Cerita diawali dengan kepedihan hati Dewi yang kehilangan puteri pertamanya dalam peristiwa tsunami di Selat Malaka pada bulan Desember 2018, dan meningkatnya pandemi covid19 pada tahun 2020. Banyak orang yang mengalami kepedihan karena kehilangan keluarga dan juga harta tentunya. Demikian pula dengan Dewi. Ia telah kehilangan segalanya, namun pada awal tahun 2020 ia justru dihadapkan pada kenyataan yang lebih pahit, diantara yang manis. Tiarawaty, usianya baru 3 tahun, dibawa pergi oleh Iwan, suami Dewi, yang telah berselingkuh dengan pengasuh puterinya. Baru satu hari Iwan berada di Banten, pada hari kedua malamnya, terjadi peristiwa dahsyat tersebut. Barangkali, alam tidak merestui kepergian mereka; hingga Dini sang pengasuh justru hilang, dan jasadnya tidak ditemukan. Bagaimana sikap Dewi menghadapi mantan suaminya, dan juga Dini; yang tiba-tiba muncul kembali dalam kehidupannya? Yuuk, kita ikuti kisahnya. Terimakasih~
View MoreDalam benak Dini, ia sama sekali tidak percaya atas ucapan Badrun. Tiba-tiba handphone Badrun berbunyi nada panggilan masuk. Dia mengambil handphone dari dalam saku celananya, lalu melihat ke layarnya. Nama Iwan tertera disitu. Sesaat Badrun menatap kearah Dini, lalu berdiri,"Sebentar yah..," kata Badrun sambil melangkah keluar dari warung.Badrun menjauh dari warung situ, supaya suara pembicaraannya tidak terdengar oleh Dini dan juga Tia. Dia menuju ke satu kursi kayu yang ada di tepi pantai."Ya hallo kang.. gimana kabarnya?" kata Badrun, matanya menatap ke arah warung."Assalammu'alaikum kang Badrun.. saya sehat-sehat saja. Cuma mau ngabarin, mudah-mudahan saya bisa secepatnya kembali kesitu, dan mulai kerja di tempat kang Badrun. Gimana kabar anak dan istri saya? apa kang Badrun sempat menengoknya?""Belum sempat kang.. soalnya setiap hari saya bantu kerjaan kasir di Tempat Penampungan Ikan, jadi belum ada waktu nengokin Tia lagi," Badrun berdusta."Oke gak apa-apa kang.. udah dul
Malam di rumah Wahyu.Angin dingin tersebar masuk dari sela dinding bilik bambu di seluruh ruangan. Suasana malam yang dingin, ditambah kelelahan tubuh pak Sidik, Iwan, serta Wahyu seharian, membuat mereka lelap lebih cepat.Mereka tidur di ruang tamu. Suara ngorok ketiga lelaki itu, saling bersahutan, bersama suara katak yang berdendang di persawahan seberang rumah Wahyu. Nuning, Nana, dan nek Warni tidur satu ranjang di dalam kamar. Rumah kecil ini hanya memiliki 1 kamar berukuran agak luas, sama persis dengan ukuran ruang tamu. Di dalamnya ada satu ranjang bale terbuat dari bambu dengan kasur kapuk yang sudah sering dikencingi oleh Nana, anak kecil perempuan itu. Nek Warni sudah terbiasa dengan bau pipis cucunya itu. Nuning tidak sanggup membeli pampers, karena di daerah situ harga pampers seharga dengan satu butir telur ayam, sangat mahal bagi ukuran keuangan Wahyu. Lagipula sampah bekas pampers itu kadang membuat tetangga terusik, sebab tempat pembuangan sampah yang berlokasi d
Dalam perjalanan diatas kapal feri, pak Sidik dan Iwan saling bercerita tentang kejadian-kejadian yang mereka alami selama tidak saling bertemu.Setiba di Lampung, mereka melanjutkan perjalanannya dengan naik motor. Dia sengaja membawa motornya, supaya lebih mengirit pengeluaran uang selama dalam perjalanan. Sesekali Iwan beristirahat, mampir di warung nasi pinggir jalan protokol arah ke luar kota Lampung, atau berisitrahat di warung kopi.Tepat sekali dugaan Iwan, bahwa jalan masuk menuju ke desa yang ditempati Wahyu keponakannya pak Sidik itu, harus menyewa ojek di pangkalan. Setelah berbelok masuk ke arah desa yang dituju, barulah pak Sidik bertanya pada warga disitu. Kebetulan ada seorang ibu yang sedang menjemur pakaian di halaman samping rumahnya.Pak Sidik pun bertanya pada Ibu itu. Ia memberi petunjuk bahwa nanti setelah melewati kebun-kebun, ada persimpangan jalan kecil, disitu Iwan harus berbelok ke arah kanan, kemudian lurus saja, nanti selanjutnya bertemu dengan persawahan,
Maming menaiki tangga menuju ke kamar Iwan. Dia lalu mengetuk pintu kamarnya.Tok tok tok"Bang Iwan.. bang, bangun bang sudah adzan ashar.." teriak Maming.Mendengar suara Maming, Iwan pun terbangun."Iya Ming... makasih"Iwan membuka pintu, dilihatnya Maming duduk di kursi plastik disitu. dia langsung bertanya,"Bang Iwan dapat cuti dari boss ya..""Iya Ming.. kamu nggak..?""Nggak bang.. padahal Maming sudah kangen banget sama ibu di kampung,""Ya kan masih ada libur nanti hari raya lebaran,""Masih lamaaa bang...""Gak apa-apa Ming.. bantuin pestanya boss, kamu nanti dapat bonus, lumayan kan Ming..""Iya sih... tapi uang gak bisa gantiin rasa kangen bang..""Udah aah, laki-laki gak pantas manja gitu Ming.. saya ambil air wudhu dulu ya MIng.""Iya bang..."Iwan jalan menuju ke kamar mandi di sebelah kamarnya, sedangkan Maming malah melamun. Tidak seperti biasanya, tiba-tiba saja dia jadi kangen pada ibunya, terbayang suasana di kampungnya, tapi Maming juga bingung, karena saat pand
Keesokan harinya, di rumah bu haji Romlah.Suara-suara kendaraan motor dan mobil pickup pengangkut ikan, terdengar mundar-mandir silih berganti di depan rumah bu haji Romlah. Dari arah teras rumah terlihat Badrun membawa satu mangkok berisi bubur ayam, yang dibawanya menuju ke kamar depan, untuk sarapan Iwan. Dia tidak tega, subuh tadi, Badrun melihat kondisi Iwan, jalan terseok-seok sambil memegangi dinding rumah, menuju kearah kamar mandi untuk buang air kecil dan ambil air wudhu. Betapa menyesal rasa dihatinya, telah menyakiti fisik lelaki yang usianya diatas dirinya, meski tujuannya untuk menyadarkan Iwan; bahwa apapun yang digerakkan oleh emosi, pasti merugikan diri sendiri.Badrun mengetuk pintu perlahan lalu langsung masuk ke dalam kamar Iwan,"Assalammu'alaikum kang Iwan, ini saya beli bubur ayam buat sarapan akang,""Wa alaikum salam... Gak usah ngerepotin kang.." "Gak apa-apa.. supaya kang Iwan lekas sembuh, dan bisa cepat kembali ke Jakarta,""Insya Allah.. besok pagi saya
Dr Permana merasa kecewa, dan iba menjadi satu. Selalu saja ada orang yang memanfaatkan kesempatan didalam kesempitan orang lainnya. Padahal, tanpa diminta pun dia akan memberi imbalan sebagai tanda terima kasih. Hampir setiap orang tentu tidak akan suka terhadap sikap hidup orang yang seolah rela mau membantu kesulitannya namun tujuannya hanya menipu, atau mencari keuntungan untuk sesaat saja. "Gimana?" tanya Dewi, sambil melirik ke arah handphone calon suaminya itu."Belum ada berita orang yang menemukannya Wi... sabar yaa.."Dr Permana lalu menutup kembali laman di handphonenya, Dewi menyenderkan kepalanya ke bahu Dr Permana. Dewi butuh kekuatan, dorongan perasaan sedih kehilangan putri satu-satunya, untuk yang kedua kalinya, justru muncul disaat hari-hari penuh ketenangan baginya."Aku yakin.. kita pasti bisa menemukan Tia, percaya sama aku ya Wi" kata Dr Permana.Kehadiran Dr Permana telah mengobati luka hatinya, atas perilaku Iwan terhadap dirinya, akan tetapi, pada satu sisi
Tubuh Iwan semakin limbung, dia tak sanggup menahan kesadarannya karena darah yang mengucur dari hidung dan mulutnya, sampai akhirnya jatuh diatas pasir pantai, pingsan.Ki Jupri semakin dekat dengan posisi Badrun dan Iwan, melihat kehadiran ki Jupri, Badrun memberi hormat sebagaimana layaknya seorang murid kepada gurunya, menangkupkan kedua telapak tangan ke dada sambil menundukkan kepalanya."Ki.. mohon maaf""Ada apa den..?""Salah paham ki.. aki kan tahu siapa saya,""Ya udah, nanti ceritanya.. ini bawa ke rumah den Badrun dulu.. Jang angkat tuh den Iwan ke motor, " pinta aki Jupri pada para nelayan.Beberapa nelayan yang sejak tadi hanya menonton perkelahian tersebut, langsung menghampiri ki Jupri."den, aki beli rempah obatnya dulu,""Iya ki.."Badrun lalu mengangkat motornya yang masih tergeletak di atas pasir, nelayan mengangkat tubuh Iwan dan membonceng di motor Badrun untuk menahan tubuh Iwan.**Di rumah bu haji Romlah~Iwan diobati oleh ki JUpri dengan baluran rempah-rempah
Pagi hari itu Iwan baru saja tiba di rumah bu haji Romlah, dia masuk ke kamar karena pintunya tidak terkunci, tapi Dini tidak ada di dalam kamar. Iwan lalu mencarinya ke halaman belakang rumah. Disitulah Iwan shock, di depan matanya melihat Dini dipeluk oleh Badrun. Hatinya sangat kecewa, kesal, dadanya terasa sesak, bermacam rasa sakit hati muncul seketika itu juga. Iwan yang masih menyeret paksa tubuh Dini, masuk ke dalam kamar, dia langsung mendorong tubuh Dini sampai tersungkur diatas kasur. Iwan berusaha menekan gejolak emosinya, rasanya ingin mencekik wanita itu sampai berhenti nafasnya, akan tetapi akal sehatnya masih menahan dirinya.Dini tak kuasa menahan tangisnya, ia sesegukan sambil bangkit duduk dan menutupi wajahnya, ketakutan. "Dasar perempuan murahan.. maunya apa lagi sih.,?! aku tuh kerja banting tulang buat merubah hidup kamu, aku pingin angkat derajat kamu sebagai perempuan yang baik, terhormat, tapi kamu sendiri yang merusaknya, apa kamu mau tidur di jalanan lagi
”Maming dan pegawai yang lain cuti juga bang?” tanya Iwan.”Gak lah Wan.. Kata anak gue temen-temennya pada mau nyanyi sambil main gitar,ada juga yang bisa ngelawak one man show alias komika. Ga tau lah.. biar aja mereka bikin acara bebas sama temen-temennya, makanya gue ngerasa gak enak kalo ada lu.. paham Wan,?””Iya bang,”Iwan menatap lekat wajah bang Andy, sungguh semakin terlihat jelas bahwa sikap dari keputusan bang Andy membuat Iwan merasa ada jarak diantara mereka. Bukan sepenuhnya tulus dari rasa kekeluargaan yang muncul dari hati bang Andy, walaupun hal itu merupakan gaya seorang pemimpin yang bijak, tapi bagi Iwan, dia merasa seolah-olah rendah dimata bang Andy. Dia merasa hanyalah karyawan biasa saja, jika sewaktu-waktu tidak dibutuhkan, maka akan ditendang. Ucap batin Iwan.”Ada apa Wan.. sepertinya ada yang lu pikirin,””Iya bang.. “ Iwan bingung. Sesaat terdiam.Dia tak siap hendak menjawabnya, tapi tiba-tiba terbersit sesuatu untuk meminjam uang ke bang Andy.”Gak apa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.