Keesokan harinya, saat langit masih gelap, Wang Xue Min beserta dengan pasukannya, berangkat menuju Kerajaan Dingxi. Pasukan utama Kerajaan Luoyang berderap menuju Dingxi yang berada di bagian Utara.
Saat ini, Aranjo berada di dapur kediaman untuk merebus ramuan sang pangeran. Ini daun emas yang terakhir dimilikinya dan digunakan dalam ramuan. Ini artinya, Aranjo harus memanggil Griffin, tetapi ini belum satu minggu dari waktu perjanjian mereka. Ya, malam nanti Aranjo akan memanggil sahabatnya itu.
Dapur begitu sibuk, para koki menyiapkan sarapan untuk Ratu dan putranya itu. Tidak lama, ramuan matang dan Aranjo membawanya ke kamar sang pangeran.
Saat Aranjo melangkah masuk, Ratu berada di sana. Duduk dan sarapan bersama dengan putra kesayangannya itu. Aranjo meletakkan mangkuk ramuan ke atas meja dan hendak pamit dari kamar ini. Namun, langkahnya terhenti saat Ratu membuka suara.
"Temani Xue Huan!" perintah sang Ratu.
Aranj
Pikiran Aranjo terganggu akibat perkataan Griffin. Ya, mengapa dirinya begitu patuh menjalani semua hukuman ini? Apakah, dirinya ingin menjadi sekuat Kaisar? Tidak, Aranjo tidak pernah menginginkan hal tersebut. Jadi apa alasannya? Apakah karena hukuman ini dijatuhkan oleh sang Kaisar, makanya dirinya patuh? batinnya. Buru-buru, Aranjo menggelengkan kepalanya dan mulai menyiapkan ramuan baru.Aranjo yakin, tidak lama lagi sang pangeran dapat berjalan dan itu bagus. Walaupun berusaha mengabaikan perkataan Griffin, tetapi Aranjo juga khawatir akan keselamatan Kaisar.Setelah berjam-jam berkutat di depan tungku, akhirnya ramuan itu matang. Kembali masuk ke dalam kamar sang pangeran dan meletakkan mangkuk itu di atas meja."Minumlah ramuan ini selagi hangat," ujar Aranjo."Itu ranjangmu!" ujar Xue Huan menunjuk ke sudut ruangan yang lain.Aranjo menatap ke arah yang ditunjuk sang pangeran dan cukup kagum. Ranjang yang baru itu cukup
Dimulai dengan kecupan ringan pada bagian paling atas. Kecupan ringan dan itu sudah membuat sang pangeran mengerang nikmat. Ini hal yang baru bagi Xue Huan dan betapa lancangnya wanita itu, membuat dirinya begitu terangsang.Setelah beberapa kecupan ringan, Aranjo mulai bermain dengan lidahnya. Itu membuat sang pangeran semakin memajukan pinggulnya ke arah wanita itu. Kedua tangannya mencengkram selimut yang diduduki olehnya, menahan keinginan untuk menyatukan tubuh mereka. Namun, apa yang dilakukan wanita itu membuatnya penasaran dan menginginkan lebih. Tangan Xue Huan tanpa sadar menyentuh kepala Aranjo dan mendorong lembut, meminta lebih dan lebih.Aranjo tersenyum kecil dan mulai melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Entah apa yang merasuki dirinya, semenjak menjalani hukuman ini, Aranjo cukup terkejut dengan sisi erotis yang muncul. Namun, itu juga memberikan kepuasan baginya, apalagi saat melihat pria yang dilayani begitu terpuaskan.A
Aranjo terus melangkah maju dan berhenti tepat di hadapan sosok tersebut. Aranjo menengadah menatap mata indah itu. Semua tidak lagi penting dengan sosok itu di hadapannya.Asmodus mengangkat tangannya dan membelai wajah Aranjo. Belaian itu membuat Aranjo memejamkan mata dan semakin mendekati kehangatan sosok tersebut."Hmmm, hukuman yang sulit. Dia membiarkanmu menjalani semua itu?" bisik Asmodus. Yang dimaksud dengan dia adalah sang Kaisar."Aku akan memperlakukan dirimu dengan baik dan selalu berada di sisimu. Kamu pengantinku!" janji mahluk itu."Hmmm." Aranjo mendesah. Sentuhan ini begitu memabukkan, apalagi semua janji itu, membuat dirinya merasa aman dan begitu dicintai."Namun, sebelum itu dapat terjadi, aku harus terlepas dari kurungan. Saat matahari, bulan dan bumi dalam poros sejajar, maka kamu harus menemukan pemilik pagoda itu yang masih terikat dengannya. Musnahkan pemilik itu, agar pagoda itu kembali kepadaku
Aranjo menyambut ciuman itu. Ciuman panas dan penuh gairah. Mereka tidak lagi malu-malu, tetapi berusaha saling memuaskan hasrat satu sama lain.Aranjo naik ke atas ranjang dan duduk di atas tubuh sang pangeran, dengan kedua kaki berlutut di antara tubuh pria itu. Bibir mereka masih saling bertautan dan tangan sang pangeran menyingkap rok hanfu sederhana yang dikenakan Aranjo. Menyelipkan tangannya kebalik gaun itu dan mulai membelai paha mulus milik Aranjo. Tangan Aranjo sendiri diselipkan kebalik lipatan pakaian sang pangeran, membelai dada bidang itu.Aranjo melepas bibir sang pangeran dan ciumannya membelai rahang, turun ke leher kokoh milik pria itu. Ciuman itu membuat sang pangeran mendesah nikmat. Satu tangan sang pangeran masih sibuk membelai paha kekasihnya itu dan satu tangan lagi diletakkan di belakang kepala Aranjo, mencengkeram lembut rambut indah wanita itu.Pagi hari diawali dengan percintaan yang membara. Aranjo kembali memegang
"Ingat pikirkan apa keputusanmu!" pesan Griffin kembali."Ya!" jawab Aranjo.Lalu, Griffin menghilang dan meninggalkan Aranjo sendiri, bingung. Nanti malam, dirinya akan memikirkan langkah apa yang akan diambil. Aranjo keluar dari gudang dan buru-buru menyusuri koridor, menuju dapur.Kembali, Aranjo menyiapkan ramuan dengan menggunakan tanaman herbal spiritual Alam Langit.Saat Aranjo kembali ke kamar untuk mengantarkan ramuan yang telah matang, dirinya dapat mendengar suara tawa sang Ratu dari balik pintu.Prajurit membukakan pintu dan Aranjo melangkah masuk. Setelah memberi salam kepada Ratu, Aranjo melangkah mendekati meja dan meletakkan ramuan tepat di hadapan sang pangeran. Namun, saat hendak berbalik pergi, sang pangeran menggenggam pergelangan tangan Aranjo dan menariknya cukup kuat. Tarikan itu membuat Aranjo terduduk di pangkuan sang pangeran.Aranjo terkejut dan hendak melompat turun dari pangkua
Xue Huan menarik tangan Aranjo dan mendudukkan wanita itu di atas pangkuannya. Perlahan Xue Huan melepaskan cadar yang menutup sebagian wajahnya. Ya, jika hanya berdua maka cadar itu tidak diperlukan. Namun, saat meninggalkan kamar ini, Aranjo tetap mengenakan cadar tipis itu.Setelah bersama selama ini, Xue Huan dapat membaca ekspresi wajah Aranjo, hanya dari mata. Apakah Aranjo tersenyum atau merenggut, semua dapat dinilai dari mata indah itu. Dan kali ini, kekasihnya itu sama sekali tidak tampak risau, malahan terkesan antusias. Maka, Xue Huan ingin memastikan sekali lagi."Apakah kamu benar ingin pergi ke sana? Jika kamu tidak mau, maka aku akan berbicara dengan ibu," tanya Xue Huan dan menyentuh wajah cantik itu dengan ujung jarinya."Menolong nyawa orang lain adalah kewajiban. Sama seperti bagaimana aku menolong saudaramu dan dirimu. Jadi, aku akan pergi," jawab Aranjo pasti dan memejamkan mata, merasakan hangatnya sentuhan jari jemari pr
Ada 10 orang tabib senior yang bergabung dalam perjalanan ini. Hanya Aranjo seorang wanita, sisanya para tabib pria dan 100 prajurit berzirah lengkap yang dipimpin oleh komandan mereka.Aranjo menempati kereta kuda sendiri dan sisanya beberapa kereta kuda yang ditempati para tabib, serta puluhan gerobak yang berisi bahan pangan dan tanaman herbal.Perjalanan cukup sulit karena medan yang penuh bebatuan dan mereka harus melintasi hutan yang lebar, serta menyeberangi sungai. Saat malam tiba, mereka akan berteduh di tenda sederhana yang didirikan oleh prajurit. Makan makanan yang sederhana pula.Butuh perjalanan 4 hari untuk mencapai desa Luan.Saat rombongan tiba, desa itu terlihat kosong. Begitu kereta kuda berhenti, Aranjo langsung melompat turun. Tempat ini tidak cocok disebut desa, karena hanya beberapa pemukiman kumuh dan tidak terawat. Lahan bercocok tanam kering kerontang dan tidak terlihat satu pun orang di sana.
Semua prajurit Wang Xue Min menjadi lebih antusias, seakan doa mereka terjawab. Seorang dewi dikirim di tengah keputusasaan mereka. Awalnya mereka tidak berani berharap akan ada kesembuhan. Namun, semua berubah hanya dalam beberapa saat, ya setelah kehadiran sang wanita suci.Semua penduduk yang terpapar wabah sudah merasa lebih baik, bahkan sebagian dari mereka sudah dapat berdiri dan membantu penduduk lainnya. Seketika tenda yang tadi dipenuhi tangisan dan ratapan kesakitan, tidak terdengar lagi. Tergantikan dengan ucapan doa penuh rasa syukur akan kesembuhan yang diberikan. Saling tolong menolong, membuat para prajurit dapat beristirahat."Nona, istirahatlah. Sudah dari tadi Nona mondar mandir tanpa henti, begitu juga dengan Paduka Putra Mahkota," ujar salah seorang penduduk wanita paruh baya yang datang menghampiri mereka.Ya, sudah berjam-jam dirinya dan Xue Min berkeliling di tenda yang cukup luas ini, memeriksa semua penduduk secara berg