Anak Jendral dan Desa Penyamun

Anak Jendral dan Desa Penyamun

Oleh:  Betzy viona   On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
277Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Setelah perdebatan yang sangat menguras emosi dengan sang Ayah, Bara Hadiwijaya akhirnya membulatkan tekad untuk keluar dari rumahnya, melepas semua bayang bayang anak seorang Purnawirawan Jendral yang dari dulu melekat padanya. Bara yang memulai perjalanan dengan hanya berbekalkan uang tabungan dan motornya, berpetualang mencari jati dirinya. Namun begitu banyak hal yang terjadi dalam perjalanan Bara, sampai akhirnya dia tiba di suatu Desa yang terlihat penuh dengan orang orang yang ramah. Namun ternyata desa ini sarang seluruh penjahat. Akankah Bara selamat di desa itu ? Ataukah dia akan menjadi salah satu penjahat seperti yang di takutkan ayahnya?

Lihat lebih banyak
Anak Jendral dan Desa Penyamun Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
14 Bab
Bara, si Anak Jendral
Bara Hadiwijaya, seorang pemuda tampan dengan tubuh atletis, duduk di balkon rumahnya sambil menatap sekeliling. Sambil menatap sekeliling dengan pandangan tajamnya, dia merasa gelisah dan terombang-ambing dalam gelombang kebosanan rutinitas sehari-hari yang begitu monoton dan membosankan. Setiap harinya, dia terjebak dalam siklus yang sama, tanpa ada perubahan yang signifikan yang bisa menggoyahkan hidupnya yang terasa terikat. Ia melihat buku-buku bacaannya yang tergeletak rapi di meja, pikirannya melayang jauh mencari makna sejati dari hidup yang penuh tanda tanya.Tiba-tiba, Ningsih, seorang wanita paruh baya yang telah lama mengabdi pada keluarga itu, datang membawa secangkir teh hangat. "Permisi, Den. Ini tehnya. Tadi ada pesan dari Tuan, bahwa setelah selesai membaca buku, temuilah Tuan di bawah," ucap Ningsih dengan lembut, membuyarkan pikiran Bara yang kalutBara menoleh dan menghela napas. Kemudian, tanpa banyak bicara, ia pun beranjak dari balkon rumahnya“Masih tertarik
Baca selengkapnya
Perjalanan mencari jati diri
Tok..tok!!!"Siapa?" teriak Bara, masih dalam keadaan terbakar emosi."Ini Ibundamu, boleh Bunda masuk, Nak?" suara yang lembut menjawab teriakan Bara itu."Iya, Bunda," jawab Bara dengan suara yang agak reda, merasa sedikit lega mendengar suara ibunya.Sartika, Nyonya rumah itu, seorang wanita yang terlihat anggun dan begitu lemah lembut, memasuki kamar anak tunggalnya. Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, kecantikannya masih terpancar dengan gemilang. Wajahnya yang lembut dan senyumnya yang hangat membuat siapa pun merasa nyaman di dekatnya."Kalau tidak mau mengambil jabatan itu, kamu mau jadi apa, Nak? Kamu bilang mau merantau, mau kemana kamu? Disini, hidupmu dekat dengan orang tua, semua fasilitas yang kamu butuhkan tersedia. Koneksi Ayahandamu lebih dari cukup untuk kamu bisa menjadi orang sukses. Apa yang kamu cari, Nak?" Runtutan pertanyaan itu menyerbu Bara, menciptakan keheningan yang tegang di dalam kamar.Bara menatap Ibunda yang selalu ada di sisinya, selalu membelany
Baca selengkapnya
Pria tua, Pemilik warung
Bara melanjutkan perjalanannya dengan sepeda motornya hingga hari mulai gelap. Sinar matahari perlahan tenggelam di cakrawala, mewarnai langit dengan nuansa oranye yang memukau. Perutnya mulai keroncongan, mengingatkannya bahwa waktunya untuk mencari tempat persinggahan..Tepat di samping jalan yang dilalui, Bara melihat sebuah warung kecil yang cukup ramai dengan orang orang. Cahaya lampu warung yang hangat menyambutnya, menciptakan suasana yang mengundang. Tanpa ragu, dia memutuskan untuk berhenti sejenak dan menemukan hidangan yang lezat untuk makan malamnya.Ketika Bara memasuki warung, pemiliknya, seorang pria tua dengan wajah berkeriput namun penuh dengan kehangatan, menyambutnya dengan senyuman hangat. "Selamat malam, Nak. Apa yang bisa saya bantu?" tanya pria tua itu dengan ramah, suaranya terdengar lembut seperti embun pagi yang menyapa.Bara menjawab dengan sopan, "Selamat malam, Pak. Saya pesan kopinya satu gelas dan gorengannya, jika boleh." Suara Bara terdengar lembut na
Baca selengkapnya
Dimana ini ?
Bara melanjutkan perjalanannya di jalur yang sepi. Meskipun sudah malam, dia berharap bisa menemui kendaraan lain yang lewat. Namun, semakin dia berkendara, semakin terkejut dia dengan keadaan sekitarnya. Tidak ada satu pun kendaraan yang lewat di jalur tersebut. Pikirannya mulai dipenuhi dengan kebingungan.Bara memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. 'Hah, apakah aku tersesat? atau memang jalan ini terlihat sama' batin BaraPohon dan rambu jalan yang berapa di tempat yang sama membuat Bara keheranan, 'Aku sudah melewati pohon yang patah ini 3 kali, tidak mungkin setiap jalan pohonnya patah!'Dia merasa seperti terjebak dalam lingkaran yang tak berujung. Kekhawatirannya semakin bertambah ketika gerimis mulai turun, membuat pandangan ke arah jalan menjadi sedikit tidak jelas."Yang benar saja langit! Aku tidak berpikir harus membawa jas hujan" Bara menepuk dahinyaAkhirnya, Bara memutuskan untuk berbalik arah dan kembali ke warung tempat dia bertemu dengan pria tua yang ramah sebel
Baca selengkapnya
Percakapan tentang Desa
Setelah bangun dan merasa lapar, Bara memutuskan untuk mencari makan siang di desa tersebut. Dia melihat banyak warung makan kecil di sekitar desa, dan berharap bisa menemukan tempat yang cocok untuk makan. Namun, saat dia mendekati salah satu warung, dia melihat wajah pemilik warung yang tiba-tiba berubah menjadi ketakutan. Mereka dengan cepat menutup gorden dan pintu warung mereka.'Apa yang terjadi' Bara merasa bingung dan heran dengan reaksi pemilik warung tersebut. Dia mencoba menghampiri warung lain, tetapi situasinya sama.Para pemilik warung terlihat takut dan menutup pintu mereka ketika melihat Bara mendekat. Bara merasa semakin lapar dan kebingungan. Dia terus berjalan berkeliling desa, mencari warung yang menerima pembeli dari luar.Namun, setelah sepuluh menit berkeliling, Bara menyadari bahwa semua warung di desa tersebut memperlakukannya dengan sikap yang sama. Dia merasa frustasi dan kecewa. Perutnya semakin keroncongan, tetapi tidak ada tempat untuk membeli makanan.Ak
Baca selengkapnya
Jadi siapa itu Pria itu?
Keesokan harinya, Bara terbangun dengan kicauan burung yang merdu. Matanya terbuka perlahan, semalam dia tertidur sangat lelap.Bara membuka jendela kamarnya melihat pemandangan yang menakjubkan hamparan sawah yang asri, aliran air yang gemericik tenang membuat pagi itu terasa sangat lengkap, dia meregangkan tubuhnya sebentar mencuci mukanya di kamar mandi, lalu mengambil kaos biru yang dia gantung di belakang pintu kemudian memakainya dan beranjak ke luar. 'Cuacanya sangat bagus, sayang kalau tidak dinikmati'"Selamat pagi Sekar" Bara menyapa wanita itu yang sedang sibuk di taman bunganyasekar menoleh dengan tersenyum, "Selamat pagi Prajurit" balasnya dengan tawa kecil"Ada ada saja kamu, oh iya hari ini menunya apa?" tanya Bara yang nampak begitu penasaran "Hmm, yang pasti semua yang disediakan takan pernah kamu dapatkan di tempat lain, karena disini kami memasak dengan penuh cinta" Sekar menjawab dengan menggambar bentuk hati di langit"Wihhh, baiklah chef yang memasak dengan cint
Baca selengkapnya
Pesona Kenanga si Gadis Desa
Setelah perbincangan yang hangat tadi, Bara kembali ke kamarnya dan mulai sibuk menulis jurnalnya perjalanannya. Sudah beberapa jam ia asyik mencatat pengalaman-pengalaman dan pikiran-pikirannya. Tiba-tiba, ia mendengar suara ketukan yang datang dari pintu kamarnya. Bara mengernyit heran, karena ia tidak sedang mengharapkan kedatangan siapapun.Dengan hati-hati, Bara membuka pintu dan terkejut melihat seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu tersenyum manis, "Maaf menganggu Mas. Saya Kenanga, cucu dari Nenek Lastri yang tadi Mas tolong""Oh iya, saya Bara" Bara keluar dari kamar dan berdiri berhadapan dengan Kenanga"Ini Mas, saya bawa makanan. Bentuk ucapan terima kasih saya karena Mas Bara sudah mau membantu Nenek saya tadi" Kenanga menyodorkan sebuah rantang berisi makanan yang terlihat lezat. Bara merasa senang dan terharu dengan perhatian Kenanga. "Wah, saya sangat berterima kasih." Bara menerima makanan itu dengan wajah yang bahagia"Baiklah Mas, saya balik dulu.
Baca selengkapnya
Keputusan yang membingungkan
Bara berjalan kembali ke Penginapan setelah mendapat jawaban dari Kenanga. Desa itu terasa begitu akrab dan hangat baginya tapi kata kata Kenanga ada benarnya juga.Ketika ia hampir sampai di persimpangan menuju Penginapan, Bara berpapasan dengan seorang pemuda yang tampak terkejut melihatnya. Pemuda itu dengan terburu-buru berkata, "Mas, apapun tujuanmu, segeralah pergi dari desa ini. Auramu terlalu terang, Mas." Tanpa menunggu jawaban dari Bara, pemuda itu berlalu dengan cepat.Bara terdiam, memandang pemuda yang menjauh dengan kebingungan. 'Apa maksud dari kata-kata pemuda itu? Aura terang, apa maksudnya?'Keanehan-keanehan yang terjadi di desa ini semakin membuatnya bimbang apakah ia harus tetap tinggal atau pergi."Loh Mas, dari mana?" tanya seorang yang lewat, Bapak itu adalah penjual bensin eceran yang awalnya menunjukkan jalan untuk Bara"Eh ini Pak saya mau balik ke Penginapan, tapi sebelum itu apa Bapak tau mungkin ada tetua di kampung ini?. Kebetulan saya mau ketemu beliau."
Baca selengkapnya
Ternyata, Desa itu?
Bara melanjutkan perjalanannya setelah berpamitan dengan Ki Sugeng. Saat berkendara di sepanjang jalan yang sunyi dan sepi, dia tak sengaja melihat sebuah warung kecil yang terletak di pinggir jalan. Rasa haus yang menghampirinya membuatnya memutuskan untuk singgah sejenak dan mengisi ulang energi.Dengan hati yang penuh harap, Bara menghampiri warung itu dan memesan segelas kopi hangat. Pemilik warung, seorang pria paruh baya berumur sekitar 50 tahunan, menyambut kedatangannya dengan senyuman hangat. "Mas dari mana dan mau ke mana ?" tanya sang pemilik warung dengan rasa ingin tahu yang tulus.Bara tersenyum ramah dan menjawab dengan penuh keceriaan, "Saya hanya sedang berkelana, Pak. Beberapa hari yang lalu, saya sempat menginap di salah satu Penginapan di desa Kendra. Dan sekarang, saya melanjutkan perjalanan lagi untuk menjelajahi tempat-tempat baru."Pemilik warung terkejut mendengar nama desa Kendra yang disebutkan oleh Bara. Tatapannya penuh keheranan dan penasaran. "Desa Kendr
Baca selengkapnya
Desa Baru
Setelah pemberhentian terakhirnya, Bara melanjutkan perjalanan melewati beberapa desa. Sebenarnya, dalam hati ia ingin berhenti sejenak untuk menikmati makanan khas desa tersebut atau bahkan menginap di salah satu desa tersebut. Namun, dengan pertimbangan yang matang, Bara memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan dan berhenti di desa yang benar-benar ingin ia tinggali.Beberapa menit kemudian dari kejauhan, Bara memperhatikan sebuah mobil Kijang yang terparkir di bahu jalan. Seorang pria dengan kaos hitam dan celana jeans terlihat sangat frustasi saat menendang-nendang bagian tengah mobil tersebut, dan membuka kap mobil. Bara perlahan memperlambat laju motornya dan berhenti tepat di samping mobil tersebut, ingin memberikan pertolongan yang diperlukan."Mobilnya kenapa, Pak?" tanya Bara sambil melepas helmnya, memperhatikan dengan seksama kerusakan yang ada.Pria tersebut menatap ke arah Bara dengan pandangan campuran antara harapan dan kekecewaan. "Ndak tau ini, Mas. Tiba-tiba m
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status