Viyone berdiri di depan wastafel, air mengalir deras dari keran saat ia mencuci piring kotor. Pikirannya melayang jauh, terbawa oleh kabar yang baru saja didengarnya. Mantan tunangan suaminya, kini telah kembali ke kota ini dan bertemu dengan Wilson.Hatinya terasa sesak, namun Viyone berusaha untuk tidak terpengaruh. Ia menahan rasa sakit itu, dan berusaha mengingatkan dirinya bahwa pernikahan mereka dulu hanyalah demi anak-anak. "Kenapa aku harus sedih? Pernikahan kami hanyalah demi anak-anak. Bukan karena cinta. Dengan siapa pun dia bersama bukan urusanku. Itu yang aku pinta sebelum menikah. Tidak boleh ikut campur dengan urusan masing-masing," gumamnya dalam hati. Setelah selesai mencuci piring, ia mematikan keran dan mengeringkan tangannya dengan handuk. Langkah kakinya membawanya menuju kamar anak-anaknya yang sudah terlelap dalam tidur. Viyone membuka pintu kamar anak-anaknya dengan perlahan, berusaha untuk tidak membuat suara yang bisa membangunkan mereka. Saat melihat wajah
Gedung tinggi yang megah menjadi saksi pertemuan beberapa anggota mafia. Di antara mereka, terlihat seorang pria botak bertato bernama Sandez. Ia baru saja menghadiri pertemuan penting antar mafia atas undangan dari Dragon. Sandez tertawa akrab bersama para mafia lainnya, seolah tak ada yang bisa menghentikan mereka. Mereka saling menepuk pundak, mengobrol, dan mengejek satu sama lain. "Tuan Sandez, bos kami membayar Anda dengan harga fantastis demi kepala Wilson. Aku yakin Anda tidak akan mengecewakan kami," ujar pria berambut panjang yang diikat dengan kuncir kuda, seraya menunjukkan isi koper yang dipenuhi oleh tumpukan uang. Sandez tersenyum lebar, tatapan matanya tajam dan penuh keyakinan. Ia menatap pria berambut panjang itu lalu menjawab, "Tenang saja, teman. Kepala Wilson akan ada di tangan bos. Dan uang ini akan menjadi hadiah termanis yang pernah aku terima." Para mafia yang hadir tertawa bersama Sandez, menikmati momen kebersamaan sejenak sebelum mereka kembali ke dunia
Wilson membuka brankas yang tersembunyi di balik lukisan di dinding ruang kerjanya. Dalam brankas itu, terdapat sebuah dokumen penting."Kalau Viyone masih belum bisa percaya padaku, Hanya ini satu-satu caranya untuk membuktikan padanya," gumam Wilson.Di sisi lain, Viyone tengah duduk di ruangan kerja saat tiba-tiba ia dipanggil oleh atasannya. Dengan langkah cepat, Viyone segera menuju ruangan Direktur. "Viyone, Apakah kamu kenal aktor Brad Jancof?" tanya Direktur sambil menatap Viyone tajam. "Kenal, ada apa, Direktur?" jawab Viyone dengan bingung, berusaha menyembunyikan rasa gugup yang mulai menyelimuti hatinya. "Besok Brad akan menjadi aktor iklan kita. Kamu harus meriasnya!" perintah Direktur dengan tegas. Viyone terkejut mendengar perintah tersebut, namun ia berusaha tetap tenang dan mengangguk mengerti. "Baik, Direktur. Aku akan melakukan yang terbaik," ujar Viyone, lalu segera meninggalkan ruangan tersebut.Malam harinya, Wilson menemui Viyone dengan wajah serius, menggen
Wilson melangkah masuk ke restoran mewah tersebut, matanya segera menangkap beberapa orang dari kalangan bisnis yang sudah duduk di meja bundar. Dengan langkah mantap, ia segera menghampiri mereka dan tersenyum ramah. "Selamat malam, semuanya. Terima kasih sudah datang," ucap Wilson. "Bisa duduk dan makan bersama Anda, adalah kebanggaan kami," ucap salah satu rekan bisnisnya, sambil mengajak Wilson untuk duduk. "Kita adalah rekan bisnis, sudah seharusnya aku mentraktir Anda semua," jawab Wilson sambil duduk di bersama mereka dan bersulang dengan mereka. Sementara itu, di sisi lain restoran, seorang pelayan yang sedang mendorong troli yang membawa makanan menuju ke arah ruang makan yang terpisah dengan yang lain. Di balik pakaian pelayannya, tangannya seakan-akan meraba sesuatu yang tersembunyi. Tak ada yang menyadari bahwa ia sedang menyembunyikan pistol di balik pakaian pelayannya. Saat pelayan tersebut semakin mendekat, Wilson dan rekan bisnisnya asyik tertawa dan bercengkerama
Suara tembakan semakin terdengar di saat sejumlah pembunuh itu menyerbu ke restoran, sebagian anggota Dragon tewas diserang secara tiba-tiba. Kini tersisa empat pengawal tangguh Wilson yang bertarung dengan lawannya. Sementara puluhan anggota Dragon yang berjaga di depan ruang makan Wilson. Sama sekali tidak beranjak dari sana. di tangan mereka masing-masing memiliki pistol.Wilson yang telah menghabiskan makanan dan minumannya, Ia pun bangkit dengan tenang. Ia menyadari baku tembak yang terjadi semakin memanas dan jumlah musuhnya semakin bertambah."Kalian semua jangan keluar dari ruangan ini!" Pesan Wilson pada rekan bisnisnya. Di sisi lain, anggota keluarga Wilson bernama Andres berlari tergesa-gesa menuju mansion Zavierson. Napasnya tersengal-sengal dan keringat membasahi dahinya, Andres langsung melaporkan kejadian yang baru saja ia terima melalui panggilan telepon darurat. "Kakak, Bos diserang oleh sekelompok pembunuh bayaran!" seru Andres dengan wajah ketakutan. Mendengar be
Sandez, pemimpin geng Black Eagle, adalah seorang pria paruh baya yang dikenal kejam dan tidak memiliki belas kasihan. Ia memiliki sejumlah anak buah yang tangguh. Namun, di dunia mafia saingan terberatnya adalah Wilson Zavierson yang selalu mendahuluinya dalam segala hal. Sehingga membuat dirinya merasa dikalahkan dan tidak puas dengan pemimpin dragon tersebut.Ketika beberapa pembunuh yang bekerja untuknya terlempar keluar dari restoran, Sandez terkejut tidak menyangka utusannya yang terkenal akan dikalahkan begitu saja. Para pembunuhnya terkapar di jalan, tubuh mereka penuh luka, dan kaca besar restoran hancur berantakan. Wilson yang berhasil mengalahkan para pembunuh itu, tampak santai dan tenang, matanya menunjukkan kecerdasan dan ketajaman. Ia menatap para pembunuh yang terkapar di tanah dengan ekspresi yang dingin dan tegas. "Siapa yang mengutus kalian?" tanya Wilson pada mereka. Seorang pembunuh yang terluka parah mencoba untuk menjawab, meskipun suaranya terdengar lemah
Viyone melangkah masuk ke pusat perbelanjaan dengan langkah pasti, mencoba menyembunyikan rasa was-was yang menghantui pikirannya. Ia menyadari ada sosok yang mengikuti gerak-geriknya dari belakang. Dalam usaha untuk menghindari pria tersebut, Viyone mulai berjalan dengan santai sambil melirik barang-barang pajangan, seolah tidak ada yang terjadi. Viyone mencoba untuk bergabung dengan kerumunan orang yang sedang melihat-lihat barang di salah satu toko. Ia mencoba berbicara dengan beberapa orang di sekitarnya, berpura-pura tertarik pada buah-buahan yang dipajang di depannya. Viyone sambil berbicara dengan suaminya seperti biasa, "Aku sedang membeli buah-buahan untuk anak-anak, apakah kamu ingin sesuatu?" tanya Viyone pada Wilson yang di seberang sana, berusaha untuk tidak terlihat ketakutan. Sementara itu, pria yang mengikuti Viyone dari belakang tetap menjaga jarak, berjalan dengan langkah santai namun tetap fokus pada gerak-gerik wanita itu. Ia memasukan tangannya ke dalam saku ce
Suara Vic yang kencang menggema di seluruh rumah, membuat semua penghuni rumah terlonjak kaget. Anak itu berlari menuruni anak tangga dengan nafas terengah-engah, "Papa, Papa, ada yang mengintai rumah kita dari hutan sana," teriaknya dengan nada tinggi. Mendengar laporan Vic, Wilson segera berdiri dari kursinya, matanya terlihat tajam dan penuh kecurigaan. "Kirim anggota kita, tangkap mereka!" perintahnya dengan tegas kepada salah satu anak buahnya yang langsung bergegas keluar rumah. Wilson kemudian menghampiri Vic yang masih terlihat sedang buru-buru, dan meletakkan tangannya di pundak anaknya. "Vic, kamu dan Chris pura-pura tidak tahu saja. Jangan khawatir!" ujarnya dengan lembut, berusaha menenangkan putranya. Namun, Vic menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Papa, aku tidak takut. Aku hanya penasaran siapa mereka dan kenapa bertindak seperti pengecut," jawabnya dengan berani, menunjukkan sisi keberaniannya yang tak terduga. Sementara itu, Viyone yang melihat kegaduhan itu dar