersandar pada tiang koridor dan mengusap dahinya. Ia merasa bersalah a

  • Ambil Saja Suamiku   77. Ketuk Palu - Resmi Menjanda

    Luna meremas jemari tangannya menatap hakim dan para panitera saat sidang perceraiannya dengan Irwan. Mendengarkan penjelasan dan sesekali mengangguk. Tidak dapat menahan air mata, tangan Luna merogoh tisu dalam saku celana panjangnya.Tidak pernah membayangkan ia akan duduk di dalam ruang sidang sebagai penggugat. Momen kebersamaan bersama Irwan serasa terjadi kemarin, tapi sekarang ia duduk bersama untuk mengakhiri kebersamaan itu.Perasaan kasih dan sayang seakan lari entah kemana. Janji manis di depan Ibu, saksi dan disaksikan pula oleh Tuhan yang pernah diucapkan Irwan seakan bukan hal yang akan menjadi pertanggung jawabkan. Hancur, rasanya lebih hancur saat Luna menyaksikan perselingkuhan suaminya.Luna menyusut air matanya dengan tisu sambil menggigit bibir menahan tangis. Masih belum mengerti kenapa Tuhan memberikan cobaan seberat ini.“Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang te

  • Ambil Saja Suamiku   76. Janda Ketemu Duda

    Menyesal tidak menghubungi Ibu dulu, alhasil Luna terjebak di rumah yang hanya ada Sherin dan Beni. Tidak masalah dengan Beni, tapi dengan ibunya adalah masalah. Sejak kemarin Luna sudah merencanakan akan mampu untuk bertemu Ibu dan memberikan obat herbal oleh-oleh Ardan dari luar kota.Beni antusias dengan kedatangan Luna. Bocah itu menyampaikan banyak hal tentang hasil belajarnya juga masa libur yang sudah didepan mata.“Kita pergi lagi tante, aku senang sekali bisa main.”“Hm, gimana kalau Beni ajak Bunda saja atau hubungi Ayah,” usul Luna.“Tante nggak mau main denganku lagi?” tanya Beni dengan wajah sendu.“Eh, bukan gitu. Tante ajak kamu main dan menginap di kosan tante, tapi nanti. sekarang pekerjaan tante lagi banyak. Kalau tante bolos bisa dimarahi.”“Kapan sudah tidak sibuk lagi, aku maunya segera.”“Kapan ya?” Luna seperti sedang berpikir. “Besok tante cek dulu, nanti dikabari.”“Benar ya?”Luna mengangguk lalu mengusap kepala keponakannya yang langsung melompat kegirangan.

  • Ambil Saja Suamiku   75. Cepat Selesai

    “Yang ini mbak,” seru Indah menyerahkan dokumen pada Luna.“Ada lagi nggak?” tanya Luna.“Cuma itu aja.”“Oke, aku masuk ya.” Indah menitip berkas yang harus ditandatangani oleh Sadam saat akan masuk ke ruangan pria itu untuk briefing.Sadam fokus dengan layar kerjanya dan mempersilahkan Luna untuk duduk.“Sebentar, aku selesaikan ini dulu.”“Oke, pak.” Luna membuka laptopnya mengecek kembali file dan bahan yang akan didiskusikan. Bahkan sempat membalas pesan Ardan yang mengajaknya makan siang.Hampir lima belas menit menunggu Sadam selesai.“Oke, kita lanjut. Mana filenya.”“Ini dulu pak, Mbak Indah bilang sudah ditunggu.” Luna menyerahkan map berisi dokumen yang harus mendapatkan approval Sadam.“Hm.”Tidak lama Indah pun masuk karena Sadam menghubungi untuk mengambil dokumennya.“Ada lagi? Setelah ini saya naik untuk rapat dengan manajemen yang lain.”“Lewat sistem pak, sudah saya ajukan,” ujar Indah lalu keluar ruangan.Sadam memberikan arahan pada Luna sambil membuka layar komput

  • Ambil Saja Suamiku   74. Liburan (2) ~ Aku Akan Menunggu

    “Nggak mau ikut?” tanya Ratna mendengar Luna tidak akan ikut berpetualang.Ardan sudah menyiapkan mobil untuk mereka menuju tempat wisata dan berkeliling di Bali.“Ah, lo nggak seru.”“Aku kayaknya nikmati pantai yang dekat-dekat sini aja,” ujar Luna.“Nggak asyik deh. Kita pake mobil, lo nggak akan capek.”“Kalian aja, maaf aku nggak bisa,” tutur Luna. Ia merasa tidak nyaman harus bersenang-senang bahkan seperti double date antara Ratna dengan Ardan dan dirinya dengan Sadam.Katakanlah ia akan bercerai, tapi masih proses dan tidak elok kalau ia terlihat bersenang-senang dengan pria lain. Luna hanya menjaga harga dirinya.“Ya udah deh, tapi ikut sarapan ya,” ajak Ratna.Sadam dan Ardan sudah berada di resto, menunggu para wanita untuk sarapan bersama sambil menikmati secangkir kopi.“Luna nggak ikut,” seru Ratna pada Ardan.“Kenapa, sakit?” tanya Ardan menatap khawatir.“Nggak pa-pa, aku tunggu di sini aja. Paling main dekat-dekat sini,” sahut Luna. “Maaf ya,” ujarnya lagi.“Kamu yaki

  • Ambil Saja Suamiku   73. Liburan (1)

    “Gue suka kerja model begini. Nyambung liburan,” seru Ratna. Sudah berada di bandara menunggu jadwal keberangkatan.Luna sudah datang lebih dulu, Ratna dan Sadam menyusul. Seharusnya ada satu orang lagi yang berangkat, tapi batal karena orang tersebut ditugaskan Sadam ke tempat lain.“Tidak ada yang tertinggal ‘kan?” tanya Sadam.Saat ini mereka berada di executive lounge bandara.“Tidak ada pak. Semua dokumen dan laptop saya juga punya bapak saya jadikan satu koper,” jelas Luna.“Hm. Sudah sarapan?” tanya Sadam lagi.“Ya belumlah, pake nanya. Jam segini dia sudah di sini, mana mungkin sudah makan. Temenin dong atau ambilin apa gitu,” ejek Ratna.Jika bukan di lingkungan perusahaan atau bukan sedang bekerja, Ratna memang begitu. Sering mengejek Sadam dan Luna. Namun, akan bersikap profesional ketika berurusan dengan tugasnya.Luna yang sudah hafal dan kebal dengan ucapan sahabatnya itu, hanya merespon dengan cibiran. Langsung menuju buffet, begitupun dengan Sadam. mengambil coklat pan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status