Share

BAB 48

last update Last Updated: 2025-05-08 15:45:40

ELENA POV

Selepas pulang dari makan bersama dengan Ren, ia melanjutkan dengan berbelanja kebutuhan pribadinya. Sesampainya di rumah, Elena meletakkan tas belanjaannya di meja dapur, lalu melepaskan mantelnya dengan gerakan malas. Malam di Ottawa terasa sejuk, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang terasa lebih hangat—mungkin karena percakapannya dengan Ren tadi.

Ia membuka salah satu kantong belanjaan dan mengeluarkan sebotol parfum yang baru saja ia beli di toko milik Ren. Bukan sesuatu yang mahal atau rumit, hanya wewangian sederhana dengan aroma citrus dan kayu ringan, ia memilih yang ini karena aromanya sedikit mendekati dengan konsep yang ia bicarakan dengan Ren.

Elena menyemprotkan sedikit ke pergelangan tangannya, lalu menghirupnya perlahan. Aroma segar bercampur dengan sesuatu yang lebih dalam, sedikit nostalgia, sedikit kerinduan. Ia tidak tahu kenapa, tapi ada sesuatu tentang aroma ini yang mengingatkannya pada sesuatu yang belum bisa ia rangkai dengan jelas.

Ia ber
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 1

    Malam terasa menusuk dengan dinginnya, tapi tidak bagi dua insan yang kini tengah terperangkap dalam kehangatan penuh gairah di dalam sebuah ruangan yang didominasi warna putih. Dinding putih, sprei kasur putih, hingga perabotan yang semuanya bewarna seragam menciptakan nuansa steril yang justru kontras dengan panas yang mulai membakar di antara mereka. Di atas ranjang, tubuh mereka saling melekat erat, napas memburu, dan kulit yang semakin lembab oleh keringat. Aroma hasrat memenuhi udara. Jari-jari mencengkeram erat, tubuh bergetar dalam irama yang semakin menggila. “Ahh...” erangan panjang meluncur dari bibir Elena Hadley, tubuhnya melengkung, dan matanya setengah terbuka dengan pandangan kabur oleh kenikmatan yang tak tertahankan. Pria di bawahnya, yang bertubuh kokoh selayaknya mahakarya pahatan patung yang sempurna, bergerak tanpa ampun. Ketebalan dan panjang penisnya yang luar biasa memenuhi dirinya dengan cara yang begitu menyesakkan, mendominasi ruang sempitnya dengan pa

    Last Updated : 2025-03-24
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 2

    Flashback, lima bulan yang lalu. Musim dingin. Ottawa, Kanada Elena Hadley duduk tegak di kursinya. Tangannya dengan lembut menggenggam sebuah botol kecil berisi cairan bening yang memancarkan aroma segar dan elegan. Wajahnya memancarkan ketenangan dan keyakinan saat ia menatap Mrs. Davis, seorang wanita dengan penampilan anggun dan profesional, yang duduk di seberangnya. “Terima kasih atas kepercayaan Anda terhadap perusahaan kami, Mrs. Davis. Saya berjanji akan mengolah bibit parfum ini menjadi sesuatu yang tidak hanya mewah, tetapi juga menyegarkan dan memiliki ciri khas tersendiri bagi para konsumen,” ucap Elena dengan tulus, suaranya penuh keyakinan. Mrs. Davis tersenyum tipis, menyilangkan jemarinya di atas meja sambil mengangguk pelan. “Saya pun menantikan hasil akhirnya, Miss Hadley. Saya sangat yakin bahwa bibit parfum dari perusahaan kami memiliki keunggulan dan nilai eksklusif yang tak tertandingi,” jawabnya dengan nada percaya diri. Sejenak, suasana di dalam ruang

    Last Updated : 2025-03-24
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 3

    Udara pagi di Ottawa terasa segar, dingin, dan penuh semangat. Cahaya matahari musim dingin yang samar memantul di atas salju yang menutupi trotoar, menciptakan suasana yang hampir magis. Di dalam kamar hotelnya, Elena telah bersiap-siap untuk menikmati hari yang sudah lama ingin ia rasakan kembali—hari tanpa pekerjaan, tanpa tekanan, hanya dirinya sendiri dan kesenangan sederhana menikmati festival musim dingin terbesar di kota ini, Winterlude.Ia melilitkan syal hangat di lehernya, memastikan jaket tebalnya telah menutup tubuhnya dengan sempurna. Rambut merahnya sengaja ia biarkan terurai agar lehernya tetap hangat, sementara topi dan penutup telinga menambah perlindungan dari angin dingin yang berembus. Sepasang sarung tangan tebal ia kenakan sebelum mengambil tas kecilnya dan memeriksa bahwa semua yang ia butuhkan sudah dibawa."Oke, ini sudah cukup hangat. Karena aku akan berada di luar seharian, jadi lebih baik tidak kedinginan," gumamnya sambil memeriksa dirinya sekali lagi.

    Last Updated : 2025-03-24
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 4

    Elena terbangun dengan tubuh yang terasa pegal dan nyeri di hampir setiap sendinya. Ia mengerang pelan, mencoba menggerakkan bahunya yang kaku akibat berjalan terlalu lama di udara dingin semalam. “Lelahnya… kenapa aku bisa se-nekat itu untuk mengejarnya,” gumamnya sambil mengelus tengkuknya yang tegang. Setelah berjam-jam mengitari daerah Rideau Canal demi mencari pria misterius beraroma musim panas itu, ia akhirnya harus menerima kenyataan bahwa usahanya sia-sia. Pria itu tetap tidak ditemukan. Dengan berat hati, Elena duduk di tepi ranjang, menekan pelipisnya yang sedikit berdenyut. Dingin yang menusuk semalam tampaknya juga meninggalkan efek menggigil pada tubuhnya. Ia melirik jam di meja samping tempat tidur—pukul 06:30 pagi. Masih terlalu pagi untuk seseorang yang baru saja mengalami pencarian panjang yang tak membuahkan hasil. Namun, hari ini ia tidak bisa berlama-lama berbaring. “Ayo bangun, Elena! Kamu bukan liburan di sini!” ucapnya pada diri sendiri sambil menar

    Last Updated : 2025-03-24
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 5

    Elena masih terpaku di depan lukisan itu, matanya menelusuri setiap detail sapuan kuas yang begitu halus, menciptakan ilusi tekstur kelopak lavender yang seakan-akan bisa ia sentuh. Aroma yang menguar dari kanvas semakin membuatnya tenggelam dalam suasana, membangkitkan kenangan yang selama ini terkubur di sudut pikirannya. Ia menoleh ke arah Mr. Daniel, yang masih mengamatinya dengan ekspresi penuh kepuasan. “Teknologi seperti apa yang memungkinkan untuk membuat lukisan bisa seperti ini?” tanyanya, suaranya penuh kekaguman sekaligus rasa ingin tahu. Mr. Daniel menyilangkan tangannya di depan dada. “Mr. Rain—pelukis gambar ini, mengembangkan teknik mikroenkapsulasi aroma yang dapat dilepaskan saat ada perubahan suhu atau ketika seseorang bergerak mendekat. Partikel wewangian ini ditanamkan ke dalam pigmen cat khusus yang digunakan oleh para seniman. Hasilnya, lukisan ini tidak hanya berbicara melalui warna dan bentuk, tetapi juga melalui aroma yang membangkitkan emosi dan ingata

    Last Updated : 2025-03-25
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 6

    Paris, Perancis. Elena keluar dari pintu kedatangan bandara dengan langkah mantap, menghela napas panjang saat udara kota menyambutnya. Matanya langsung menangkap sosok Shannon yang melambaikan tangan dengan semangat.“El!” suara Shannon terdengar nyaring di tengah keramaian.Elena tersenyum lebar dan mempercepat langkahnya. Mereka berdua langsung berpelukan erat seperti dua sahabat yang sudah lama tidak bertemu.“Bagaimana dengan Sean? Apa tidak masalah kau meninggalkannya seperti ini?” tanya Elena setelah melepaskan pelukan, matanya penuh rasa ingin tahu.Shannon mengangkat bahu santai. “Ibuku yang merawatnya, jadi semuanya aman. Sekarang, ceritakan padaku! Bagaimana perjalanan bisnismu? Apa kau menikmati festivalnya?”Elena mengangguk. “Sangat menyenangkan. Yah, meskipun ada sesuatu yang kucari, tapi...” ia menggantungkan kalimatnya, matanya menerawang sejenak.Shannon mempersempit matanya curiga. “Tunggu... sesuatu yang kau cari? Maksudmu...kau mencari seorang pria?”Elena

    Last Updated : 2025-04-17
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 7

    Elena membuka matanya perlahan. Pandangannya sedikit kabur, dan pikirannya masih dalam kabut antara tidur dan sadar. Namun, satu hal yang segera ia sadari—ini bukan kamarnya. Matanya menyapu ruangan yang di dominasi warna putih dengan hati-hati, memerhatikan setiap detail. Cahaya temaram dari lampu meja berlapis kuningan memantulkan kilauan lembut di atas permukaan meja rias mahoni yang mengilap. Cermin besar dengan ukiran halus di bingkainya menangkap bayangan kain putih yang menjuntai dari tempat tidur berkanopi, mengayun perlahan oleh hembusan angin malam yang menyelinap dari jendela berteralis besi. Lantai kayu parket yang tersusun rapi mencerminkan bias hangat dari lampu gantung kristal yang tergantung di langit-langit tinggi. Dinding ruangan dihiasi lukisan-lukisan berbingkai emas, sementara di meja kecil samping ranjang, beberapa buku berbahasa asing tergeletak seolah baru saja digunakan. Di luar jendela, langit malam terbentang pekat, bertabur bintang-bintang yang b

    Last Updated : 2025-04-17
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 8

    Sesampainya di kantor, Elena berjalan dengan gontai menuju lift. Langkahnya terasa berat, matanya masih terasa panas karena kurang tidur. Ia mengusap lehernya yang sedikit kaku, berusaha mengusir kantuk yang masih tersisa.Di depan lift, ia melihat Shannon berdiri dengan kedua tangan sibuk memainkan ponselnya. Saat Elena semakin dekat, Shannon mengangkat wajahnya dan langsung mengerutkan kening.“El, kau baik-baik saja?” tanyanya dengan nada khawatir.Elena menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Hanya jetlag. Aku tidak bisa tidur nyenyak semalam.”Shannon menatapnya dengan mata menyipit. “Kau harusnya ambil cuti satu hari. Lihatlah wajahmu, lingkar matamu tebal seperti panda.”Elena terkekeh kecil, meskipun lelah, ia masih bisa menghargai usaha Shannon untuk membuatnya tertawa. “Aku baik-baik saja. Aku harus menyelesaikan pekerjaan yang tertinggal.”“Tapi bukankah Mr. Caiden sudah menyelesaikannya?”Ia menoleh ke Shannon dengan ekspresi terkejut. “Apa? Mr. Caiden telah me

    Last Updated : 2025-04-18

Latest chapter

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 48

    ELENA POV Selepas pulang dari makan bersama dengan Ren, ia melanjutkan dengan berbelanja kebutuhan pribadinya. Sesampainya di rumah, Elena meletakkan tas belanjaannya di meja dapur, lalu melepaskan mantelnya dengan gerakan malas. Malam di Ottawa terasa sejuk, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang terasa lebih hangat—mungkin karena percakapannya dengan Ren tadi. Ia membuka salah satu kantong belanjaan dan mengeluarkan sebotol parfum yang baru saja ia beli di toko milik Ren. Bukan sesuatu yang mahal atau rumit, hanya wewangian sederhana dengan aroma citrus dan kayu ringan, ia memilih yang ini karena aromanya sedikit mendekati dengan konsep yang ia bicarakan dengan Ren. Elena menyemprotkan sedikit ke pergelangan tangannya, lalu menghirupnya perlahan. Aroma segar bercampur dengan sesuatu yang lebih dalam, sedikit nostalgia, sedikit kerinduan. Ia tidak tahu kenapa, tapi ada sesuatu tentang aroma ini yang mengingatkannya pada sesuatu yang belum bisa ia rangkai dengan jelas. Ia ber

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 47

    REN POV Ren terus memotong steaknya sambil mendengarkan perkataan Elena. Nada suaranya terdengar serius, namun juga menyiratkan ketertarikan yang mendalam. Ia bisa melihat bagaimana mata perempuan itu sedikit berbinar ketika berbicara tentang parfum dan konsep musim panas yang sedang dikembangkannya. Menarik. Ren meletakkan pisaunya dengan perlahan, kemudian menyandarkan punggung ke kursi. "Aroma yang kita bahas tadi?" ulangnya, memastikan ia tidak salah dengar. "Jadi, kau ingin menjadikannya sebagai referensi utama untuk proyek parfummu?" Elena mengangguk mantap. "Ya, aku ingin menciptakan parfum edisi musim panas yang memiliki aroma yang mampu menangkap esensi kebebasan dan petualangan, sesuatu yang segar namun tetap elegan.” Ren menyipitkan mata sedikit, seolah membayangkan wangi yang Elena maksud. “Kebebasan dan petualangan…” gumamnya. “Itu bisa berarti banyak hal. Laut, udara pegunungan, atau bahkan aroma jalanan kota di sore hari setelah hujan.” Elena tersenyum tipis

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 46

    ELENA POV Elena menelan kembali kata-katanya, merasa ragu untuk melanjutkan. Sebenarnya, ada begitu banyak hal yang ingin ia katakan, begitu banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya—terutama tentang aroma wewangian yang baru saja mereka bahas. Namun, sesuatu menahannya. Apakah itu rasa takut? Ataukah hanya kebingungan yang terlalu mendalam? Tangannya secara refleks menggenggam pisau dan garpu di hadapannya, mencoba mencari ketenangan dalam dinginnya dari pegangan besi garpu dan pisau yang merambat ke ujung jari-jarinya. Ia sangat ingin menanyakan sesuatu yang selama ini mengusiknya—tentang mimpinya. Tentang bagaimana setiap kali ia tertidur, fragmen-fragmen aneh selalu muncul dalam benaknya, membawanya ke tempat-tempat yang terasa familiar tetapi tidak bisa ia ingat kapan atau di mana pernah mengalaminya. Karena aroma parfum yang tadi ia cium adalah menjadi pemicu awal mulai semuanya. Elena terus mengiris potongan daging steaknya, supaya lebih mudah untuk dimakan. “Ah, b

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 45

    REN POV Sesuai dengan dugaannya, wanita yang kini berdiri di hadapannya ternyata benar-benar sosok yang selama ini muncul dalam mimpi-mimpinya. Ia semakin yakin setelah melihat adanya titik tahi lalat kecil di belakang leher wanita itu, yang persis seperti yang selalu ia bayangkan. Pengakuannya tentang tanda lahir di pinggang kanannya pun semakin memperkuat keyakinannya bahwa semua ciri-ciri fisik yang ada pada wanita itu benar-benar sesuai dengan gambaran yang selama ini menghantui pikirannya di alam bawah sadar. Ren merasakan detak jantungnya semakin cepat, seolah tubuhnya bereaksi sebelum pikirannya sempat memproses semuanya dengan logis. Perasaan yang aneh, campuran antara kelegaan, kebingungan, dan sesuatu yang sulit ia definisikan, mengalir dalam dirinya. Bagaimana mungkin seseorang yang hanya ia kenal dalam mimpi kini benar-benar berdiri di hadapannya? Apakah ini kebetulan semata, atau ada sesuatu yang lebih besar yang menghubungkan mereka? Matanya terpaku pada wanita itu

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 44

    Pegawai toko itu tersenyum ramah, menunggu Elena mengutarakan maksud kedatangannya. Dengan cepat, ia mengingat kembali alasan utamanya berada di sini—mengirimkan proposal dari Shannon. Namun, rasa penasarannya terhadap aroma yang begitu familiar masih mengganggu pikirannya. “Ah, maaf,” Elena akhirnya berbicara setelah menarik napas pelan. “Sebenarnya, saya ke sini untuk mengantarkan sesuatu.” Ia membuka tasnya dan mengeluarkan proposal yang telah dipersiapkannya sejak pagi. Pria muda itu mengernyitkan dahi sebentar sebelum menerima dokumen tersebut. “Oh, ini untuk siapa, ya?” tanyanya sambil melirik sampul proposal itu. Elena tersenyum kecil. “Untuk, Mr. Rain? Apa benar alamatnya berada di sini?” Pegawai itu mengangguk paham. “Ah, benar. Karena alasan privasi. Saya yang akan menyampaikan ini.” Elena mengangguk, “Tolong sampaikan juga, segera menghubungi nomor yang tertera, atau balas melalui e-mail.” “Baik, akan saya sampaikan.” “Terima kasih.” Sebelum pergi, Elena yang

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 43

    Keesokan harinya, Elena masuk ke dalam mobil dengan perasaan cukup bersemangat. Hari ini, ia memiliki beberapa agenda penting yang harus diselesaikan. Pertama, ia harus mengirimkan proposal dari Shannon, sebuah tugas yang membutuhkan ketelitian karena menyangkut proyek yang sedang mereka kerjakan. Setelah itu, ia berencana untuk mampir ke supermarket guna berbelanja berbagai kebutuhan sehari-hari, memastikan bahwa persediaan di rumahnya cukup untuk beberapa minggu ke depan. Di balik semua aktivitasnya, Elena juga berusaha untuk semakin beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ia ingin membiasakan diri dengan ritme kehidupan di kota ini, mulai dari memahami rute jalan hingga mengenali tempat-tempat yang akan sering ia kunjungi. Meskipun hanya akan tinggal di sini selama sebulan, ia ingin memastikan bahwa hari-harinya berjalan dengan nyaman dan efisien. Ia mencari alamat di navigasi. “Oh! Ini berada di dekat sini?” Elena tidak menyangka bahwa alamat yang di berikan oleh Shannon te

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 42

    Elena yang telah mengumpulkan keberanian sejak semalam, kini berdiri di depan cermin, memastikan bahwa dirinya terlihat rapi dan siap untuk menjalankan niatnya. Setelah melalui perjalanan panjang dan adaptasi dengan lingkungan barunya, ia merasa sudah saatnya untuk memperkenalkan diri kepada tetangganya. Baginya, ini bukan sekadar formalitas—ia ingin membangun hubungan yang baik, meski hanya akan tinggal di tempat ini selama sebulan. Dengan tekad yang mantap, ia meraih bingkisan yang telah ia persiapkan sejak kemarin. Botol wine berkelas yang ia bawa langsung dari Paris menjadi pilihannya sebagai hadiah kecil. Bukan hanya karena kualitasnya yang istimewa, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan dan keramahan. Ia berharap tetangganya akan menghargainya. Langkahnya mantap saat ia berjalan keluar rumah, udara pagi yang sejuk menyambutnya. Dengan napas yang diatur agar tetap tenang, ia mendekati pintu rumah tetangganya, lalu mengulurkan tangan untuk menekan bel. Sejenak, ia berdiri m

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 41

    Ren memarkirkan mobilnya dengan hati-hati di depan rumah, matanya tanpa sadar melirik ke arah rumah di sebelahnya. Lampu-lampu di dalamnya menyala terang, menerangi hampir setiap sudut rumah, menciptakan kesan bahwa penghuninya tengah sibuk dengan sesuatu. Ia langsung teringat pada perkataan Rose kemarin tentang adanya tamu yang akan datang, atau lebih tepatnya—tetangga baru. Dengan cepat, ia menyelesaikan proses parkir, memastikan mobilnya berada di posisi yang benar sebelum mematikan mesin. Dalam hati, ia hanya bisa berharap bahwa orang yang akan tinggal di sana bukan tipe yang terlalu ramah atau suka berbasa-basi secara berlebihan. Ia tidak ingin terlibat dalam percakapan panjang yang melelahkan, terutama dengan seseorang yang baru saja pindah ke lingkungan ini. Tanpa membuang waktu, Ren keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu rumahnya dengan langkah cepat. Sejak kemarin, setelah mendengar informasi dari Rose bahwa ia akan segera memiliki tetangga baru, ia memilih untuk me

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 40

    Lima bulan yang lalu, Ren mulai memimpikan sosok seorang wanita berambut merah yang selalu muncul dalam tidurnya, seorang wanita dengan aroma bunga lavender yang lembut namun memabukkan, seakan-akan wangi itu sengaja diciptakan hanya untuknya, menguar dari setiap helai rambut dan kulitnya yang tampak halus bagai sutra, sementara pakaian tidurnya yang tipis membalut tubuhnya dengan sempurna, memperlihatkan lekuk-lekuk menggoda yang seolah menantangnya untuk mendekat, untuk menyentuh, untuk tenggelam lebih dalam dalam godaan yang ia sendiri tak mampu tolak, membuatnya terjebak dalam pusaran hasrat dan misteri yang semakin lama semakin sulit ia bedakan antara kenyataan dan mimpi. Ren mulai menyadari bahwa wanita itu menunjukkan interaksi yang tidak seperti biasanya, sesuatu yang berbeda dari kebiasaan yang selama ini terjadi dalam mimpinya. Biasanya, begitu ia terbangun di dalam alam bawah sadarnya, wanita berambut merah itu akan langsung menggodanya tanpa banyak kata, menjeratnya dala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status