Home / Rumah Tangga / Arisan Bodong Keluarga / 2. Huru Hara Pagi Hari

Share

2. Huru Hara Pagi Hari

Author: Naya Senja
last update Last Updated: 2024-07-03 21:49:09

# Arisan Bodong Keluarga

Bab 2

Setelah kejadian pertengkaran kemarin Novia tidak keluar kamar lagi. Dia menangis dan kelelahan hingga tertidur jam 4 shubuh.

Untung saja sudah beberapa minggu Ibunya tinggal bersamanya karena tak ada yang mengasuh putrinya Keyla. Wanita yang sebelumnya mengasuh Keyla pulang kampung untuk menikah dan sampai saat ini Novia belum menemukan penggantinya.

Ibunya bersedia mengasuh Keyla untuk sementara sampai menemukan pengganti. Terkadang Keyla di bawah ke rumah Ibunya menginap di rumahnya. Karena keyla memang belum sekolah.

Ketika terbangun Novia tak melihat ada Diki di sampingnya. Karena penasaran Novia menuju ruang tamu dan ruang keluarga, Diki tetap tak ada.

" Dasar anak Mama tiap ribut pulang kesana " gumamnya.

Rumah Novia tidak terlalu besar hanya ada dua kamar tidur, ruang keluarga dan ruang TV serta satu dapur dan satu kamar mandi.

Rumah tersebut salah satu rumah kontrakan milik mertuanya. Meski begitu Novia tetap harus membayar uang sewa setiap bulannya.

Awalnya Novia dan Diki tinggal di rumah mertuanya, karena Novia ingin terpisah dengan alasan ingin mandiri maka mertuanya memberi syarat.

Mereka di izinkan terpisah namum tetap tinggal di lingkungan yang sama. Maka di pilihlah salah satu kontrakan milik orang tua Diki yang boleh ditempati dengan biaya sewa satu juta sebulan.

Demi keinginannya terpisah dari mertua, Novia menyanggupinya. Menurut perhitungannya sama saja, ketika tinggal di rumah orang tua Diki, Novia tetap membayar listrik dan Air Pam. Belum lagi biaya makan, dengan adanya dia di sana semua kebutuhan rumah lebih banyak di tanggung Novia.

" Bu " Novia berpapasan dengan Ibunya mereka sama sama mau ke kamar mandi.

" Kamu baik baik saja kan? "

" Iya Bu aku baik. Maaf kemarin aku tertidur. Key gak rewel kan Bu? " Novia balik bertanya pada Ibunya.

" Key gak rewel tidur sama Ibu, kamu saja dulu yang ke kamar mandi. Ibu mau ke dapur dulu "

Novia segera ke kamar mandi, tadi malam dia tertidur sehingga tidak mengganti baju. Sebentar lagi adzan Shubuh Novia mandi dan berwudhu.

Cukup lama Novia di kamar, setelah sholat dia melanjutkannya dengan mengaji. Semenjak ada Ibunya setiap pagi sarapan sudah tersedia di meja. Novia sudah melarang tapi Ibunya bersikeras melakukannya karena sudah terbiasa.

" Wangi banget masakan Ibu, cacing di perut sudah pada demo kasihan dari kemarin gak makan heheee " kekeh Novia.

Novia duduk di meja makan bersiap untuk sarapan. Atikah tersenyum karena melihat putrinya sudah terlihat biasa. Namun dia belum mau bertanya tentang masalah kemarin. Meski samar dia mendengar tentang masalah uang.

" Makanlah, kamu pasti lapar banget. Kemarin malam kamu kan gak makan karena langsung masuk kamar "

Novia makan dengan lahapnya, masakan Ibunya yang nikmat benar benar mengembalikan moodnya.

Bruugghhh

Terdengar suara pintu yang di dorong dan terbentur dengan tembok.

" Novia, Novia... "

" Udah Mah, jangan teriak teriak malu masih pagi. Lihat para tetangga jadi kumpul karena Amah "

" Sudah Bapak gak usah banyak omong ini urusan Amah "

Terdengar jelas di telinga Novia suara kedua mertuanya seperti sedang berdebat. Untung saja sarapan Novia sedikit lagi jadi dia memilih melanjutkan sarapannya karena tanggung juga tak mau merusak moodnya pagi ini.

Sepertinya Atikah paham dengan maksud Novia, dia pun memilih diam.

Braakkk

" Bagus ya, kamu enak enak sarapan suami gak di urus malah makan di rumah mertua " Murni Ibu mertua Novia menggebrak meja.

" Bu, jangan gitu dong. Kasihan Novia sedang sarapan " tegur Imam Bapak mertua Novia.

" Gak apa Pak, saya sudah selesai sarapannya. Tadi Amah bilang apa? saya gak mengurusi Mas Diki? saya gak ada nyuruh Mas Diki kesana. Lagipula bukannya Mas Diki anak kesayangan Amah? kenapa Amah seperti keberatan? " balas Novia dengan santai.

Meski kesal Novia tak mau di anggap tak sopan pada mertuanya. Dia tetap berkata biasa dan tak mau bersikap kasar.

" Nih nih ini, mantu modelan gini. Coba Bu Atikah ajarin anaknya supaya lebih sopan. Kerjaannya ngebantah sama suami dan mertua. Kalau kamu merajuk bukan begini caranya...."

" Cukup Mah " potong Novia, wajahnya kini menghadap pada mertuanya. Sekuat tenaga Novia menahan emosi.

" Bukannya Amah yang bertanya kenapa Mas Diki gak di urus? kan sudah aku jawab Mah. Gak usah bawa bawa Ibu aku. Ibu gak pernah ikut campur urusan rumah tanggaku. Dan Amah bilang apa, merajuk? untuk apa merajuk? " lanjut Novia.

" Ya itu, kamu pasti merajuk kan gara gara uang arisan kemarin. Baru juga uang segitu di ributin " jawab Murni seraya mendelikan matanya.

" Cuma? itu uang jumlahnya banyak. 72 juta Mah, kalau Amah bilang cuma sekarang aku minta ganti. 72 juta se-ka-rang! "

" Eh, itu ya gak bisa lah. Kamu pikir itu uang sedikit? " kilah Murni.

" Nah itu Amah tahu itu bukan uang sedikit, bukannya Amah tadi bilang cuma? kalau gitu balikin dong Mah. Jangan cuma bisa ngomong saja "

" Eh dasar gak sopan kamu ya " tangan Murni sudah terangkat namun dia sekilas melihat besannya Atikah melotot. Tangannya yang sudah terangkat kembali diturunkan.

" Kenapa Mah gak jadi, malu? Ibu ku pun tak pernah menamparku " nafas Novia naik turun menahan emosi.

Dia masih ingat wanita di depannya Ibu kandung dari suaminya yang berarti Ibunya juga.

" Sudah sudah Vi, maafin Amah ya. Mungkin pagi ini sedang banyak pikiran. Maaf Bu Atikah sepagi ini kami sudah membuat keributan. Karena pagi ini Novia akan berangkat kerja, sebaiknya Novia berangkat saja dulu. Vi, nanti pulang kerja sebaiknya kamu ke rumah ya. Kita selesaikan baik baik, Bapak yakin pasti ada jalan keluarnya "

Imam mencoba melerai keributan mereka, selain masih pagi dia juga malu pada tetangga. Sepagi ini mereka sudah berkumpul di depan rumah ingin melihat keributan di rumah menantunya.

" Baiklah Yah, memang aku mau berangkat kerja. Sebaiknya kita selesaikan nanti sore "

Akhirnya Imam pamit pada besannya, sedangkan istrinya berjalan keluar rumah terlebih dahulu.

Benar saja para tetangga sudah berdiri di depan rumah. Mereka berbisik bisik seraya menatap wajah Imam dan Murni.

" Apa, ngapain lihat lihat? masih pagi bukannya kerja. Ini malah kepo urusan orang " bentak Murni pada Ibu-ibu yang berkumpul di depan rumah. Suaminya mendorong tubuhnya agar pulang. Tak mau menambah keributan dengan tetangga.

Novia yang sudah selesai sarapan pamit pada Ibunya untuk pergi. Biasanya dia akan berangkat dengan suaminya. Tapi kali sepertinya dia akan pergi sendiri mengingat hubungan mereka sedang tidak baik.

Keluar pintu Novia kaget melihat tetangga berkumpul di depan rumah seperti membicarakannya.

" Haduuhh ini pasti gara gara Amah tadi berteriak teriak " gumamnya dalam hati.

" Maaf Ibu-ibu permisi ya mau lewat hehee "

" Vi ada apa sih pagi pagi sudah bikin heboh " tanya seseibu.

" Gak ada Bu, tadi anak ayam Amah hilang jadi nyari kesini heheee. Assalammu alaikum Ibu-ibu " balas Novia dan berlalu pergi tak mau panjang lebar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Arisan Bodong Keluarga   230. Ending

    # Arisan Boding Keluarga Bab 230 ( Ending ) Hari berlalu semua hutang Robi sudah di bereskan menggunakan uang Cantika yang di anggap membeli bagian Robi. Cantika masih tetap mengurus toko dan sekarang semua hasilnya utuh di kelola Cantika. Hanya saja kini tugas Cantika lah yang harus membayar cicilan ke Bank hingga lunas dan sertifikat kembali. Karena hanya Cantika orang yang tersisa menyepakati untuk menggadai sertifikat rumah. Cantika sempat terbentur modal, namun dia di beri jalan oleh Diki agar mengambil barang di pabrik milik Novia. Karena kini Novia memproduksi brand sendiri. Namun pabriknya juga menerima pesanan barang tanpa branding. Dengan mengenyampingkan rasa malu Cantika pun meminta bantuan Novia untuk mengambil barang di pabriknya. Untung saja Novia bermurah hati. Dia dengan senang hati membantu mantan iparnya meski dengan pembayaran di belakang untuk pengambilan barang pertama. Kini berkat bantuan Novia toko Cantika bisa kembali beroperasi dan memiliki banyak

  • Arisan Bodong Keluarga   229. Nasib Chila

    # Arisan Bodong Keluarga Bab 229 ( Nasib Chila ) " Soal itu kami meminta maaf, kami tidak tahu kejadiannya akan seperti ini " Pak Slamet Bapak Ayu menjawab dengan suara bergetar. " Apa dengan maaf Amah akan hidup kembali? gak akan. Sekarang kalian datang hanya untuk meminta warisan Robi dengan kedok mengasuh Chila, memalukan " Diki mulai terisak ketika mengingat kematian Ibu dan adiknya secara bersamaan. " Sudah Ki, ini sudah takdir " Pak Imam menepuk bahu Diki. " Aku gak suka Pak, di saat masih berduka mereka membicarakan warisan. Mengapa hanya menuntut hak tapi tak ingat kewajiban " Semua masih tertunduk, kakak Ayu yang sedari tadi memasang wajah masam pun ikut tertunduk. " Sudah Ki, kalau seperti ini akan lama selesainya " suara Pak RT menyadarkan Diki dari amarah dan kesedihannya. " Baiklah, maaf saya terbawa emosi. Saya tak ingin berbasa basi lagi. Tika tolong bawa catatannya! " Cantika datang membawa sebuah catatan yang berisi daftar hutang Robi dan Ayu. Catatan i

  • Arisan Bodong Keluarga   228. Menuntut Warisan

    # Arisan Bodong Keluarga Bab 228 ( Menuntut Warisan ) " Assalammu alaikum Pak Imaaam " Diluar terdengar ketukan pintu di barengi teriakan memanggil Pak Imam. Dari suaranya mereka yakin tamu tersebut membawa berita buruk. " Pak, Paak Imaaam " " Siapa sih gak sopan banget, ayo kita lihat " ajak Cantika. Mereka langsung berdiri dan menuju ruang tamu. Ceklek " Waalaikum salam " pintu di buka Cantika. Di lihatnya ada orang tua Ayu, 2 orang kakak laki laki Ayu dan 2 orang yang tak di kenalnya. " Silahkan masuk " ucap Cantika datar. Mereka pun masuk setelah saling pandang. Cantika berpikir mungkin mereka akan melayat karena semenjak Robi dan Amah meninggal belum ada dari keluarga Ayu yang datang. Semua duduk berdampingan dengan keluarga Pak Imam. " Jadi begini Pak saya paman dari Ayu mewakili keluarganya berbicara kesini untuk menyampaikan niat kami ingin mengambil Chila untuk di asuh oleh kami " Pak Imam mengangguk angguk tanda mengerti. Cantika saling berpandangan denga

  • Arisan Bodong Keluarga   227. Solusi Membayar Hutang

    # Arisan Bodong Keluarga Bab 227 ( Solusi Membayar Hutang ) Pov Novia Beberapa jam yang lalu aku menerima kabar dari Nuri, Amah meninggal dunia karena mendapat serangan jantung. Menyusul Robi meninggal di rumah sakit yang berbeda dengan waktu meninggal yang hampir bersamaan. Sedangkan Ayu meninggal tadi malam. Aku pikir kondisi Amah kemarin sudah membaik karena almarhum bisa hadir dalam acara 4 bulanan calon bayiku. Aku benar benar tak menyangka, Innalillahi. Aku dan suamiku langsung berangkat menuju rumah duka. Yang membuatku terkenang dengan Amah adalah moment terakhir pertemuan kami di acara 4 bulanan. Dia berkali kali meminta maaf sampai aku merasa tak nyaman. Karena sedari dulu aku sudah memaafkan Mas Diki dan keluarganya. Selain itu Amah juga menyerahkan sertifikat kontrakan untuk Keyla. Sebagai permintaan maaf karena telah mengambil hak anak dan istri Mas Diki. Aku benar benar terharu, bukan karena sertifikat itu namun perubahan Amah yang jauh lebih baik. Alhamdulillah

  • Arisan Bodong Keluarga   226. Duka Mendalam

    # Arisan Bodong Keluarga Bab 226 ( Duka Mendalam ) " Rupanya begitu, pantas saja ketika di mobil Amah manggil manggil Robi dalam keadaan setengah sadar. Huffttt " Diki menarik nafasnya dalam, kemudian menyandarkan kepalanya di dinding. " Sungguh rasa sayang Amah sangat besar pada Robi. Ah tapi mungkin ini karena Robi sedang terluka. Ya Allah jangan sampai rasa iri hadir dalam hatiku " Diki membatin. " Mas aku lupa Chila dimana? " Cantika baru teringat soal keponakannya. " Dia di rumah di jaga Mama " Nuri yang menjawab pertanyaan Cantika. " Makasih Nur, makasih juga buat Mama. Maaf keluarga kami selalu merepotkanmu dan orang tuamu " ucap Cantika tulus dan memeluk Nuri. " Gak apa Mbak, kita saudara jadi wajib tolong menolong " mereka berdua berpelukan untuk saling menguatkan. " Tik tadi aku gak lihat keluarga Ayu, mereka kemana? " dari tadi Diki ingin menanyakan hal itu hanya saja dia tiba tiba lupa. " Ah iya aku lupa, sepertinya mereka kabur. Tadi sih sempet aku ancam seb

  • Arisan Bodong Keluarga   225. Berita Duka

    # Arisan Bodong Keluarga Bab 225 ( Berita Duka ) " Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun " Diki menarik nafasnya dalam kemudian dia kembali keluar. " Bagaimana Mas? ' tanya Nuri pada suaminya ketika keluar dari ruangan dimana di sana di sebutkan ada Ayu. Diki hanya mengangguk tak bersuara namun dari matanya syarat akan kesedihan. Akhirnya setelah tahu keadaan adiknya Diki memutuskan untuk mengurus semua. Namun dia meminta izin pada petugas Polisi untuk pulang terlebih dahulu karena kasihan dengan kondisi istri dan keponakannya. Sebelum pulang Diki menghubungi keluarga Ayu untuk datang. Biar saja Polisi yang menjelaskan semuanya. Dia yakin keluarga Ayu tak akan menerima begitu saja. Waktu sudah masuk dinihari Diki tetap pulang membawa Chila dan Nuri menuju rumahnya. Jika di bawa ke rumah orang tuanya dia khawatir Amah akan sakit kembali. Sampai di rumah Diki memutuskan untuk beristirahat. Karena besok dia harus menyiapkan tenaga dan mentalnya. Untung saja Chila tidak rewel jad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status