Aroma Dalam Mimpi

Aroma Dalam Mimpi

last updateLast Updated : 2025-05-21
By:  Cherry WhisperUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
6 ratings. 6 reviews
66Chapters
878views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Saat perjalanan bisnis ke Kanada, Elena Hadley memutuskan untuk menghabiskan waktu luangnya dengan mengunjungi Festival Winterlude Kanada. Di tengah lautan warna putih salju dan keramaian pengunjung, ia tak sengaja bertabrakan dengan seorang pria asing yang memiliki aroma segar bagai musim panas di tengah dinginnya musim dingin. Sekilas, pertemuan itu tampak biasa. Namun, aroma pria itu begitu segar, maskulin, dan menggoda, seakan menempel dalam ingatannya. Selepas kembali dari Kanada, sesuatu yang aneh terjadi— setiap malam Elena mulai bermimpi tentang pria itu, mimpi-mimpi yang begitu nyata dan penuh gairah. Semakin hari, mimpi-mimpi tersebut semakin intens, membuatnya terjebak dalam batas tipis antara fantasi dan kenyataan. Siapa pria itu? Apakah ini hanya kebetulan, atau ada sesuatu yang lebih besar yang mengikat mereka berdua?

View More

Chapter 1

BAB 1

Malam terasa menusuk dengan dinginnya, tapi tidak bagi dua insan yang kini tengah terperangkap dalam kehangatan penuh gairah di dalam sebuah ruangan yang didominasi warna putih. Dinding putih, sprei kasur putih, hingga perabotan yang semuanya bewarna seragam menciptakan nuansa steril yang justru kontras dengan panas yang mulai membakar di antara mereka.

Di atas ranjang, tubuh mereka saling melekat erat, napas memburu, dan kulit yang semakin lembab oleh keringat. Aroma hasrat memenuhi udara. Jari-jari mencengkeram erat, tubuh bergetar dalam irama yang semakin menggila.

“Ahh...” erangan panjang meluncur dari bibir Elena Hadley, tubuhnya melengkung, dan matanya setengah terbuka dengan pandangan kabur oleh kenikmatan yang tak tertahankan.

Pria di bawahnya, yang bertubuh kokoh selayaknya mahakarya pahatan patung yang sempurna, bergerak tanpa ampun. Ketebalan dan panjang penisnya yang luar biasa memenuhi dirinya dengan cara yang begitu menyesakkan, mendominasi ruang sempitnya dengan paksa namun memberi sensasi yang membuat tubuhnya ketagihan. Gerakan itu tidak terburu-buru, tapi dalam, keras, dan penuh kendali, membuat setiap dorongan terasa sampai ke dasar perutnya.

Saat kepala penisnya berhenti di pintu masuk vaginanya, Elena menggigit bibir, jari-jarinya mencakar dada pria itu. Tapi sebelum sempat bernapas lega, pria itu kembali menusukkan dirinya dengan dalam, hingga membuatnya menjerit tertahan.

“A-Ah! Lebih lambat, ugh...kau terlalu besar...!” keluhnya, tapi tangannya justru semakin erat menggenggam lengan kekar pria itu.

Tak ada belas kasihan. Ritme itu terus menghantamnya tanpa henti, menciptakan suara basah yang menggema di ruangan yang sunyi.

Plak! Plak! Plak!

Tubuh Elena bergetar keras, kepalanya menengadah, dan bibirnya menganga saat sensasi membuncah dari dalam dirinya. Panas yang menekan dinding vaginanya semakin gila, setiap gesekan mempercepat ledakan yang menggerogoti kesadarannya.

“Aah... ya... lebih dalam...!”

Wajahnya memerah, tubuhnya terasa seolah terbakar, dan kakinya yang sebelumnya gemetar kini mencengkeram erat tubuh pria itu, seakan ingin menahannya lebih lama di dalam. Puncak itu datang deras, menyapu dirinya dalam gelombang kenikmatan yang membutakan.

Tubuhnya terkulai lemas, tapi kehangatan di dalamnya masih terasa kokoh. Bahkan setelah ia klimaks berkali-kali, pria itu tetap belum menunjukkan tanda-tanda menyerah.

Tangan besar itu meraih wajahnya, lalu bibirnya dilumat dalam ciuman yang liar dan panas. Lidah pria itu menyerbu ke dalam mulutnya, menari di langit-langitnya, menciptakan hisapan yang membuatnya kembali kehilangan kendali.

Alih-alih menjauh untuk mengambil napas, Elena malah semakin menenggelamkan dirinya dalam ciuman itu, tangannya mencengkeram rambut pria itu dan menariknya lebih dekat. Kulitnya yang basah oleh keringat terasa licin di bawah sentuhan jemari pria itu, disertai aroma maskulinitas dari pria itu semerbak memasuki indra penciumannya. Aroma hijau yang segar, ringan dan sedikit tajam, mengingatkannya akan aroma udara pagi di pegunungan atau taman setelah hujan—

Bip! Bip! Bip!

Elena mematikan jam beker tersebut, ia menghela napas panjang, duduk di tepi ranjang sambil meremas pelipisnya yang terasa berdenyut. Keringat dingin masih melekat di kulitnya, dan seperti sebelumnya, bagian bawahnya terasa lembab—sebuah bukti bahwa mimpi itu bukan sekadar ilusi biasa.

Matanya melirik jam di meja nakas. 06.30 pagi. Tidur semalaman pun tetap tidak bisa mengusir rasa lelah yang terus menumpuk.

Elena mengusap wajahnya yang masih terasa panas, jantungnya berdetak cepat seakan tubuhnya masih mengingat setiap sensasi yang ia alami dalam mimpinya. Tangannya turun ke leher, lalu ke dadanya yang naik-turun dengan napas memburu. Aroma segar seperti dedaunan itu yang selalu tertinggal setelah mimpi masih terasa di hidungnya—aroma maskulin yang asing, namun entah bagaimana, terasa begitu akrab.

“Brengsek...” gumamnya, menjatuhkan diri kembali ke tempat tidur.

Ia memejamkan mata, mencoba mengingat detail wajah pria itu, tapi seperti biasa, setelah bangun dari mimpinya sosok wajah pria itu menjadi buram dalam ingatannya. Hanya bentuk bibir dan tubuhnya yang kokoh, suaranya yang dalam, sentuhannya yang begitu nyata yang selalu tersisa dalam ingatannya dan aroma jejak yang pria itu tinggalkan.

Elena menghela napas panjang. Selama lima bulan, mimpi ini terus menghantuinya. Setiap malam, tubuhnya terperangkap dalam kehangatan pria itu, tenggelam dalam gelombang gairah yang menguasai seluruh dirinya. Dan setiap pagi, ia terbangun dengan tubuh berkeringat, paha bergetar, serta rasa frustrasi yang semakin menumpuk.

Seluruh rangkaian kejadian aneh yang terus-menerus menghantuinya, mulai dari mimpi-mimpi yang begitu nyata dan menggoda hingga perasaan frustrasi yang semakin menumpuk setiap kali ia terbangun, semuanya mulai terjadi tepat setelah kepulangannya dari Kanada lima bulan yang lalu, seolah ada sesuatu yang tertinggal di sana, sesuatu yang masih berusaha menghubungkan dirinya dengan sesuatu yang belum sepenuhnya ia pahami.

Semua itu berawal saat ia bertabrakan dengan seorang pria asing di tengah festival musim dingin di Ottawa. Bukan wajah pria itu yang membekas, tapi aromanya—hangat, segar, dan maskulin, seperti sinar matahari yang menyinari padang rumput di musim panas.

Aroma itu terus menghantuinya. Hadir dalam mimpi, terbayang dalam ingatan, dan tak mau hilang. Padahal ia bahkan tak tahu siapa pria itu.

Lima bulan telah berlalu, tapi kesan itu justru semakin kuat.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
angellou2304
Hot sekali...
2025-05-19 16:21:25
0
user avatar
Seraphine
HOT BANGEET THOOR....
2025-04-26 23:44:16
1
user avatar
yuyura
Love it, semangat ya
2025-04-26 16:30:04
1
user avatar
daisysy
semangat kak cherry! gk sbar ama bab selanjutnya
2025-04-26 13:05:56
2
user avatar
daisysy
seru novelnya, masih menebak2 siapa pria dalam mimpinya itu, penasaran bgt sumpah
2025-04-23 09:15:59
1
user avatar
Seraphine
Baguss bangeet ceritanya Thor. Update teruuus yaa. Ditunggu...
2025-04-22 20:41:49
1
66 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status