หน้าหลัก / Romansa / Antara Cinta dan Luka / Bab 30: Panggung yang Bernyanyi

แชร์

Bab 30: Panggung yang Bernyanyi

ผู้เขียน: Gavin Gandatapa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-30 02:36:45

Naya Putri melangkah ke panggung Senayan, lampu sorot neon menyapu wajahnya, sorak ribuan penonton seperti gelombang yang menghantam jantungnya. Gaun panggungnya berkibar di angin malam, tekstur kain lembut di jari-jarinya seperti pelukan ibunya, tapi jantungnya berdegup seperti tali yang nyaris putus.

Mikrofon di tangannya terasa dingin, mengingatkan sabotase Andi dan ancaman Vita: Panggung lo akan hening. “Mama, lagu ini untuk lo,” gumamnya, suaranya serak, kilas balik sorak konser sebelumnya dan kertas Ratna (D.L. = Daniel Lim, R.S. = Rudi Santoso, Tuan Haryono) seperti bayang di pikirannya. Lampu panggung berkedip, tapi Naya menarik napas, siap nyanyi Nada di Tengah Hujan.

Di tahanan Tanah Abang, Vita duduk di bangku besi, borgol menggigit pergelangannya, logam dingin seperti dendamnya yang membara. Cahaya neon sel berkedip, bayang di dinding seperti jerat yang menutup. “Naya, lo nggak akan nyanyi malam ini,” bisiknya, suaranya sinis, matanya liar mengingat Budi yang khianati d
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Antara Cinta dan Luka   Bab 69 - Hujan yang Tak Pernah Berhenti

    5 Oktober 2032 Monas, pukul 17:30Langit Jakarta sore itu biru lembut, awan tipis bergerak pelan seperti cat air yang baru disapu. Tidak ada panggung megah. Hanya rumput hijau luas yang sama, basah karena hujan kecil tadi siang, dan kini menguap menjadi uap hangat yang membawa bau tanah dan kenangan.Lima tahun sudah lewat sejak malam Baby Rain debut di tempat ini.Sekarang, di tengah lapangan yang sama, berdiri lingkaran kecil dari kayu jati tua, diameter sepuluh meter. Di atasnya hanya ada satu mikrofon berdiri, satu gitar akustik, dan satu stroller kosong yang sudah besar, warna putih pudar karena sering terkena matahari dan hujan.Di depan lingkaran itu, satu juta orang duduk di rumput. Tidak ada tiket. Tidak ada sponsor. Hanya undangan terbuka di Instagram Tiga Suara: “Kami pulang ke rumah. Kalau kalian mau ikut, datang aja.”Dan mereka datang. Dari Sabang sampai Merauke. Ada yang bawa anak kecil, ada yang bawa orang tua, ada yang bawa spanduk tulis tangan:

  • Antara Cinta dan Luka   Bab 68: Baby Rain Debut di Monas – 500 Juta Views

    Angka di layar LED raksasa terus berlari liar: 500.000.000 → 503.217.890 → 507.892.111 Setiap detik lahir jutaan views baru, seperti detak jantung planet yang baru sadar ada bayi bernama Baby Rain.Pukul 00:17, 6 Oktober 2027. Udara malam Jakarta dingin menusuk tulang, tapi rumput masih hangat karena ratusan ribu kaki yang baru saja menginjaknya berjam-jam. Bau tanah basah, keringat, gorengan sisa, tumpahan kopi instan, dan susu bayi yang menetes ke selimut Baby Rain bercampur jadi satu aroma khas: aroma kemenangan.Rian menatap layar, napasnya membentuk kabut kecil di udara. Kaus hitamnya sudah menempel kulit seperti kulit kedua, rambut acak-acakan menempel dahi, jari kanannya berdarah sedikit karena senar E putus tadi, tapi dia bahkan tidak merasakan sakit. Dia hanya tersenyum lelet, seperti orang yang baru sadar dia menang lotre dunia.Naya mendorong stroller perlahan mendekat. Roda kecilnya berderit pelan di rumput becek, meninggalkan jejak ban tipis yang langsung tert

  • Antara Cinta dan Luka   Bab 67: Disney 2 Miliar

    Langit Jakarta masih menetes-netes sisa gerimis ketika jam di drone TMZ berkedip tepat pukul 22:45, 5 Oktober 2027. Huruf-huruf merah darah menyala terang di layar LED raksasa pinggir Monas: DISNEY TAWAR 2 MILIAR UNTUK LARA KE BROADWAY. Angka 2.000.000.000 itu seperti palu godam yang menghantam dada 500 ribu orang sekaligus. Pantulannya merah membara di genangan air rumput, di bola mata yang membelalak, di layar ponsel yang terangkat serentak. Hujan baru saja reda, tapi udara malam masih berat—lembab, lengket, bau tanah basah bercampur keringat massa, gorengan yang sudah dingin, asap knalpot motor polisi yang baru saja meninggalkan barikade. Di tengah lapangan yang licin, Rian berdiri sendirian bagai tiang listrik yang kehabisan arus. Kaus hitam polosnya basah kuyup menempel di tubuh, gitar akustik Takamine tua terkulai di pangkuan, senar E rendah masih bergetar pelan seolah menolak diam. Di depannya, stroller Baby Rain berwarna abu-abu tua berlumur lumpur. Naya duduk bersil

  • Antara Cinta dan Luka   Bab 66: N*****x 1 Miliar – Vita Bangkit

    Drone TMZ menukik tajam pukul 21:15, 5 Oktober 2027. Kamera HD 200 mm zoom ke layar LED raksasa di pinggir Monas, headline merah darah menyala di tengah hujan yang mulai reda, huruf kapital besar seperti teriakan di malam Jakarta yang basah. NETFLIX TAWAR 1 MILIAR KEMBALI KE VITA. Angka 1.000.000.000 itu berkedip seperti petir kecil, terpantul di genangan air rumput, di mata 500.000 orang yang mulai terdiam. Bau tanah basah bercampur keringat massa, gorengan dingin dari pedagang pinggir, asap knalpot motor polisi yang baru mundur, kopi instan Kapal Api dari termos Rian yang sudah dingin. Rian berdiri di tengah lapangan, kaus hitam polos basah kuyup menempel kulit, gitar akustik di pangkuan, senar E basah tapi masih berbunyi pelan seperti napas terakhir lagu. Naya di stroller Baby Rain, hoodie abu-abu Juilliard basah kuyup, tangan gemetar di perut kosong pasca-lahir, napas tersengal seperti nada minor yang menunggu resolusi. Baby Rain 3 hari di stroller, selimut putih basah setengah,

  • Antara Cinta dan Luka   Bab 65: Budi Santoso di Monas – Ayah vs Hujan

    Bab 65: Budi Bicara – Netflix 1 Miliar(1.800 kata tepat – naratif penuh tanpa tanda ":" )Budi pegang mikrofon dadakan pukul 20:00, 5 Oktober 2027. Suara seraknya menggema di rumput Monas, lebih keras dari 500.000 orang yang mulai diam, lebih dalam dari hujan yang masih turun pelan. Rambut putih pendek basah, mata dalam seperti sumur tua, jaket kulit usang basah kuyup. Rian berdiri di tengah lapangan, kaus hitam polos basah kuyup, gitar akustik di pangkuan, senar E basah tapi masih berbunyi. Naya di stroller Baby Rain, hoodie abu-abu Juilliard basah kuyup, tangan gemetar di perut kosong. Baby Rain 3 hari di stroller, selimut putih basah setengah, mata hitam pekat terbuka lebar menatap Budi. Lara 15 tahun di samping, kaus Tiga Suara basah, glitter jatuh ke rumput seperti hujan bintang tenggelam. Ratna tanpa walker, kaki kanan kuat, mata tajam. Maya rekam di ponsel, gitar kayu tua di pangkuan, jari gemetar di layar. Polisi mundur total, drone TMZ melayang di atas.Budi berdiri 5 meter

  • Antara Cinta dan Luka   Bab 64: Vita Jalan – Hujan vs Penjara

    Vita jalan pelan di rumput Monas pukul 18:45, 5 Oktober 2027. Rambut panjang hitam basah hujan, mata tajam seperti pisau yang baru diasah, kaus putih polos basah kuyup menempel kulit. Bau tanah basah bercampur keringat 500.000 orang, gorengan dari pedagang pinggir, hujan deras yang baru turun. Rian berdiri di tengah lapangan, kaus hitam polos basah kuyup, gitar akustik di pangkuan, senar E basah tapi masih berbunyi. Naya di stroller Baby Rain, hoodie abu-abu Juilliard basah kuyup, tangan gemetar di perut kosong. Baby Rain 3 hari di stroller, selimut putih basah setengah, mata hitam pekat terbuka lebar menatap Vita. Lara 15 tahun di samping, kaus Tiga Suara basah, glitter jatuh ke rumput seperti hujan bintang tenggelam. Ratna tanpa walker, kaki kanan kuat, mata tajam. Maya rekam di ponsel, gitar kayu tua di pangkuan, jari gemetar di layar. Polisi mundur total, drone TMZ melayang di atas.Rian pikir dalam hati. 2015. Vita ambil lagu Budi. Aku blacklist. Sekarang Baby Rain lahir. Vita ke

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status