Aranjo tidak lagi peduli dengan seluruh tubuhnya yang basah kuyup. Ingatannya telah kembali, rasa benci dan marah menguasai dirinya.
Aranjo menatap Ara dan bertanya, "Mengapa kamu kemari? Tidakkah hal itu akan membuat dirimu dalam masalah?"
"Kaisar mengijinkan aku mengunjungi dirimu! Namun, tidak bisa terlalu lama!". jelas Ara.
"Ka-isar...!" ujar Aranjo dan teringat kepada teman silumannya yang ternyata adalah Sang Kaisar. Selama ini, Aranjo selalu menganggap siluman itu adalah temannya, tetapi kenyataannya tidak seperti itu.
Temannya itu tidak hanya tidak membelanya, tetapi juga menjatuhkan hukuman yang begitu keji.
"Apakah... Apakah teman yang kamu bilang membantumu keluar dari hutan kabut adalah Kaisar?" tanya Ara.
Ara teringat, dulu Aranjo pernah menceritakan teman yang ditemuinya di hutan kabut. Siluman dengan rambut perak, hanya Sang Kaisar yang memiliki tampilan seperti itu di seluruh alam.
Aranjo mengangguk, dan berkata, "Dia bukan temanku! Sebutan teman tidak pantas untuknya!"Aranjo berjalan kembali ke rumah orang tuanya. Dirinya juga memiliki ingatan selama berada di dunia fana.
"Aranjo! Sekarang kamu menggunakan tubuh Dewi mu, jadi kamu tidak akan dapat mengandung anak manusia!" jelas Ara.
"Aku tidak berencana memiliki anak dengan manusia! Sungguh kejam, Kaisar ingin aku mengingat setiap hal yang terjadi pada tubuh ini! Licik dan jahat!" Aranjo marah.
"Namun, kamu tidak boleh menggunakan kekuatan sihir di dunia fana! Jika, kamu menggunakannya maka tubuhmu akan sakit parah!" jelas Ara.
Banyak yang hendak disampaikan pada Aranjo.
"Ada lagi?" Aranjo menghentikan langkahnya dan menatap Ara dengan mata merah yang penuh amarah."Kamu harus benar-benar membuat manusia jatuh cinta padamu, lalu hancurkan hati mereka! Namun, kamu juga harus melibatkan tubuh dan perasaanmu! Setelah itu semua terpenuhi maka hukuman tuntas di setiap kehidupan!" Ara mendapatkan petunjuk itu dari Dewi penjaga lubang portal. Ara yakin, semua itu diatur oleh Sang Kaisar.
Aranjo mengepalkan kedua tangannya, lalu menengadah menatap langit.
"AKU AKAN MENYELESAIKAN SEMUA COBAAN INI DENGAN SEMPURNA! TUNGGU DAN NIKAHI AKU!!!!" teriak Aranjo ke atas.
Beruntung disekitarnya tidak ada orang lain. Jika tidak, maka dirinya akan dianggap gila.
***
Kaisar, sedari tadi memperhatikan Aranjo dari cermin portal miliknya. Kaisar tidak menyangka Dewi itu akan memarahinya. Seulas senyum tipis menghiasai wajah dingin Sang Kaisar. Setelah menjalani 10 kehidupan di dunia fana dengan cobaan cinta yang kejam, Kaisar yakin saat kembali ke Alam Langit, Dewi itu sama sekali tidak ingin menikah.
***
Kembali kepada Aranjo dan Ara.
"Waktuku hampir habis! Aku akan kembali besok!" ujar Ara.
"Besok? Itu artinya tahun depan di dunia ini bukan?" tanya Aranjo dan menatap sedih kepada Ara.
Ara menggenggam tangannya, dan menatapnya dalam.
"Kamu pasti dapat melewati ini semua dengan baik! Ikuti takdir yang akan membawa dirimu kepada pasanganmu! Jangan melakukan hal-hal yang membuat semuanya semakin kacau!" pesan Ara. Lalu, Ara menghilang dan kembali ke Alam Langit.
Aranjo terdiam saat melihat kepergian Ara. Dirinya hanya harus menunggu takdir dan menyelesaikan kehidupan ini dengan sempurna.
Aranjo kembali ke gubuk milik orang tuanya.
"Aranjo! Mengapa kamu basah kuyup?" Nyonya Ji, ibunya menghampirinya dengan cemas.
Nyonya Ji, buru-buru membantunya mengganti pakaian dan memberikan secangkir teh hangat kepada putri kesayangannya.
Mulai saat itu, sikap Aranjo berubah drastis. Dirinya bukan lagi gadis manja dan baik hati. Aranjo menjadi gadis pendiam dan penuh perhitungan. Aranjo belajar dengan giat dan berusaha tumbuh menjadi wanita elegan.
Di setiap hari ulang tahunnya, Ara akan selalu datang menjumpainya. Namun, tidak ada kabar penting apapun. Sampai pada ulang tahunnya yang ke 20, Ara menyampaikan bahwa Dewa Api, Vulcan pergi menemui Kaisar Langit dan Kaisar, untuk menyampaikan bahwa semua adalah kesalahannya dan akan bertanggung jawab dengan menikahi dirimu. Dewa Api baru tersadar, semenjak dirinya tidak sadarkan diri saat bersama dirimu. Namun, semua sudah terlambat, Aranjo sudah menerima hukuman dan menjalaninya.
"Dirimu akan segera menjalani cobaanmu, jadi lakukan dengan baik!" pesan Ara.
Aranjo selalu menolak lamaran dari pria-pria di Kota tempat dirinya tinggal. Dirinya yakin, pria yang akan dibuatnya patah hati adalah pria hebat, seperti yang dikatakan oleh Sang Kaisar.
Hari yang ditunggunya akhirnya tiba. Begitu banyak prajurit Kerajaan berdiri di depan rumah. Tuan dan Nyonya Ji, gemetar ketakutan, mereka mengira terlibat dalam masalah besar.
Ternyata kecantikan Aranjo telah sampai ke telinga Raja. Raja memerintahkan agar Aranjo masuk ke dalam Istana untuk melayani dirinya.
Nyonya Ji menangis sedih dan memeluk Aranjo erat. Bukan hal yang bagus, masuk ke dalam Istana tanpa memiliki gelar apapun. Raja hanya menginginkan putrinya menjadi pelayan, bahkan bukan sebagai selir.
Namun, tidak ada yang berani melanggar perintah Raja. Jika melanggar maka itu sama dengan menjemput kematian.
Aranjo masuk ke dalam tandu mewah dengan iring-iringan dan pengawalan para prajurit. Letak Istana cukup jauh, mereka butuh melakukan perjalanan setengah hari melewati hutan dan sungai, untuk tiba di Istana.
Aranjo tersenyum, dirinya berjodoh dengan seorang Raja, tidak buruk, batinnya.
Namun, di tengah perjalanan tandu terjatuh keras di atas tanah. Aranjo mendengar suara pedang yang berlaga dan suara teriakan prajurit. Mereka di serang, tetapi mengapa? Aranjo mulai khawatir dan ketakutan.
Walaupun tubuhnya adalah tubuh Dewi, tetapi juga dapat terluka dan berdarah.
Teriakan kesakitan terdengar jelas begitu juga suara tebasan pedang. Aranjo merasa tubuhnya basah karena keringat dingin. Aranjo memasang telinga dan setelah keadaan tenang, perlahan Aranjo membuka tirai jendela tandu.
Namun, sebelum sempat menyingkap tirai itu, tirai besar yang ada di hadapannya dibuka kasar.
Seorang prajurit dengan baju zirah penuh darah menatap dirinya. Aranjo memundurkan tubuhnya, prajurit itu bukan dari Kerajaan Danzou. Itu artinya mereka di kalahkan oleh musuh.
Prajurit itu menatapnya dengan penuh hasrat bahkan prajurit itu terlihat menelan ludah. Aranjo tahu jelas akan kecantikan dan kemolekan tubuhnya yang membuat setiap mata menatap kagum padanya.
Prajurit itu menatapnya dengan wajah yang penuh napsu. Itu membuat Aranjo mual dan terus memundurkan tubuhnya sampai menempel dinding tandu.
Tangan prajurit itu diangkat dan mendekati wajahnya, Aranjo terus berusaha menghindar. Tangan itu hampir menggapai dirinya, Aranjo memekik dan memejamkan mata.
Namun, tangan itu tidak pernah menyentuh wajahnya. Aranjo perlahan membuka matanya dan yang berada di hadapannya bukan prajurit tadi, tetapi seorang pria yang pernah dilihatnya."Jenderal!" panggil prajurit tadi sambil memberi hormat.
Jenderal itu mengangkat sebelah tangannya dan meminta prajurit itu meninggalkan mereka.
Jenderal menatap ke arah wanita yang ada di dalam tandu. Mata besar dengan bulu mata yang lentik, hidung tajam dan bibir mungil merah alami. Kulit putih dan halus serta rambut panjang tebal kecoklatan. Kecantikan yang sangat sempurna dan membuat Sang Jenderal kesulitan memalingkan pandangannya.
Sang Jenderal mengulurkan tangannya ke hadapan wanita itu.
Aranjo menatap dengan mata lebar ke sosok pria yang dipanggil Jenderal tersebut. Itu adalah sosok Vulcan, Dewa Api. Apakah Dewa itu juga menjalani cobaan di dunia fana karena dirinya? Jika iya, maka jodoh mereka hanya sampai di sini. Karena Sang Kaisar sudah memastikan pria yang menjalani cobaan cinta dengannya, tidak akan lagi memiliki ikatan jodoh di kehidupan berikutnya maupun di Alam Langit.Aranjo juga kesal dengan Dewa Api itu, semua yang terjadi padanya sedikit banyak karena Dewa itu.
Jenderal menatap lekat ke arah wanita itu dan berkata, "Ikut aku!"Aranjo menyambut tangan Sang Jenderal, dirinya memastikan akan melibatkan pria itu di dalam cobaan cintanya yang kejam.
Jenderal menggenggam tangan lembut wanita itu dan membantunya turun dari tandu. Aroma harum tubuh wanita itu memenuhi penciumannya, jantungnya berdebar cepat. Bagaimana dirinya dapat menginginkan seorang wanita yang baru ditemuinya, bahkan nama wanita itu saja tidak diketahuinya.
Saat Aranjo keluar dari tandu, dirinya melihat semua prajurit yang menjemputnya tadi tergeletak tidak bernyawa dan bersimbah darah. Aranjo bergidik, meskipun dirinya Dewi, tetapi dirinya tidak pernah melihat mayat sebanyak itu.
"Si-siapa kalian?" tanya Aranjo tergagap sambil menatap Jenderal itu.
"Kami prajurit Kerajaan Qiyang! Aku Jenderal Ming Hao!" ujar Sang Jenderal.
Kerajaan Qiyang adalah kerajaan terkuat di masa ini. Terkenal kuat dan kejam, di setiap peperangan mereka selalu menang, berkat kehebatan Jenderal mereka.
Aranjo menatap Sang Jenderal, pria itu adalah Jenderal yang begitu diagungkan oleh Kerajaannya.
"Me-mengapa kalian menyerang kami?" tanya Aranjo kembali.
Aranjo tahu hubungan kedua Kerajaan ini tidaklah baik, tetapi menyerang seperti ini juga tidaklah terhormat.
Archer berlumuran darah dan sama sekali tidak melawan. Ia hanya berharap perasaan Aranjo dapat tergerak, melihatnya seperti ini. Sedangkan Asmodus semakin menggila dan memukul, membabi buta.Aranjo berteriak, histeris. Namun, ia tidak mampu menggerakkan tubuh. Ya, dalam hatinya, ia berteriak melihat bagaimana Archer babak belur. Apalagi, tidak ada yang dapat dilakukan.Sampai pada satu titik, Asmodus mencengkeram leher Archer dan mengangkatnya tinggi. Tawa puas, menggema, melihat betapa banyak darah yang membasahi tubuh Dewa Agung itu."Hmmm, tidak menarik, karena kamu tidak melawan. Namun, itu bagus. Aku dapat memusnahkanmu, lebih cepat."Cengkeraman semakin kuat dan membuat Aranjo, semakin panik.'Aku mohon, jika Surga memang ada, maka dengarkan doaku. Aku mencintai Archer dan Dewa itu juga mencintaiku, aku mohon biarkan aku terlepas dari belenggu ini, agar dapat menolongnya. Aku tidak peduli, walaupun jiwaku menjadi taruh
"Para Dewa Agung, aku butuh kekuatan kalian untuk menyegel gerbang alam bawah ini. Jadi, saat Asmodus musnah, kerusakan cukup terjadi di alam bawah dan tidak menyebabkan kerusakan di luar itu!" ujar Kaisar Langit dengan tegas."Baik, Yang Mulia Kaisar Langit!" seru para Dewa Agung terkuat di Alam Langit.Para Dewa melompat turun dari atas punggung Pegasus yang masih terbang. Membentuk formasi di sekitar gerbang alam bawah dan mulai menyalurkan energi kekuatan sihir mereka."TUNGGU!"Para Dewa Agung dan Kaisar Langit menatap ke sosok yang berani bersuara.Robert Gao melangkah maju, tepat ke hadapan sang Kaisar Langit. Ia keluar bersama dengan semua mahluk dari alam bawah dan tetap berada di dekat gerbang, untuk melihat apa yang terjadi."Bagaimana dengan Archer? Ia masih berada di dalam dan kalian menyegel gerbang ini. Bagaimana ia dapat keluar dan bagaimana jika ia membutuhkan bantuan?" seru Robert Gao, yang mer
Robert berusaha bernapas, tetapi itu begitu sulit. Tidak lagi berusaha melawan, Robert merogoh sesuatu dari saku pakaiannya. Berhasil, walaupun dengan susah payah. Dengan wajah yang sudah memerah karena kehabisan napas, Robert berhasil mengangkat kalung dengan leontin darah suci ke hadapan Griffin.Seketika tangan yang mencengkeram leher, dilepaskan dan membuat tubuh Robert terhempas kuat ke tanah.Berusaha keras mengisi paru-paru dengan oksigen, Robert benar-benar kesulitan. Sedikit lebih lama lagi, maka ia akan musnah.Griffin berdiri mematung dan menatap ke tangan manusia abadi yang menggenggamnya leontin itu. Griffin tahu itu adalah bagian dari dirinya, tetapi bagaimana itu bisa ada di tangan manusia abadi itu?"Dari mana kamu mendapatkan itu?" tanya Griffin dingin."A-Anda menitipkan kepadaku! Dan berpesan, untuk mengembalikannya saat ini," ujar Robert dengan suara yang begitu lemah.Griffin menunduk dan menatap
Tangan Aranjo terulur, mendekati artefak itu. Ujung jari telunjuk, menyentuh benda itu dan seketika cahaya terang menyelimuti Aranjo. Ia menghilang bersama dengan benda itu, kembali kepada sang pemilik.***Keesokan harinya, Griffin keluar dari paviliun dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Menunggu, menunggu Aranjo keluar dari paviliun.Setelah menunggu beberapa saat, Leander datang menghampirinya."Ayo, kita harus segera pergi ke alam bawah. Lentera cahaya sudah ada padaku," ajak Leander.Diam dan tidak menanggapi ucapan Leander."Kamu menunggu Aranjo?" tanya Leander.Griffin mengangguk."Dia sudah kembali ke Alam Iblis," ujar Leander. Ya, ia tidak berbohong, memang benar Aranjo telah kembali ke Alam Iblis, walaupun bukan ke istana. Namun, Leander yakin Griffin tidak akan bertanya lebih jauh, sebab mengira Aranjo kembali ke istana.Ragu sejenak, tetapi pada akhirnya Gri
"Bagus, jika kamu menyukainya," balas Griffin dan merasa lega, tidak harus merubah warna rambutnya ini.Seketika, kesadaran akan cincin ilusi miliknya yang belum dikembalikan, membuat Aranjo langsung duduk. Gerakannya itu membuat rambut Griffin yang berada dalam genggamannya, tertarik.Griffin langsung memalingkan wajah dan menatap ke arah Aranjo, yang sudah dalam posisi duduk."M-Maaf," ujar Aranjo dan segera melepaskan rambut itu."Tapi..., Hei! Kembalikan cincin ilusi, milikku!" ujar Aranjo lantang, saat teringat akan cincin itu."Ini?" tanya Griffin, sambil mengangkat tangannya tepat di hadapan Aranjo, perlahan membuka kepalan tangan dan cincin ilusi itu ada di atas telapaknya.Melihat cincin itu, Aranjo langsung hendak mengambil. Namun, Griffin memindahkan tangannya, sehingga tangan Aranjo hanya menggapai angin."Kembalikan!" seru Aranjo yang mulai kesal. Mabuk, membuat otaknya tidak dapat berp
Perjamuan makan diadakan oleh Kaisar Langit. Kembali mereka diundang ke aula, untuk mengikuti perjamuan itu.Aranjo mengagumi keindahan Alam Langit dan matanya, tidak henti melihat-lihat.Perjamuan yang cukup meriah dan dihadiri oleh begitu banyak Dewa, serta Dewi.Aranjo duduk di balik meja rendah, yang berada tepat di antara meja Leander dan Griffin. Alunan musik dari harpa, mengiringi tarian indah yang dipertontonkan di tengah-tengah aula. Tarian yang isisipkan dengan kekuatan sihir, membuat apa yang dilihat begitu menakjubkan.Aranjo menatap dengan mulut menganga, akan keajaiban tarian yang ada di hadapannya.Leander memalingkan wajah dan menatap ke arah Griffin. Seperti perkiraannya, siku Griffin diletakkan di atas meja, dengan tangan menopang wajahnya. Ya, Griffin menatap ke arah Aranjo. Mahluk agung itu terlihat jelas seperti sedang jatuh cinta.Leander menghela napas, ia khawatir akan apa yang akan