Beranda / Pendekar / Aranjo / Bab 16 . I - Hasrat Mengalahkan Akal Sehat

Share

Bab 16 . I - Hasrat Mengalahkan Akal Sehat

Penulis: Venny
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-03 21:26:31

"Kerajaan kalian menyerang salah satu desa pemukiman kami! Anggap saja ini balasan dan peringatan untuk Raja kalian!" jawab Sang Jenderal.

Semua mata prajuritnya menatap penuh hasrat pada wanita yang ada di hadapannya. Jenderal melihat jelas hal itu dan mengerti, karena dirinya juga sangat terpengaruh akan kehadiran sosok cantik ini.

Sang Jenderal melepaskan jubah miliknya dan meletakkan jubah itu di atas kepala wanita itu dan mengikatnya di bawah leher.

"Siapa namamu?" 

"Aranjo!"

Aranjo, nama yang asing, tetapi enak di dengar. Jenderal tidak bisa menyerahkan wanita ini ke penjagaan prajurit, jadi dirinya yang akan menjaga wanita itu dan membawanya sebagai hadiah untuk Sang Raja.

Jenderal mengangkat tubuh Aranjo dan mendudukkannya di atas kuda putih, lalu Jenderal juga naik dan duduk di belakangnya.

"Kita kembali!" seru Sang Jenderal kepada prajuritnya. Semua prajurit patuh dan menaiki kuda masing-masing untuk kembali ke Kerajaan Qiyang.

"Apakah kamu akan menyerahkan diriku kepada Raja Kerajaan Qiyang?" tanya Aranjo yang duduk bersandar di dada bidang yang terlapisi baju zirah.

"Ya!" jawab Jenderal itu singkat.

Aranjo memalingkan wajahnya menatap Sang Jenderal. Wajah mereka sangat dekat, Aranjo dapat merasakan hembusan napas hangat pria itu di wajahnya. Sesuatu menggelitik tubuhnya, tanpa sadar Aranjo mendekatkan bibirnya ke bibir pria itu.

Sang Jenderal terkejut dengan kelakukan wanita itu. Wanita itu terlihat akan mencium bibirnya, tetapi dirinya juga tidak dapat memalingkan wajah dan juga membuka sedikit bibirnya.

Aranjo tersadar akan perbuatannya, dirinya memalingkan wajahnya kembali. Mengapa dirinya seperti ini? Dirinya belum pernah berhubungan dengan pria manapun baik di kehidupan sebagai Dewi dan kehidupan sekarang. Namun, mengapa dirinya memiliki hasrat sebesar ini? Apakah ini juga bagian dari hukumannya? 

Sang Jenderal terlanjur mengharapkan ciuman itu dan merasa kecewa saat wanita itu memalingkan wajahnya. Jenderal menghela napas berat dan kembali fokus melihat ke depan.

Langit sudah mulai gelap, akhirnya mereka berhenti di tanah lapang, letak Kerajaan Qiyang masih cukup jauh. Sang Jenderal turun dari kuda dan memerintahkan para prajurit untuk membangun tenda.

Lalu, Sang Jenderal mengulurkan kedua tangannya ke arah wanita itu. 

Aranjo yang masih tertutup jubah pria itu menyambut kedua tangan kokoh itu dan melompat turun. Sang Jenderal menggandeng tangannya dan membawanya ke sisi tanah lapang itu. Mereka memperhatikan bagaimana para prajurit dengan cekatan mendirikan tenda.

"Jenderal! Tenda sudah siap!" lapor seorang prajurit yang datang menghampiri mereka.

Lalu, Jenderal yang masih menggandeng tangannya, berjalan ke arah tenda yang paling besar dan mereka masuk ke dalam.

Tenda ini begitu luas dan tanah di dalam tenda dilapisi dengan kulit hewan. Bahkan ada meja kecil dan kasur yang juga terbuat dari kulit hewan di dalamnya. Cahaya lilin menerangi tenda ini.

Sang Jenderal melepaskan tangannya dan berjalan ke arah meja. Di atas meja ada baskom kuningan berisi air. Jenderal mencuci wajahnya dan perlahan membuka baju zirah yang begitu berat.

Aranjo melihat bagaimana Jenderal melepaskan baju zirah itu dan ada bekas darah pada lapisan pakaian di dalamnya. Apakah pria itu terluka? batinnya.

Aranjo menghampiri Sang Jenderal dan bertanya, "Anda terluka?"

Sang Jenderal menatap ke bawah, tepatnya ke dada miliknya. Bekas luka panah pada pertempuran sebelumnya mengeluarkan darah, mungkin karena dirinya terlalu banyak bergerak.

"Bukan masalah besar!" jawab Sang Jenderal mundur dan menjauhi dirinya.

Aranjo menghampirinya dan membuka pakaian pria itu. Sang Jenderal berusaha menghindar, tetapi Aranjo menarik kuat pakaian pria itu.

"Lukamu cukup dalam! Apakah Anda membawa obat untuk luka ini?" tanya Aranjo menatap luka yang masih basah itu.

"Tidak! Besok kita akan tiba di Kerjaan Qiyang, aku akan mengobatinya di sana!" ujar Sang Jenderal sambil melepaskan diri dari Aranjo dan mundur ke sudut tenda yang paling jauh dari wanita itu.

Aranjo mengeluarkan botol giok kecil dari lengan pakaiannya. Sebenarnya, Aranjo mengambil obat itu dari ruang dimensi miliknya, tetapi jika tiba-tiba botol itu muncul begitu saja, Aranjo yakin Sang Jenderal yang perkasa itu pasti akan ketakutan.

"Kemarilah!" perintah Aranjo.

"Ti-tidak perlu," ujar Sang Jenderal kembali mundur.

"KEMARI!" perintah Aranjo dengan galak.

Pria itu datang menghampirinya perlahan, lalu berdiri di hadapannya. 

Aranjo kembali membuka pakaian pria itu dan mengoleskan obat di atas luka dengan perlahan. Ini adalah obat spiritual dari Alam Langit, yang artinya akan sangat mujarab bagi manusia. Aranjo yakin luka itu akan kering besok.

"Obat apa itu?" tanya Sang Jenderal. Dirinya merasakan sensasi dingin saat obat itu dioleskan dan kemudian luka itu tidak lagi berdenyut karena sakit.

"Resep obat rahasia keluargaku!" jawab Aranjo asal dan menyimpan kembali obat itu ke balik lengan pakaiannya, tepatnya keruang dimensi miliknya.

Aranjo merapikan pakaian pria itu, tetapi gerakan tangannya terhenti, saat melihat begitu banyak bekas luka di tubuh pria itu. Bukan menutup pakaian pria itu, Aranjo malah melepaskannya dan berjalan ke belakang Sang Jenderal.

Tangan Aranjo menyusuri punggung Sang Jenderal yang penuh bekas luka. Sentuhan ringan, tetapi mengirimkan getaran yang membangkitkan hasrat Sang Jenderal.

"Bu-bukankah mereka mengatakan, Jenderal Kerajaan Qiyang sangat hebat, bahkan tidak ada pedang dan panah yang mampu menembus baju zirah itu!" ujar Aranjo. Banyak hal yang didengarnya tentang kehebatan Sang Jenderal ini.

Jenderal maju selangkah, melepaskan sentuhan wanita itu dari punggungnya. Dirinya bukan pria suci, dirinya sudah begitu berusaha menjaga jarak dengan wanita itu.

"Hanya bekas luka!" jawab Sang Jenderal dan merapikan pakaiannya kembali.

Entah apa yang mendorong Aranjo, dirinya berlari menghampiri pria itu dan memeluk pinggangnya erat.

Tubuh Sang Jenderal membeku, dirinya dapat merasakan lekukan tubuh indah wanita itu yang menempel erat di punggungnya.

"Lepaskan!" ujar Sang Jenderal dingin.

Aranjo menginginkan pria itu, dirinya tidak tahu perasaan apa yang sedang menyelimuti dirinya. Jantungnya berdebar kencang, begitu juga dengan tubuh bagian bawahnya berdenyut keras, bahkan Aranjo juga merasakan payudaranya mengeras.

Aranjo mengabaikan perkataan pria itu dan mempererat pelukannya.

Sang Jenderal menyentuh tangannya yang melingkari pinggangnya. Sang Jenderal membuka pelukan tangannya perlahan dan membalikkan tubuh menghadap wanita itu.

Aranjo menengadah, pria itu sangat tinggi, dirinya hanya mencapai dada pria itu. 

Sang Jenderal menatap ke arah wanita yang menatapnya dengan mata sayu dan bibir sedikit terbuka.

"K-kau yakin?" tanya Sang Jenderal.

Dirinya juga tidak lagi mampu menahan hasrat yang menderanya.

Aranjo maju dan menempelkan tubuhnya ke tubuh pria itu. 

"Uh..." lenguh Sang Jenderal.

Sang Jenderal merengkuh tubuh indah Aranjo dan mengangkat sedikit tubuh itu. Kemudian, keduanya mulai berciuman.

Jenderal Ming Hao, pria beristri dan memiliki dua orang anak. Dirinya pria setia dan menghormati norma-norma yang ada. Namun, semua itu tidak lagi berlaku saat berhadapan dengan wanita ini, Aranjo.

Hasrat mengalahkan akal sehatnya, dirinya ingin memiliki wanita itu sepenuhnya.

Aranjo memeluk leher pria itu dan mulai mengaitkan kedua kakinya di pinggang pria itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
DAOED MOEHAMMAD
Bagaimana sih katanya tamat tapi kok masih harus bayar
goodnovel comment avatar
Gin Ting
terlalu besar poinya
goodnovel comment avatar
riezki pattikraton
makin seru ternyata
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aranjo   Bab 125 . END

    Archer berlumuran darah dan sama sekali tidak melawan. Ia hanya berharap perasaan Aranjo dapat tergerak, melihatnya seperti ini. Sedangkan Asmodus semakin menggila dan memukul, membabi buta.Aranjo berteriak, histeris. Namun, ia tidak mampu menggerakkan tubuh. Ya, dalam hatinya, ia berteriak melihat bagaimana Archer babak belur. Apalagi, tidak ada yang dapat dilakukan.Sampai pada satu titik, Asmodus mencengkeram leher Archer dan mengangkatnya tinggi. Tawa puas, menggema, melihat betapa banyak darah yang membasahi tubuh Dewa Agung itu."Hmmm, tidak menarik, karena kamu tidak melawan. Namun, itu bagus. Aku dapat memusnahkanmu, lebih cepat."Cengkeraman semakin kuat dan membuat Aranjo, semakin panik.'Aku mohon, jika Surga memang ada, maka dengarkan doaku. Aku mencintai Archer dan Dewa itu juga mencintaiku, aku mohon biarkan aku terlepas dari belenggu ini, agar dapat menolongnya. Aku tidak peduli, walaupun jiwaku menjadi taruh

  • Aranjo   Bab 124 . Takut

    "Para Dewa Agung, aku butuh kekuatan kalian untuk menyegel gerbang alam bawah ini. Jadi, saat Asmodus musnah, kerusakan cukup terjadi di alam bawah dan tidak menyebabkan kerusakan di luar itu!" ujar Kaisar Langit dengan tegas."Baik, Yang Mulia Kaisar Langit!" seru para Dewa Agung terkuat di Alam Langit.Para Dewa melompat turun dari atas punggung Pegasus yang masih terbang. Membentuk formasi di sekitar gerbang alam bawah dan mulai menyalurkan energi kekuatan sihir mereka."TUNGGU!"Para Dewa Agung dan Kaisar Langit menatap ke sosok yang berani bersuara.Robert Gao melangkah maju, tepat ke hadapan sang Kaisar Langit. Ia keluar bersama dengan semua mahluk dari alam bawah dan tetap berada di dekat gerbang, untuk melihat apa yang terjadi."Bagaimana dengan Archer? Ia masih berada di dalam dan kalian menyegel gerbang ini. Bagaimana ia dapat keluar dan bagaimana jika ia membutuhkan bantuan?" seru Robert Gao, yang mer

  • Aranjo   Bab 123 . Banyak Hal yang Terjadi Di Luar Kehendakmu

    Robert berusaha bernapas, tetapi itu begitu sulit. Tidak lagi berusaha melawan, Robert merogoh sesuatu dari saku pakaiannya. Berhasil, walaupun dengan susah payah. Dengan wajah yang sudah memerah karena kehabisan napas, Robert berhasil mengangkat kalung dengan leontin darah suci ke hadapan Griffin.Seketika tangan yang mencengkeram leher, dilepaskan dan membuat tubuh Robert terhempas kuat ke tanah.Berusaha keras mengisi paru-paru dengan oksigen, Robert benar-benar kesulitan. Sedikit lebih lama lagi, maka ia akan musnah.Griffin berdiri mematung dan menatap ke tangan manusia abadi yang menggenggamnya leontin itu. Griffin tahu itu adalah bagian dari dirinya, tetapi bagaimana itu bisa ada di tangan manusia abadi itu?"Dari mana kamu mendapatkan itu?" tanya Griffin dingin."A-Anda menitipkan kepadaku! Dan berpesan, untuk mengembalikannya saat ini," ujar Robert dengan suara yang begitu lemah.Griffin menunduk dan menatap

  • Aranjo   Bab 122 . Kembali Kepada Sang Pemilik

    Tangan Aranjo terulur, mendekati artefak itu. Ujung jari telunjuk, menyentuh benda itu dan seketika cahaya terang menyelimuti Aranjo. Ia menghilang bersama dengan benda itu, kembali kepada sang pemilik.***Keesokan harinya, Griffin keluar dari paviliun dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Menunggu, menunggu Aranjo keluar dari paviliun.Setelah menunggu beberapa saat, Leander datang menghampirinya."Ayo, kita harus segera pergi ke alam bawah. Lentera cahaya sudah ada padaku," ajak Leander.Diam dan tidak menanggapi ucapan Leander."Kamu menunggu Aranjo?" tanya Leander.Griffin mengangguk."Dia sudah kembali ke Alam Iblis," ujar Leander. Ya, ia tidak berbohong, memang benar Aranjo telah kembali ke Alam Iblis, walaupun bukan ke istana. Namun, Leander yakin Griffin tidak akan bertanya lebih jauh, sebab mengira Aranjo kembali ke istana.Ragu sejenak, tetapi pada akhirnya Gri

  • Aranjo   Bab 121 . Perasaan Baru

    "Bagus, jika kamu menyukainya," balas Griffin dan merasa lega, tidak harus merubah warna rambutnya ini.Seketika, kesadaran akan cincin ilusi miliknya yang belum dikembalikan, membuat Aranjo langsung duduk. Gerakannya itu membuat rambut Griffin yang berada dalam genggamannya, tertarik.Griffin langsung memalingkan wajah dan menatap ke arah Aranjo, yang sudah dalam posisi duduk."M-Maaf," ujar Aranjo dan segera melepaskan rambut itu."Tapi..., Hei! Kembalikan cincin ilusi, milikku!" ujar Aranjo lantang, saat teringat akan cincin itu."Ini?" tanya Griffin, sambil mengangkat tangannya tepat di hadapan Aranjo, perlahan membuka kepalan tangan dan cincin ilusi itu ada di atas telapaknya.Melihat cincin itu, Aranjo langsung hendak mengambil. Namun, Griffin memindahkan tangannya, sehingga tangan Aranjo hanya menggapai angin."Kembalikan!" seru Aranjo yang mulai kesal. Mabuk, membuat otaknya tidak dapat berp

  • Aranjo   Bab 120 . Jatuh Cinta

    Perjamuan makan diadakan oleh Kaisar Langit. Kembali mereka diundang ke aula, untuk mengikuti perjamuan itu.Aranjo mengagumi keindahan Alam Langit dan matanya, tidak henti melihat-lihat.Perjamuan yang cukup meriah dan dihadiri oleh begitu banyak Dewa, serta Dewi.Aranjo duduk di balik meja rendah, yang berada tepat di antara meja Leander dan Griffin. Alunan musik dari harpa, mengiringi tarian indah yang dipertontonkan di tengah-tengah aula. Tarian yang isisipkan dengan kekuatan sihir, membuat apa yang dilihat begitu menakjubkan.Aranjo menatap dengan mulut menganga, akan keajaiban tarian yang ada di hadapannya.Leander memalingkan wajah dan menatap ke arah Griffin. Seperti perkiraannya, siku Griffin diletakkan di atas meja, dengan tangan menopang wajahnya. Ya, Griffin menatap ke arah Aranjo. Mahluk agung itu terlihat jelas seperti sedang jatuh cinta.Leander menghela napas, ia khawatir akan apa yang akan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status