Share

Bab 11

Author: Erlina
Semua amarah dan kesedihan yang sudah dipendam Naomi akhirnya meluap. Dia pun mulai menangis sambil berseru, “Kenapa kamu begitu keterlaluan? Apa kamu merasa hidupku masih belum cukup menyedihkan? Apa sebenarnya maumu? Apa kamu mau mencelakaiku lagi?”

Melihat Naomi yang menangis, Caden pun tercengang. Dia tiba-tiba teringat ibu kandung Rayden yang menangis di bawah tindihannya malam itu. Pada saat itu, lampu dalam ruangan tidak menyala sehingga Caden tidak melihat jelas wajahnya. Apalagi, otaknya juga sangat kabur karena sudah dibius. Dia bahkan tidak mengingat jelas suara wanita itu. Namun, saat mencium sudut mata wanita itu, dia menemukan air mata yang tidak berhenti mengalir.

Caden tidak tahu kenapa dirinya bisa teringat wanita itu saat melihat Naomi menangis. Namun, perasaan kasihan dan simpati tiba-tiba muncul di hatinya. Dia bahkan hendak mengulurkan tangan untuk menyeka air mata Naomi.

Hanya saja, pada detik selanjutnya, Caden tiba-tiba mengerutkan keningnya lagi. Naomi bukan wanita itu. Ibu kandung Rayden jauh lebih lembut daripada wanita gila di hadapannya ini. Pada saat itu, meskipun kurang sadar, dia bisa merasakan kelembutan gadis itu. Dia sama sekali tidak mirip dengan Naomi yang galak dan seperti seekor harimau betina.

Caden menghela napas berat, lalu menatap Naomi dengan ekspresi agak kesal dan berseru, “Diam!”

“Atas dasar apa aku harus menurutimu? Kamu kira kamu itu siapa? Memangnya hatimu nggak sakit setelah membuat hidupku begitu menderita? Apa kamu masih punya hati nurani? Apa kamu itu masih termasuk manusia?” seru Naomi. Dia merasa sangat sedih dan menangis makin kencang.

Naomi mengira dirinya mampu melupakan penderitaan dan kesulitan waktu itu. Namun, begitu menatap wajah Caden, dia baru sadar bahwa dia tidak sanggup melupakannya. Enam tahun lalu, pria ini sudah menodainya. Sekarang, pria ini malah mencari masalah dengannya lagi. Apa ini utangnya pada pria bajingan ini di kehidupan lalu?

Saat ini, Naomi masih belum bisa bercerai dan tidak bisa mengurus masalah akta kelahiran dan kartu keluarga anak-anaknya. Jadi, mereka tidak dapat meninggalkan Kota Jawhar. Selain itu, dia juga tiba-tiba dilanda utang 100 miliar.

Naomi merasa nasibnya benar-benar buruk! Apa Langit sudah buta dan memang sengaja menindasnya seorang? Dia benar-benar merasa sangat sedih dan tidak berdaya. Huhuhu ....

Sejak melahirkan, ini adalah pertama kalinya Naomi kehilangan kendali atas dirinya. Begitu punya anak, dia telah berjalan keluar dari kesedihan. Namun, begitu bertemu Caden hari ini, dia pun menjadi gila.

Caden tidak tahu bahwa Naomi adalah orang yang dicarinya dengan susah payah selama ini, juga tidak mengerti apa yang sedang dikatakannya. Caden mengira Naomi membencinya dan merasa kehidupannya berubah drastis akibat tiba-tiba memiliki utang sebesar 100 miliar. Oleh karena itu, Caden merasa makin kesal pada Naomi.

Setelah merusak mobil orang lain, Naomi sama sekali tidak terlihat bersalah, malah langsung membencinya. Caden merasa pemikirannya benar-benar bermasalah. Jika bukan karena ingin bertanya pada Naomi, Caden pasti sudah mengusirnya.

“Sebaiknya kamu segera diam!” ancam Caden dengan ekspresi muram. Kesabarannya sudah habis.

“Aaah!” Naomi terlihat bagaikan seekor binatang buas yang sedang kehilangan kendali. Dia meneriaki Caden dengan galak dan hendak menggigitnya lagi.

“Kalau kamu nggak berhenti menangis, jangan harap kamu bisa ketemu sama anak-anakmu lagi!”

Naomi buru-buru menghentikan tangisannya dan bertanya, “A ... apa kamu bilang?”

“Coba saja kalau nggak percaya!”

Naomi pun terdiam. Di dunia ini, hal yang paling menyulitkannya adalah uang. Namun, kelemahan terbesarnya adalah anak-anaknya. Dia pun secara refleks menutup mulutnya agar suara tangisannya tidak terdengar. Dia merasa sangat marah dan sedih, tetapi juga takut pada Caden. Jadi, dia hanya bisa memelototi Caden.

Caden juga memelototinya dengan sikap angkuh. Berhubung sudah tidak tahan, Naomi akhirnya mengalihkan pandangannya terlebih dahulu. Setelah menenangkan diri, dia pun merasa khawatir ....

Jika orang di hadapannya benar-benar adalah pria bajingan itu dan Naomi mengungkapkan insiden waktu itu, bagaimana bila pria ini berebut hak asuh dengannya? Dinilai dari situasi saat ini, pria ini seharusnya cukup sukses karena mampu membeli mobil seharga 100 miliar. Jika pria ini berebut hak asuh dengannya, Naomi pasti tidak mampu bersaing dengannya.

Naomi merasa dirinya telah bertindak terlalu gegabah sebelumnya dan hampir membongkar kedoknya sendiri. Bagaimana kalau pria di hadapannya hanyalah orang yang mirip dengan pria bajingan itu? Menimbulkan keributan seperti ini sangatlah tidak sopan. Jadi, dia pun diam-diam menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.

Melihat Naomi yang sudah tenang, Caden baru bertanya, “Katakanlah, apa yang terjadi semalam?”

Naomi malah balik bertanya dengan cemberut, “A ... apanya?”

“Siapa yang menyelamatkanmu? Habis itu, kalian ke mana? Apa tujuanmu mendekatiku? Kamu ngincar hartaku atau nyawaku?”

Naomi pun bertanya dengan bingung, “Kapan aku mendekatimu? Semalam, jelas-jelas kamu yang datang mencariku dan menangkapku. Habis itu, gedungnya tiba-tiba terbakar dan aku ambil kesempatan untuk kabur. Aku nggak ngincar hartamu atau ....” (Nyawamu.)

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Naomi pun terdiam. Jika pria di hadapannya adalah pria bajingan itu, Naomi memang ingin membunuhnya.

“Atau apa?” tanya Caden.

Naomi menjawab dengan cemberut, “Aku nggak ngincar nyawamu!”

“Kamu rasa aku akan percaya pada ucapanmu?”

“Apa? Ter ... terserah kamu mau percaya atau nggak! Pokoknya, aku sudah berkata jujur!”

Caden bertanya dengan ekspresi muram, “Kamu tinggal di mana semalam?”

Semalam, Caden sempat menyuruh orang untuk mencari Naomi di penginapan kecil itu. Namun, bawahannya tidak menemukan Naomi. Pemilik penginapan mengatakan mereka sudah check-out dan pergi. Dengan kemampuannya saat ini, jika dia tidak dapat menemukan orang yang ingin dicarinya di Kota Jawhar, itu berarti orang itu memang sengaja menyembunyikan lokasinya. Orang yang dapat menyembunyikan diri dengan baik bukanlah orang biasa.

Naomi tentu saja tidak tahu bahwa Braden yang telah melakukan sesuatu pada rekaman CCTV. Dia menjawab dengan kening berkerut, “Buat apa kamu tahu aku tinggal di mana? Apa hubungannya itu denganmu?”

Begitu melihat tampang Caden yang berubah dingin, Naomi pun ketakutan. Tampang Caden yang sedang marah sangat menakutkan. Tadi, dia hanya berpikiran untuk meluapkan emosinya, makanya dia berani memaki Caden bagaikan orang gila. Setelah menenangkan diri, dia akhirnya merasa takut.

Naomi melanjutkan dengan ragu, “Itu privasiku, aku nggak mau kasih tahu kamu.”

“Nggak mau kasih tahu aku atau memang sengaja mau menyembunyikannya?”

“Kenapa aku harus sengaja menyembunyikannya? Aku kan nggak berutang ....” (Uang padamu.)

Begitu teringat 100 miliar itu, Naomi pun tidak melanjutkan 2 kata terakhir. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan mengeluarkan ponselnya dengan marah. Dia menunjukkan selembar foto pada Caden dan berkata, “Kemarin, aku sudah tanya pada putraku. Dia memang menghancurkan mobilmu, tapi lihat. Kalian dulu yang menindas orang lain! Putra keduaku menggores mobilmu hanya untuk membalaskan dendam adiknya.”

Caden melirik foto itu dan mengerutkan keningnya. Foto itu menunjukkan sebuah memar yang besar pada kaki putih nan halus seorang anak. Memar itu terlihat sangat sakit.

Naomi berkata, “Ini adalah luka yang ditimbulkan wanitamu. Dia itu seharusnya istrimu, ‘kan? Ini namanya penyiksaan anak! Aku bisa menuntutnya, tahu!”

Caden tidak berkomentar. Jadi, Naomi lanjut berkata, “Di stasiun kereta api ada CCTV. Kalau nggak percaya, periksa saja rekaman CCTV-nya.”

Caden bukan tidak percaya. Dia tentu saja tahu jelas sifat Jessica. Namun, ini adalah tindakan Jessica. Apa hubungannya hal ini dengannya? Jadi, dia pun menjawab, “Bukan aku yang melukai putramu. Tapi, anakmu malah merusak mobilku.”

Naomi memelototi Caden, tetapi tidak dapat membantah. Meskipun mereka adalah suami istri, dia memang tidak bisa melimpahkan kesalahan istri Caden pada Caden.

“Selain itu, kamu juga sudah melukai tanganku,” tambah Caden lagi.

Naomi pun melirik bekas gigitan di pergelangan tangan Caden. Kemudian, auranya langsung melemah. Saat tidak tahu harus bagaimana menjawab, Caden terlebih dahulu mengalihkan pembicaraan dan berkata, “Kalau nggak mau masuk penjara dan kehilangan anak-anakmu, jawab pertanyaanku dengan jujur.”

“Pertanyaan apa?”

“Apa tujuanmu mendekatiku? Siapa yang kasih kamu perintah untuk melakukannya?”

Naomi menjawab dengan kesal, “Aku sudah bilang, aku nggak berniat untuk mendekatimu dan nggak ada orang yang kasih aku perintah untuk melakukan apa-apa.”

Caden jelas tidak percaya pada ucapan Naomi. Dia mengancam, “Asal kamu tahu, kalau kamu nggak mau jujur, konsekuensinya sangat serius!”

“Yang kubilang itu kenyataan!”

Caden terlihat kesal dan segera memberi perintah, “Steven, serahkan dia pada polisi. Tanpa izinku, dia nggak boleh dibebaskan!”

Setelah itu, pintu mobil pun terbuka. Steven yang berdiri di samping mobil berkata, “Bu Naomi, silakan turun.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Andri Dwi
agak janggal sih. walaupun blm pernah bertatap muka dg istrinya, emg nama istrinya jg dia ga tau ya? harusnya pas disebut namanya naomi, lgsg ngeh lah kl itu istrinya
goodnovel comment avatar
July Elly
kasihan Naomi
goodnovel comment avatar
Fetrinaelfita
yang sabar naomi.....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 2347

    Sekarang Tora memang terus mempertimbangkan perasaan Caden! Dia mengernyitkan keningnya sembari menatap Caden. “Apa kamu lupa, nyawa putrimu masih ada di tanganku!”Caden bertatapan dengannya. “Kalau begitu, coba kamu lukai dia saja. Aku ingin lihat apa seumur hidupmu ini, kamu masih berkesempatan untuk mendapatkan virus generasi ke-8 atau nggak!”Mereka berdua saling bertukar pandang selama 2 menit. Pada akhirnya, Tora duluan mengalah. “Kita jangan bertengkar lagi. Nggak ada untungnya bagi kita untuk bermusuhan. Kamu nggak ingin kehilangan putrimu dan aku juga nggak ingin kehilangan virus generasi ke-8.”“Tapi, kita nggak bisa terus bersikap seperti ini. Dengan kondisi di depan mata, gimana kamu ingin menyelesaikannya?”Caden juga mengalihkan pandangannya. Dia mematikan puntung rokok ke dalam asbak, lalu menyalakan satu batang lagi. Caden tidak menjawab pertanyaannya, melainkan mengubah pertanyaannya. “Kalau kamu ingin virus generasi ke-8, kamu jawab pertanyaanku dulu. Selain kamu, s

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 2346

    Tora terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. “Sejak kecil, aku sungguh berharap bisa dikagumi oleh orang-orang. Aku berharap bisa menjadi dewa yang bisa mengatur nasib orang lain, bukan diatur oleh orang lain!”“Sebelumnya aku selalu melakukan semuanya dengan mempertimbangkan perasaan orang lain. Aku juga berharap orang lain bisa mempertimbangkan perasaanku.”Caden berkata dengan nada dingin, “Kenapa kamu hanya menargetkan warga Negara Carika saja? Kenapa kamu nggak menargetkan warga negara asing?”Tora membalas, “Aku juga nggak kenal dengan warga negara asing itu. Kalau mereka mengagumimu, aku juga nggak merasa punya pencapaian. Lebih enak untuk bisa dikagumi oleh orang-orang yang familier bagiku.”Caden langsung berkata, “Kamu memang sakit!”Tora telah sakit parah. Dia bahkan lebih gila daripada orang gila! Sepertinya memang ada masalah dengan mentalnya.Kening Caden berkerut. Dia berkata dengan dingin, “Kamu juga adalah warga Negara Carika. Virus generasi ke-8 juga akan berdam

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 2345

    “Setelah itu, kamu pergi lagi ke Desa Silas untuk menyamar sebagai ayahku. Kamu menyeret Samuel ke atas gunung di tengah hujan deras, membuatnya melihat langsung betapa tragis nasib kakak perempuannya sendiri!”“Aku bisa memahami tujuanmu membuat Samuel mengalami semua itu. Kamu ingin menghancurkan mentalnya agar dia sepenuhnya dirasuki oleh iblis dan bisa dimanfaatkan olehmu.”“Tapi, aku nggak bisa paham, padahal saat ayahku hidup dulu, dia memperlakukanmu dengan sangat baik! Dia bahkan menganggapmu sebagai saudara kandungnya!”Raut wajah Tora kelihatan muram. “Aku nggak bisa menerima tatapan ibanya ketika melihatku. Setiap kali dia membantuku, aku merasa seperti sedang diberi sumbangan saja!”Caden menggigit bibirnya. “Dengan karakter ayahku, berhubung dia memilih untuk membantumu, dia pasti akan melakukannya dengan sepenuh hati! Apa kamu mencelakainya hanya gara-gara masalah itu?”Tora berkata, “Kamu sama sekali nggak mengerti perasaan seperti itu! Aku benar-benar berharap orang yan

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 2344

    Ada sebuah danau buatan di samping rumah sakit, dengan sebuah kedai teh di tepi danau.Caden dan Tora sama-sama memasuki kedai teh itu. Harlan juga mengikuti mereka. Setibanya di depan pintu kedai teh, Tora baru berkata pada Harlan, “Kamu nggak usah masuk. Ada yang ingin aku bicarakan berdua dengan Caden. Kamu tenang saja. Aku hanya akan ngobrol malam ini. Aku nggak akan turun tangan. Sekarang belum saatnya juga untuk turun tangan.”Kening Harlan berkerut. “Kamu sudah janji sama aku, nggak akan membunuh Caden!”Tora mengangguk. “Aku akan melakukannya.”Harlan mengernyitkan keningnya. Meskipun Harlan tidak bersedia, dia juga menuruti apa kata Tora untuk tidak ikut masuk ke dalam kedai teh.Sesampainya di ruangan VIP, Caden menyalakan rokok. Raut wajahnya kelihatan penat ketika melihat pemandangan danau di luar jendela!Tora duduk di seberang Caden sambil menatapnya dengan tenang.Beberapa saat kemudian, pelayan masuk untuk menyuguhkan teh. Tora berterima kasih dengan hormat dan ramah.S

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 2343

    Setelah diselidiki, Tora berkata pada orang tua anak perempuan itu, “Dia bisa bernasib seperti ini juga gara-gara ulah kalian. Kalian barulah pembunuhnya. Kalau jadi aku, aku nggak ada muka untuk hidup lagi!”Pada malam hari itu, ibu dari anak perempuan itu bunuh diri dengan mengonsumsi racun. Baru saja pemakaman ibu dan anak perempuan selesai, anak laki-laki juga bunuh diri dengan lompat dari gedung.Peristiwa ini langsung menghancurkan sedikit rasa keterikatan yang masih tersisa pada diri Caden terhadap Tora!Polisi memang tidak menemukan apa-apa saat memeriksa Tora dan Harlan, tetapi firasat Caden mengatakan pasti Tora sudah menghasut Harlan untuk melakukannya! Caden pernah mencari Tora untuk berterus terang kepadanya, lalu benar-benar memutuskan hubungan dengannya!Waktu itu, mata Tora kelihatan merah. Dia merasa sakit hati dan juga kecewa. Dia berulang kali terus mempertanyakan Caden, “Seandainya aku benar-benar separah yang kamu katakan, kenapa aku nggak menghasutmu untuk membunu

  • Anak Kembar Empat si Presdir Dingin   Bab 2342

    Setelah Tora muncul, kehidupan Caden menjadi lebih membaik.Berhubung Caden mendengar kata Tora, dia juga tidak keras kepala lagi saat berhubungan dengan anggota Keluarga Pangestu.Justru karena Tora selalu diam-diam menjaganya, membawakan makanan lezat dan mainan kepada Caden, bahkan bercerita kisah sebelum tidur kepada Caden, Caden pun merasakan kembali kehangatan yang sudah lama tidak dirasakannya.Bahkan masalah Tony adalah sandaran terbesar Caden dalam Keluarga Pangestu, juga diberi tahu oleh Tora.Tora berkata, “Kakekmu memang nggak mencintaimu. Kamu pasti bisa merasakannya. Dia menjemputmu kembali juga demi dirinya sendiri!”“Kamu adalah satu-satunya penerus Keluarga Pangestu. Tanpa kamu, Keluarga Pangestu akan jatuh ke tangan orang lain. Tapi dengan adanya kamu, dia bisa menggunakan alasan membantumu untuk sementara waktu, lalu menguasai seluruh Keluarga Pangestu dengan terang-terangan!”“Jadi, selama di Keluarga Pangestu, Tony adalah satu-satunya orang yang nggak berharap kamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status