Home / Romansa / Anak dari Sang CEO / Bab 13. Pertemuan yang Ditunggu

Share

Bab 13. Pertemuan yang Ditunggu

Author: Lovely Pearly
last update Last Updated: 2025-12-19 09:15:16

Revan terdiam. Tatapannya tertuju pada Arra yang napasnya masih memburu. Meninggal? Ia tahu itu kebohongan. Ayah Rafa masih hidup, berdiri tegak tepat di hadapan Arra saat ini. Namun mendengar Arra menyebut sosok “ayah” Rafa telah tiada, tepat di depan dirinya, membuat dada Revan terasa sesak luar biasa.

“Oke,” ucap Revan akhirnya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah, lalu mundur selangkah, memberi ruang bagi Arra. “Maaf kalau saya lancang. Saya tidak bermaksud mengungkit masa lalu.”

Arra mengangguk cepat. “Permisi, Pak.”

Tanpa menunggu jawaban, Arra berbalik dan tanpa sadar membawa laptop milik Revan. Ia setengah berlari keluar dari ruangan itu. Kakinya terasa lemas, seolah ia baru saja lolos dari terkaman seekor singa.

Setelah Arra pergi, Revan kembali duduk di sofa yang tadi ditempati wanita itu. Tangannya menyentuh bantalan yang masih menyisakan kehangatan tubuh Arra. Pandangannya kemudian tertuju pada sesuatu di bawah meja ka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Anak dari Sang CEO   Bab 15. Tak bisa menghindar

    Arra melirik arloji di pergelangan tangannya, jarumnya sudah menunjuk pukul dua belas siang, tanda jam istirahat akhirnya tiba. Ia sedikit meregangkan tubuh yang terasa pegal, meski baru beberapa jam bekerja. Bukan tanpa alasan, sejak pagi Arra mengerjakan dua pekerjaan sekaligus.Pertama, tugas rutinnya seperti biasa. Kedua, pekerjaan tambahan dari Revan, mengarsipkan data proyek yang tergolong rahasia, Proyek Green Valley, yang berjalan dua tahun lalu.Baru saat itu Arra tersadar bahwa ia bahkan membawa laptop Revan. Mau tak mau, ia mengerjakan arsip tersebut bersamaan dengan pekerjaannya sendiri. Pandangannya kemudian beralih pada Dinda yang sedang bersiap-siap dan merapikan diri.“Ke mana? Nggak jadi ikut aku makan siang bareng Rafa?” tanya Arra penasaran.“Enak aja. Ikut, lah,” jawab Dinda santai. “Aku mau ke kantin dulu beli makanan. Soalnya nggak bawa bekal hari ini. Tungguin, ya. Please!” Dinda memasang wajah memelas seperti anak kecil yan

  • Anak dari Sang CEO   Bab 14. Om Revan

    Rafa memiringkan kepalanya sedikit, menatap Revan dengan rasa penasaran.“Halo, Om. Om siapa? Temannya Mami, ya?”Revan terkekeh pelan. “Bisa dibilang begitu. Nama Om Revan. Kalau kamu?”“Rafa,” jawabnya mantap sambil mengulurkan tangan kecilnya yang sedikit kotor oleh debu lantai.Revan menyambut uluran tangan mungil itu. Telapak tangan Rafa terasa begitu kecil dan rapuh dalam genggaman tangannya yang besar. Saat kulit mereka bersentuhan, ada getaran aneh yang menjalar hingga ke lengannya, sebuah ikatan darah yang tak kasatmata, seolah saling mengenali.“Rafa lagi nunggu Mami?” tanya Revan ringan, enggan segera melepaskan tangan kecil itu.“Iya,” keluh Rafa sambil mengerucutkan bibir. “Mami kerjanya lama banget. Padahal Rafa udah laper. Paman Ujang cuma punya kopi, Rafa kan nggak boleh minum kopi. Akhirnya Rafa dibeliin es krim sama Paman Ujang. Padahal tadi Mami nyuruh Rafa sekolah aja. Sekarang malah bosen. Kalau di sekolah ka

  • Anak dari Sang CEO   Bab 13. Pertemuan yang Ditunggu

    Revan terdiam. Tatapannya tertuju pada Arra yang napasnya masih memburu. Meninggal? Ia tahu itu kebohongan. Ayah Rafa masih hidup, berdiri tegak tepat di hadapan Arra saat ini. Namun mendengar Arra menyebut sosok “ayah” Rafa telah tiada, tepat di depan dirinya, membuat dada Revan terasa sesak luar biasa.“Oke,” ucap Revan akhirnya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah, lalu mundur selangkah, memberi ruang bagi Arra. “Maaf kalau saya lancang. Saya tidak bermaksud mengungkit masa lalu.”Arra mengangguk cepat. “Permisi, Pak.”Tanpa menunggu jawaban, Arra berbalik dan tanpa sadar membawa laptop milik Revan. Ia setengah berlari keluar dari ruangan itu. Kakinya terasa lemas, seolah ia baru saja lolos dari terkaman seekor singa.Setelah Arra pergi, Revan kembali duduk di sofa yang tadi ditempati wanita itu. Tangannya menyentuh bantalan yang masih menyisakan kehangatan tubuh Arra. Pandangannya kemudian tertuju pada sesuatu di bawah meja ka

  • Anak dari Sang CEO   Bab 12. Di Ruang CEO

    Dengan langkah yang terasa berat, Arra menuju lift khusus yang akan membawanya ke lantai teratas. Di dalam lift, ia sempat menatap bayangannya di cermin, memastikan penampilannya rapi. Seolah itu bisa menenangkan degup jantungnya yang tak kunjung reda. Dan memastikan dokumen laporan kemarin ia bawa untuk berjaga-jaga jika Revan memintanya.Pintu lift terbuka. Kevin, asisten pribadi Revan, sudah menunggunya dengan senyum tipis yang seakan menyimpan makna.“Langsung masuk saja, Bu Arra. Bapak sudah menunggu dari tadi,” ujar Kevin.Arra mengangguk kaku. Ia melangkah mendekat, mengetuk pintu mahoni besar itu dua kali sebelum mendorongnya perlahan.“Permisi, Pak.”Pemandangan di dalam ruangan itu sedikit berbeda dari biasanya. Revan tidak duduk di balik meja kerjanya yang besar. Ia justru berdiri di dekat jendela kaca raksasa yang menghadap hamparan kota Jakarta, membelakangi pintu. Satu tangannya terselip di saku celana bahan, sementara tanga

  • Anak dari Sang CEO   Bab 11. Panggilan dari Sang CEO

    “Pak Ujang, maaf ya, sekali lagi sudah merepotkan Bapak,” ucap Arra pada penjaga pos satpam perusahaan.Pagi itu, ia kembali membawa Rafa ke tempat kerjanya. Bocah itu sengaja meminta libur sekolah satu hari lagi, dengan alasan ingin bermain bersama Pak Ujang. Sebenarnya Arra sempat ragu. Ia khawatir Rafa akan bosan menunggu dari pagi hingga sore, sekaligus tak enak hati karena harus merepotkan Pak Ujang untuk menjaganya.“Ah, nggak ngerepotin sama sekali, Mbak,” jawab Pak Ujang santai. “Lumayan, hari ini saya punya teman main. Daripada saya bengong sendirian, mending main sama Rafa, ya nggak, Raf?” katanya antusias.Rafa mengangguk cepat, lalu menoleh ke arah Maminya dengan wajah ceria.“Iya, tuh, Paman Ujang aja nggak keberatan kok. Masa Rafa nggak boleh main di sini, sih, Mami?” adunya polos.Arra menghela napas pelan, lalu berjongkok agar sejajar dengan tinggi Rafa.“Ingat, ya. Jangan nakal dan jangan keluyuran ke mana-mana.

  • Anak dari Sang CEO   Bab 10. Keputusan Revan

    “Itu… Mommy nggak tahu apa-apa soal surat itu,” elak Mirna. Matanya bergerak gelisah, menghindari tatapan Revan. “Mungkin nyelip di mana. Kamu tahu sendiri, pembantu di sini suka ceroboh.”“Jangan bohong!” bentak Revan.Suara itu menggelegar di kamar yang sunyi, membuat Mirna tersentak.“Surat ini ada di kotak Barang Bekas,” lanjut Revan dengan suara bergetar menahan amarah. “Cap posnya sehari setelah Arra pergi. Waktu itu Revan keliling Jakarta nyariin dia seperti orang gila, Mom! Revan nggak makan, nggak tidur, Revan hancur! Dan Mommy tahu Arra kirim surat ini, tapi Mommy memilih diam?”Mirna menarik napas panjang, berusaha mengembalikan wibawanya. Ia menegakkan punggung, dagunya terangkat, menatap Revan dengan sorot menantang.“Iya!” sahutnya akhirnya. “Terus kenapa kalau Mommy sembunyikan?”“Wanita itu racun buat kamu, Revan! Anak orang miskin, nggak punya masa depan! Kalau surat itu sampai ke tangan kamu waktu itu, kamu past

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status