Michelle masih mengenakan jubah mandi, bersandar di jendela dan menatap ke arah acara makan malam yang meriah di bawah.
Andai saja Arga tidak kehilangan ingatan ...
Memikirkan hal ini, Michelle segera menggelengkan kepalanya dengan penuh semangat berusaha menghapus asumsi apapun.
Dia tidak ada hubungan dengan seorang Arga Hiratama lagi!
Dia berdiri, baru saja akan berbalik, tiba-tiba sepasang tangan terulur dari belakang, dan mengejutkannya.
Yang terjadi selanjutnya adalah ciuman penuh hasrat yang luar biasa, dengan nafas maskulin, memancarkan rasa hormonal yang kuat, membuatnya merasa terintimidasi.
Pria itu bernapas berat, berada di ruangan di mana tidak ada cahaya yang menyala, Michelle tidak bisa melihat wajah seseorang yang sedang menciumnya dengan jelas, tetapi sekilas ia dapat melihat sorot mata redup pada mata pria itu. Ketika dia menatapnya, matanya tampak liar seperti sedang memangsa buruannya.
Dengan tangan kekarnya, lelaki itu menarik satu sisi bathdrop milik Michelle, dan tubuh Michelle kini benar-benar terbuka di depannya tanpa ada untaian sehelai benang sekalipun.
Tubuh yang tidak tertutup itu secara bebas terpapar ke mata pria itu, keadaan yang belum pernah terjadi dalam hidupnya, tanpa sehelai benang ia berdiri di hadapan seorang pria, membuat Michelle ketakutan, dan berseru: "Siapa kamu, apa yang kamu lakukan?"
"Aku akan memanggil polisi jika kamu berani main-main!?”
Namun, pria itu sepertinya tidak menghiraukan perkataan Michelle dia memeluknya erat, dan tidak sabar untuk mencium lagi.
Michelle gemetar dan berjuang mati-matian untuk melawan, tetapi bahkan hingga dia kehabisan tenagapun, itu hanya akan seperti mengguncang pohon besar jika dibandingkan dengan kekuatan pria itu.
Pria itu mengambil dua langkah ke depan dan mendorong Michelle hingga ke dinding. Punggungnya menempel pada dinding yang dingin, tetapi di dada Michelle ada dada pria yang panas dan bergairah.
Pakaian pria itu terlihat robek di beberapa titik, membuat kulit mereka saling bersentuhan satu sama lain. Michelle bisa dengan jelas merasakan detak jantung pria itu seperti drum yang sedang dipukul dengan keras.
Samar-samar mengetahui apa yang akan dilakukan pria itu selanjutnya, Michelle sangat ketakutan sehingga tanpa sengaja kukunya mencengkram bagian tubuhnya, meninggalkan goresan yang dalam pada pria itu. Namun, ketika Michelle tanpa sengaja menyentuh satu sisi dadanya, dia mendengar pria itu merintih perih, ada sesuatu yang basah. Rasa lengket menyelimuti telapak tangan Michelle, aroma anyir darah tercium pada inderanya. Rupanya, ada luka menganga pada salah satu bagian tubuhnya.
Bisa-bisanya pria ini memikirkan tentang seks ketika dia terluka? Binatang macam apa ini? Apa yang terjadi pada manusia jaman sekarang?
Tiga pertanyaan itu ada dalam benak Elle.
"Tolong aku." Suara pria itu sangat rendah, seperti bunyi senar cello urutan terakhir, tapi dia tidak bisa mengatakannya dengan jelas: "Aku dibius."
Tepat ketika Michelle terpana oleh kata-katanya, pria itu mengambil kesempatan untuk memisahkan kaki Elle dengan menggunakan pahanya, dan kemudian, hawa panas langsung menghantam inti Michelle!
"Akh!"
Michelle berteriak, pria itu menutup mulutnya: "Apa kamu ingin semua orang mendengarnya?"
Hati Michelle menjadi dingin, ketakutan meluap-luap, dia merendahkan suaranya, menangis: “Aku akan memberimu berapapun uang yang kamu inginkan! Tolong, lepaskan aku!"
Pria itu tidak merespon, dia sedang sibuk menyesuaikan postur tubuhnya yang lebih tinggi dari Michelle, terus mencoba memaksa masuk kedalam Michelle yang belum berhasil ia tembus.
"Anda terluka dan masih berdarah,Tuan! Anda tidak bisa melakukan ini.” Michelle berusaha membujuk dengan lembut agar pria itu mau melepaskannya: “Keadaan Anda akan memburuk jika Anda memaksa untuk melakukan ini, Anda akan kehilangan terlalu banyak darah dan mati?”
Pria itu mengumpat dengan suara rendah, sepertinya ia merasa bercinta dengan berdiri dan bertumpu pada sebuah tembok itu sangat tidak nyaman, jadi dia memeluk Michelle dan mengangkatnya untuk mencari tempat tidur.
Namun, ruangan itu terlalu gelap dan ia sedang terburu-buru. Dia tidak bisa menemukan dimana posisi tempat tidur. Dia mendudukkan Michelle di atas meja depan ambang jendela yang tersorot samar cahaya dari arah luar vila, dan seketika menindih Michelle disana: “Diamlah, aku akan bertanggung jawab."
Michelle duduk di atas meja dengan punggung telanjang di ambang jendela. Di luar ada pesta makan malam yang meriah, dan suara percakapan orang-orang terus memenuhi telinganya.
Dia berjuang hingga ke titik dimana dia hampir kehilangan kekuatannya, dan sangat ketakutan sehingga dia hanya bisa merengek dengan suara tertahan, seperti binatang kecil yang terluka, meneriakkan penolakan dengan lirih dan tertekan.
Hati pria itu sebenarnya terpukul oleh rasa sakit Michelle saat ini, tetapi keinginan yang tak terpadamkan di tubuhnya membuatnya tidak bisa melepaskannya.
Pria itu tidak pernah nenyangka bahwa orang yang dikirim oleh kakaknya akan menggunakan obat seperti itu, sehingga membuatnya tidak bisa menahan nafsunya. Matanya menjadi mengerikan, saat menatap wanita yang gemetar di bawahnya.
Melalui cahaya redup jendela, meskipun sangat redup, Pria itu masih bisa samar-samar melihat wajah cantik yang berhasil mendebarkan jantungnya, terlihat begitu polos dan lugu, tapi akan seperti apa nasibnya nanti setelah menjadi lebih dewasa?
Matanya sangat jernih bak peri salju, bahkan saat sedang dalam kepanikan seperti saat ini, peri-peri itu masih menggerakkan matanya dengan sangat cantik.
Namun, keinginan di tubuh Pria ini membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Dia mengangkat kaki Michelle tinggi-tinggi, lalu menggenggam pinggangnya dan membenamkan diri!
"Sakit ... !" Michelle hanya merasakan sakit yang menusuk di sekujur tubuhnya, dan air matanya jatuh.
Dia ingin membuka mulutnya untuk meminta bantuan, tetapi kata-kata yang dia teriakkan hanya bisa berubah menjadi isak tangis.
Di masa lalu, tidak peduli siapapun yang ingin mengganggunya, Arga Hiratama akan selalu jatuh dari langit seperti seorang kesatria dan tidak akan membiarkan siapa pun menyakitinya.
Tapi sekarang?
Michelle menoleh dan melihat Arga menggandeng Anna di sampingnya melewati kerumunan, secara perlahan, seperti akan menoleh ke arahnya dari waktu ke waktu. Michelle menyusut ketakutan, ia sangat takut keadaannya saat ini akan terlihat oleh Arga.
Namun, di detik berikutnya, Arga dan Anna ternyata sudah berbalik untuk mengobrol dengan yang lain. Dan dia masih di ruangan gelap ini, merasakan hentakan pinggul yang konstan datang menembus inti tubuhnya.
Keputusasaan menyebar sedikit demi sedikit, Michelle hanya merasa ada sesuatu yang berantakan di dalam hatinya.
Arga bukan lagi pangerannya yang menawan, maupun kesatria untuknya.
Air mata menetes di pipi ranum Michelle dan jatuh di punggung tangan Peria itu, membuat hatinya seperti tersiram air panas, ia memperlambat hentakannya pada Michelle.
Namun, kulit lembut Michelle, dan posisi Michelle saat berada dalam dekapannya memberi sensasi tersendiri, seperti sedang memegang giok hangat halus di dunia, membuat inderanya terus-menerus terstimulasi. Efek obatnya pun menyebar lagi, Pria itu frustasi hingga dia semakin keras menghujam inti Michelle.
"Aaaaakh!”
Baca kisah selengkapnya dalam novel: Get Pregnant By Qeqe Sunarya 21++ https://www.goodnovel.com/id/book_info/31000026074/Romance/Get-Pregnant ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Jakarta, Megapolitan Indonesia. Sebuah club yang berisik itu, riuh dipenuhi dengan pria dan wanita yang sedang memutar pinggang dan melepaskan emosi mereka di lantai dansa, di bawah sorot lampu strobo warna-warni. Se-sosok menerobos kerumunan, mengenakan kaos putih dan celana jins biru muda dengan rambut kuncir kuda sederhana, lebih terlihat seperti seorang mahasiswa berusia awal dua puluhan. Namanya Risa Dewi, dia hampir roboh oleh suara dentuman musik DJ itu begitu masuk. Ini jelas bukan kebiasaannya, tidak pada tempatnya Dia berada di lingkungan seperti ini. Pertama kali berada di sini, butuh beberapa menit bagi Risa Dewi untuk menyesuaikan diri dengan tempat ini. Sebelum kemari, Dia sudah menggunakan alat tes ovulasi untuk memastikan Dia akan berovulasi dalam 24 jam 48 menit k
Setelah tiba di Amerika Serikat, karena Flora Megani memiliki keluarganya sendiri, Ibra pergi ke keluarga Flora bersama orang tuanya untuk mengantar Flora pulang ke orang tuanya sebelum kembali ke keluarga River. Pada Malam Tahun Baru, meskipun tidak ada suasana Tahun Baru yang meriah di Amerika Serikat, karena sebagian Keluarga River sedang berduka atas hilangnya Hexa. Namun kehadiran Baby D yang sudah berusia lebih dari dua bulan memberi kemeriahan tersendiri di tengah keluarga, jadi pada siang hari dia tidak lagi hanya makan dan tidur, dia sudah bisa menanggapi semua orang yang menggodanya. Pria kecil ini sangat mirip dengan Andres ketika dia tidak tersenyum, tetapi ketika dia tersenyum, dia sangat mirip dengan Mili saat masih kecil. Alhasil, hampir seluruh keluarga kini mengerumuninya.
Karena Tahun Baru hampir tiba. Raihan sebelumnya telah mengatur rencana liburan keluarga untuk liburan akhir tahun. Rencananya dia akan mengantar Flora sekaligus mengunjungi keluarga River yang berada di Amerika Serikat, dia berencana pergi ke Amerika Serikat akhir tahun ini. Setelah mengatur rencana perjalanan, Mili mengatakan bahwa dia juga berencana untuk membawa Baby D kembali untuk bertemu dengan kakek-neneknya. Karena itu, akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan jet pribadi milik River Grup ke Amerika Serikat bersama orang tua Michelle juga. Sebelum pergi, Raihan pergi menemui Paman Shen. Rumah Hexa kini diurus oleh Paman Shen. Raihan datang ke pintu rumah itu dan membunyikan bel pintu. Paman Shen membuk
Hatinya sedikit bingung, dia buru-buru menarik sprei dan mencucinya.Sangat disayangkan bahwa setelah semalaman dibiarkan, masih ada beberapa tanda warna di atasnya yang tidak bisa dihilangkan.Bianca kini harus menyerah, mengabaikan hal seperti itu, tanpa melihat ke belakang. Bagaimanapun apa yang terjadi di antara mereka sudah terjadi terjadi, bagaimana mungkin ada ruang untuk bermanuver?Sambil ragu-ragu memikirkan apa yang harus dilakukan, Bianca mendengar suara ketukan di pintu.Kemudian, suara seorang rekan memanggil.Dia dengan cepat memperbaiki suasana hatinya, berjalan ke pintu, dan menarik diri.Albert, dan beberapa rekan ada di sana.
Bianca berbicara, mencoba menenangkan dirinya, "Kenapa kamu ada di kamarku?"Hati Albert tenggelam, pikirannya yang menawan tiba-tiba terputus, dan dia segera menjelaskan: “Aku berada di balkon tadi malam dan mendengar sesuatu dari kamar mu. Sesuatu sepertinya terjatuh. Aku khawatir terjadi apa-apa padamu. Aku berusaha memanggilmu tapi kamu tidak menjawab. Jadi aku melompat dari balkon dan melihat kamu pingsan di ruang tamu setelah memecahkan gelas air.”Bianca tiba-tiba teringat bahwa sepertinya memang ada hal seperti itu malam tadi."Kalau begitu kamu kembalilah." Bianca berkata, "Aku mau bangun."Albert tidak tahu rencana Bianca tentang mereka, jadi dia bertanya: "Bianca, lalu kita…""Bisakah kamu keluar
Bianca mengguncang hatinya dengan keras, benar-benar terpana.Pada saat yang sama, segala sesuatu dari tadi malam mulai berputar perlahan di pikiran Bianca seperti tirai terbuka.Albert mengantarnya kembali ke kamar kemarin, membuat pengakuan dan menciumnya dengan kuat.Lalu dia pergi, dan Bianca minum terlalu banyak, apa yang terjadi setelah itu?Dalam benak Bianca , gambaran awalnya samar dan tidak jelas, tetapi rasa bahagia di tengah malam tampak sedikit lebih jelas.Albert menciumnya dengan liar, menciumnya, dan kemudian tubuh mereka saling terjerat bersamaWajahnya langsung pucat pasi, Bianca merasakannya, kakinya sedikit bengkak, dan seluruh tubuhnya pegal-pegal seperti habi
"Bianca, aku mencintaimu." Kata Albert sambil mencondongkan tubuh dan menciuminya yang sedang tidur, lalu membersihkan bekas pergumulan mereka di tubuh Bianca.Malam berlalu dengan tenang.Matahari terbit dan menyinari mereka dari balkon tanpa tirai.Di tempat tidur, Bianca sedang beristirahat di dada Albert, dan bulu matanya yang panjang membentuk dua bayangan kecil di pipinya.Pipinya kemerahan, bibirnya sedikit bengkak dan berkilau.Keduanya tidur nyenyak sampai matahari semakin tinggi, ruangan menjadi lebih terang, dan cahaya jatuh di dagu Bianca dan kemudian ke mata. Dia mengerutkan kening, bulu matanya bergetar, tetapi dia belum sepenuhnya bangun.Pada saat ini, semuanya ter
Di tengah malam, Bianca merasa sedikit panas, dia menggerakkan tubuhnya, masih merasa berat, jadi dia memutar.Segera, mengikuti gerakannya, dia merasakan sesuatu yang panas dan keras disampingnya. Bianca mendengus pelan, dan detik berikutnya, ada kehangatan dan kelembutan jatuh di bibirnya. Rasanya agak familiar, geli, dan sepertinya cukup nyaman. Jadi, dia tidak berjuang dan terus menikmati.Perlahan-lahan, ciuman menjadi lebih dalam, membuatnya merasa oksigennya hampir habis. Karena itu, dia secara naluriah mulai aktif bersaing.Orang di sampingnya menegang selama satu atau dua detik karena gerakannya. Kemudian, Hasrat mereka seperti sama-sama terberkati, dan Bianca langsung mendapatkan kembali inisiatifnya.Jadi mereka bergumul lagi diatas ranjang sampai, tenaga di t
Albert dengan perlahan memantapkan kekuatan untuk bertumpu pada balkonnya.Dia berdiri dan menatapnya. Jaraknya hanya satu meter dari balkon Bianca, seperti memanjat tebing di ketinggian. Ini mudah baginya dulu. Satu-satunya perbedaannya adalah tidak ada sabuk pengaman kali ini.Hanya saja dia sedikit susah konsentrasi setelah minum.Berusaha tetap terkonsentrasi, dia berpegangan pada dinding dan melihat sisi yang berlawanan, kemudian melangkah maju.Berkat alkohol, dia susah konsentrasi, tetapi jadi lebih berani, dan melompat ke lantai balkon dalam satu langkah.Benar saja, pintu balkon tidak tertutup. Dia berjalan cepat, dan begitu sampai di pintu, dia melihat Bianca duduk di lantai, dia bingung. Dan di kakinya, ada pecahan