MasukAyano Ruriko harus menghadapi kematian. Seorang malaikat yang bertugas untuk membawanya pergi dari dunia, malah mengijinkan gadis itu hidup kembali. Ruriko berhutang budi pada sang malaikat, namun ia tak bisa bertemu dengan makhluk itu. Enam tahun kemudian, sebuah penglihatan akan hujan bulu sayap membawa Ruriko pada sosok yang cari: Malaikat! Sosok pertama yang bisa ia lihat adalah Mirai, sang malaikat pelindung bayi. Dengan kemampuan itu, Ruriko pun berusaha mencari keberadaan malaikat maut penolongnya. Berhasilkah Ruriko menemukan keberadaannya?
Lihat lebih banyakMay bowed her head down in shame. Her coffee, doe eyes were filled with tears of pain,
immeasurable hurting. She was trying hard not to let the tears fall as her dad's words pierced into her heart like a sharp knife."You're a disgrace to this family." he proclaimed, pointing an accusing finger at her. "Just look at yourself. Do you see how much of a mess you are? Your mom and I gave you everything you ever wanted!"
She fiddled with her wrist band. Her grandmother, Ese, had given it to her as a present. She couldn't look at her dad's face nor could she talk back. She wouldn't dare.
"We've only wanted the best for you, your mom and I. We gave you everything you needed and you pay us back is by getting pregnant from an ordinary gatekeeper's son?! At this age..?"
At the age of seventeen, still in secondary school, getting pregnant was indeed a big disgrace to the family and especially to her father's reputation.
The tears flooded from her eyes to her small, cute lips. She tasted the salty liquid and squeezed her eyes shut, wishing time would reverse so she could tell Edric, the twenty-year-old gatekeeper's son responsible for her pregnancy, that she didn't want to be his girlfriend. Then she wouldn't have to stand outside her house with a bulging stomach and her family looking at her with contempt. Especially her dad.
"For bringing shame into this family, I disown you. You are no longer my daughter."
She threw her head up with a shaky intake of breath. Her eyes were wide because she couldn't believe what she had heard.
"Father... It was a mistake." she managed to croak out.
He looked away from her and with a gesture of his hand, he ordered his securities to push
her out of his compound. As she was dragged out, she stretched her hand to her younger sister - whose hand was reaching out for her to hold, as if that was going to bring May back into the house. But the two security men forcefully held Esther back.They shoved her out, making the dirt rise with her fall. But before the big, black gate closed, she saw her mom kneeling on the floor weeping. She balled the cloth of her father's trousers in her hands, pleading with him to bring her pet back into the house.
People nicknamed May as mummy's pet.
Now that, too, would be no more. She will have to stop schooling, stop her luxurious lifestyle, and start a new life. Living with the poor gateman's son until they eventually got married. She didn't want that. She was too young for that.
She wanted her sweet life back where she could ask for anything and within minutes, it would be in her hands. Where she wouldn't have to do anything but order the maids around. She closed her eyes, weeping at the thought of how she had messed up her life.
May's head rested on the gate as she gradually drifted off to sleep, standing. But before she entered a deep slumber, someone tapped her shoulder gently, jolting her awake. She relaxed when she saw it was Mr. David, the gatekeeper.
He motioned with his head.
"Let's get going." was all he said as he started walking away, hoping she would follow.
Without thinking - there was nothing to think about anymore anyway - she followed him.
"Goodbye.." she whispered to herself, hoping the wind would send her farewell to her
beloved mother and sister.Aturan yang pertama, malaikat harus menyelesaikan tugas yang sudah dibebankan kepadanya. Aturan kedua, tiap malaikat tak boleh sering berhubungan dengan malaikat lain, apalagi manusia. Aturan ketiga ...."Ruriko-san!"Konsentrasi Ruriko terpecah oleh sebuah seruan. Tersentak, gadis itu mengedar pandangan untuk mencari siapa yang tengah memanggilnya. Sepasang mata gadis itu tertuju pada kerubungan anak-anak panti asuhan. Tampak Kazu yang berada di luar kerumunan, menyerukan nama Ruriko sembari melambaikan kedua tangannya."Ruriko-san! Michi terluka!"Ruriko yang tadinya menyendiri di salah satu ayunan seketika bergerak mendatangi kerumunan itu. Saat sosok dewasa mendatangi mereka, kerumunan anak-anak panti asuhan mulai renggang, seolah membiarkan Ruriko melihat k
“Jadi begitu. Karena malaikat itu, kau bisa hidup kembali.” Bibir Rio sedikit mengerut saat menggumamkan kesimpulan dari cerita Ruriko. Kontras dengan Mirai, reaksinya lebih kalem. Si malaikat berwujud wanita cantik itu juga tidak langsung menghakimi perbuatan salah satu kaumnya yang sudah berani melawan garis takdir.Sambil melajukan sepedanya perlahan, Ruriko mengangguk-angguk. Pandangan matanya tak lepas dari sosok yang melangkah di sampingnya.Pertemuan mereka tak disengaja. Ruriko tengah mengendarai sepedanya kembali ke rumah setelah menyambangi minimarket untuk berbelanja. Ia melihat sebuah bulu sayap terbang di antara sepasang ibu dan anak yang berjalan di depannya. Untung saja, Ruriko sudah terbiasa dengan penampakan itu sehingga responnya lebih tenang. Ditunggunya perubahan wujud bulu itu sampai menjadi malaikat. Tak disan
Denting piano menggema di penjuru aula, sebagai intro dari lagu yang dibawakan oleh paduan suara anak-anak panti asuhan. Erina sebagai pengiring musik ikut bernyanyi sambil sesekali melirik ke jajaran anak-anak berseragam merah. Mereka tampak menghayati lagu meski penontonnya hanya sedikit.Ada orang tua angkat Rio duduk berdampingan di barisan terdepan. Rio dipangku oleh sang ibu. Di belakang mereka, terdapat para pengurus panti asuhan. Sisanya, di baris terbelakang hanyalah kursi-kursi kosong. Sebenarnya, Ruriko yang menempatinya, tetapi ia malah ditunjuk menjadi seksi dokumentasi dadakan. Sejak tadi, Ruriko berpindah-pindah tempat untuk membidik gambar dari sudut terbaik, meski ia bukanlah fotografer profesional. Yang penting momen-momen penting ini bisa terekam.Sembari menjalankan tugasnya, sesekali mata Ruriko mengedari sekitar ruangan, mencar
Jika para manusia menganggap malaikat adalah makhluk superior, maka mereka salah besar. Mereka hanya sosok-sosok yang hidup untuk menjalankan tugas, soliter, bahkan tak berarti. Kehidupan mereka juga bergantung pada keberhasilan dalam melaksanakan tanggung jawab. Jika gagal, mereka akan menerima hukuman. Jika berhasil, ada tugas berikutnya yang menanti. Alur itu berulang terus sampai keberadaan sang malaikat lenyap secara perlahan tergerus oleh aliran waktu. Saat menjalani hidup sebagai malaikat, tugasnya adalah untuk menjaga ikatan manusia. Ketika manusia berselisih paham dengan manusia lain, ia berusaha untuk menyatukannya kembali. Caranya dengan mempengaruhi manusia melalui bisikan-bisikannya, yang dikenal oleh manusia sebagai nurani. Terkadang malaikat itu sering merasakan kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Memang tidak mudah mempengaruhi p
Sudah hampir tengah malam, tetapi sosok Rio belum juga ditemukan. Ruriko, Erina, serta Kazu pun mulai putus asa. Padahal, Kazu sudah mencarinya ke tempat-tempat favorit Rio yang hanya ia ketahui, tetapi hasilnya tetap saja nihil. “Apa kita lanjutkan besok saja? Ada bantuan dari pihak keamanan juga. Mereka pasti tengah mencari Rio. Kita tunggu kabar dari mereka saja, ya,” usul Erina sambil melirik arlojinya. Mereka bertiga sudah sama-sama kelelahan sehingga ingin rasanya segera pulang dan melanjutkan pencarian esok hari. Tetapi, mereka takut terjadi sesuatu yang buruk menimpa Rio kalau mereka menjeda pencarian ini. “Tapi, Rio-chan. Aku cemas,” ucap Ruriko murung. Erina langsung menyentuh tangan Ruriko lalu menggeleng pelan. Ia sebenarnya juga takut, tetapi ia tak mau berpikir macam-macam. “Semua akan b
Ranting pohon adalah kuasnya. Pekarangan adalah kanvas kosongnya. Dua media itu sudah cukup untuk menuangkan kreativitas si anak berkuncir dua.Sambil berjongkok, sepasang mata kelerengnya bersorot serius menciptakan sebuah gambar berupa dua sosok berdampingan. Tangan berupa garis lurus itu terlihat tumpang tindih, seolah mereka sedang berpegangan erat. “Rio dan Kazu.” Ia bergumam. Tak lama kemudian, ia diam. Menggunakan ranting pohon, ia langsung menghapus gambar sosok yang berperawakan lebih besar. “Kazu membenci Rio,” bisik anak itu. Sorot matanya berubah sendu. Pikirannya memutar kembali kejadian beberapa hari lalu. “Pergi saja sendiri! Aku tak akan ikut!” “Tapi, bukankah kau mau bersama Rio-chan? Mereka akan mengadopsimu juga.”






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen