Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku

Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-30
Oleh:  Ulhy MaerhanBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
11 Peringkat. 11 Ulasan-ulasan
56Bab
734Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Usia pernikahan Safina dan Angga hampir setahun. Safina mendedikasikan hidupnya untuk suami dan keluarganya. Safina yakin mampu menaklukkan hati Angga dengan ketulusan cintanya. Ia ikhlas menerima perlakuan buruk dari mereka sambil menunggu datangnya hari bahagia. Benar saja!   Hari yang ditunggu-tunggu Safina datang. Suami tercintanya memberikan kejutan di pesta anniversary pertama pernikahan mereka. Safina menerima kado terindah di pesta itu.

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Maafin Aku, Mas!

“Mas, aku capek. Bisa istirahat sebentar, nggak?”

Dengan wajah lelahnya, Safina menundukkan kepala. Ia berusaha mengurangi rasa gugup. Ia ingin membaringkan tubuhnya sebentar di samping suaminya—Angga Wirawan.

Angga melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 06:00 pagi. Hari masih pagi, tapi Safina mau istirahat?

Sebenarnya, apa yang baru Safina lakukan sampai terlihat kelelahan seperti ini?

“Kamu mau istirahat?! Ini jam berapa, Safina?!" tanya Angga, ketus.

"A—aku ... sebelum subuh, aku udah bangun," jawab Safina, terbata.

Benar! Safina tidak mengada-ada.

Safina selalu bangun lebih awal daripada siapapun di rumah ini. Status sebagai seorang Istri sama sekali tidak pernah dianggap oleh Suami dan keluarganya.

"Mas, selama jadi istrimu, aku mengerjakan semua pekerjaan rumah. Apakah aku istri atau pembantu, tidak ada bedanya, Mas. "

Keluarga Dwicahyo tidak memiliki asisten rumah tangga. Maka, Safina sendiri yang mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci pakaian seluruh anggota keluarga, mencuci piring, dan memasak untuk sarapan.

"Gak ada bedanya, tapi ngeluh. Yah udah, istirahat aja di sofa!"

Bola mata yang tajam menunjukkan ketegasan Angga untuk tidak tidur bersamanya di ranjang. Meskipun sudah pagi, Angga tetap enggan bangun dari ranjang.

Safina menahan rasa lelahnya. Lalu, bertanya, “Mas, kita udah nikah hampir setahun. Kenapa aku harus tidur di sofa terus?”

Safina dan Angga memang sudah menikah. Mereka sekamar, tetapi tidak seranjang. Karena Angga terlalu jijik dengan luka bakar di wajah dan tubuh Safina.

Angga tertawa kecil, tapi dingin. “Nikah, ya?”

Angga berdiri. Tangannya meraih laci nakas. Tidak lama, ia mengeluarkan buku nikah. Lalu, melemparnya ke wajah Safina.

Angga berseru marah, "Bagiku, pernikahan kita cuma formalitas. Jangan pernah berharap lebih dari itu, Safina!”

Safina menggigit bibir. Hatinya mencelos mendengar kata-kata kejam suaminya.

“Mas, aku juga nggak pernah menginginkan pernikahan ini. Tapi, Mas ...."

Safina memungut buku nikah yang jatuh tepat di kedua kakinya. Safina tidak menyangka, pernikahannya dengan Angga tidak membuahkan kebahagiaan.

Sebagai suami, Angga tidak pernah memberikan nafkah lahir maupun batin. Meskipun begitu, Safina tetap mencintainya dengan sepenuh hati. Ia berharap suatu hari nanti, Angga akan membuka hatinya untuk Safina dan mencintanya seperti cinta seorang Suami kepada Istri.

“Maafin aku, Mas! Musibah ini atas kehendak Allah. Aku juga nggak menginginkan pernikahan ini," gumam Safina sambil sesekali menarik napasnya.

Air mata Safina jatuh membasahi pipinya. Ia ingin tidur, tapi bagaimana mungkin? Hatinya terlalu sakit setelah dicampakkan oleh Angga.

"Ahaha. Justru kamu harus bersyukur dengan pernikahanmu ini. Syukur masih ada lelaki yang mau menikah denganmu wanita buruk rupa!" Angga semakin mengejek Safina.

Apa boleh buat? Sesuai amanat sang ayah, Safina harus menjadi istri yang baik untuk Angga. Maka, ia hanya bisa bersabar menghadapi ujian pernikahannya.

"Jangan ungkit kejadian kebakaran lagi! Karena itu benar-benar hari sialku! Nggak ada manusia menginginkan musibah," jeritan Safina sambil menghapus air mata.

Pernikahan Safina dan Angga tidak didasari rasa cinta, melainkan atas perjanjian damai antara orang tua mereka.

Safina berusaha memohon maaf kepada Angga berulang kali atas pernikahan mereka. Namun, Angga tetap bersikap cuek padanya.

“Mas. Andai aja kebakaran di toko tidak terjadi, aku dan kamu bakalan tidak ketemu sampai saat ini. Tapi ini sudah jalan yang diberikan Allah agar kita bersatu.”

Tidak lama, seseorang mengetuk pintu kamar mereka.

“Cepat sana, buka pintunya!” perintah Angga dengan menutup daun telinga dengan tangannya, “telingaku panas dengar kamu ceramah.”

Setelah menyimpan buku nikah kembali di laci, Safina membukakan pintu.

“Ibu. Kenapa, Bu?” tanya Safina dengan senyuman yang dipaksakan.

Plak!

Bukan jawaban yang Safina dapatkan dari Ibu mertua, tetapi tamparan keras di pipi kirinya.

Safina terkejut. Ia mengusap pipinya yang terasa sakit.

“Kamu tanya, kenapa?!”

Merliam—Ibu mertua, bertanya dengan wajah marah. Ia mengangkat tinggi-tinggi kebaya brokat berwarna lavender yang dibawanya sambil melototi Safina.

"Dasar orang kampung, nggak becus kerja! Kenapa kebaya saya rusak begini, Safina?!"

Safina terkejut untuk kedua kalinya. Ia takut dan panik. Bibirnya bergetar hebat. Ia tidak tahu harus menjawab apa!

"I—Ibu ... aku kelupaan ...."

Kebaya Merliam rusak sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahan Safina. Ia diharuskan cekatan dalam bekerja. Terlambat sedikit ia bekerja, sindiran ataupun kemarahan yang harus dihadapinya.

Plak!

Tamparan kedua dari Merliam lebih keras daripada sebelumnya. Lalu, ia mendorong Safina hingga tersungkur dan kepalanya membentur pintu kayu jati. Seketika, kepala Safina berdenyut.

"Istri macam apa yang dinikahi Angga?! Bisa-bisanya kamu kelupaan sedang menyetrika pakaian saya!"

"Bu, saat aku sedang menyetrika kebaya, Ayah menyuruhku untuk membuatkan kopi. Jadi, aku pergi merebus air," ujar Safina, menahan tangis.

Safina teringat. Ketika pergi ke dapur tadi, ia lupa meletakkan setrika ke tempat semula. Akibatnya, kebaya Merliam gosong dan meleleh karena panas yang berlebihan pada bagian punggung.

Nasib Safina setelah menikah dengan Angga, jauh dari harapan ayahnya. Bukan hanya melayani Angga, ia juga harus melayani kebutuhan seluruh anggota keluarga Suaminya.

"Kurang ajar!” Merliam menarik rambut Safina yang masih terduduk di lantai. "Saya nggak mau tahu, kamu harus ganti kebayanya."

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
Bela Safira
lanjut cerita dong Safina berhak bahagia dengan pria yang tepat
2025-05-19 21:15:40
1
user avatar
Romero Un
kasian safina thor. kasi suami yg lebih baik thor
2025-05-19 11:45:18
1
user avatar
Lovely Bintang
sedihnya safina .........
2025-05-14 16:41:28
1
default avatar
Isnha Aideed
keren ceritanya...lanjut dong babnya
2025-05-03 21:01:30
1
user avatar
Noona Y
Lanjut, update terus
2025-05-03 10:22:39
1
user avatar
Dewiluna
Ayo update lagi, thor
2025-04-30 17:56:10
1
user avatar
Ulhy Maerhan
terima kasih...
2025-04-30 14:00:16
0
user avatar
prasidafai
thor update lagi yuk, aku kepo
2025-04-30 12:31:36
1
user avatar
Ulhy Maerhan
hai gaes...terima kasih yah sudah membaca ceritaku...
2025-04-28 21:40:37
2
user avatar
Wenchetri
Wih, mantap. Lanjut"
2025-04-28 17:40:21
2
user avatar
Zoya Dmitrovka
Gas update kakak author
2025-04-28 16:36:46
3
56 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status