Share

Asisten Pribadi Bos Theo

Author: Althafunnisa
last update Last Updated: 2023-05-10 10:30:38

"Kenapa? Kamu keberatan? Suka-suka saya dong," sahut Theo santai.

"Tapi, Pak. Saya tidak pernah berbuat ulah di kantor. Pekerjaan saya juga bagus. Atasan saya saja bilang saya bersih benget membersihkan toilet," sahut Kirani membela diri.

"Karena kamu suka melamun!"

Kirani terdiam. Ia mengutuk dirinya sendiri yang sempat terpesona pada ketampanan Theo yang membuat dia melamun dan tidak mendengar pertanyaan Theo. Alhasil ia dipecat dari pekerjaan yang sangat ia butuhkan.

"Maaf, Pak. Tapi saya mohon beri saya kesempatan sekali lagi. Saya butuh uang untuk biaya pengobatan anak saya, Pak." Kirani memohon pada Theo dengan menangkupkan kedua tangan di dada.

Theo menatap Kirani lekat-lekat. Ia merasa kasihan melihat perempuan yang saat ini berada di hadapannya. Perempuan muda yang harus menjadi janda dan mengurus anak seorang diri.

"Justru saya memanggilmu ke sini untuk membicarakan pekerjaanmu selanjutnya," sahut Theo.

"Maksud Bapak apa?"

"Saya memang memecatmu sebagai office girl, tapi saya memindahkanmu ke posisi yang lebih baik," ujar Theo. "Kedepannya saya memang membutuhkan asisten pribadi yang bisa mengurus segala kebutuhan saya dan menerjemahkan bahasa dari beberapa klien dari luar negeri. Apa kamu masih tertarik menjadi asisten pribadi saya?"

Kirani tercengang mendengar ucapan Theo. Ia tidak menyangka jika pekerjaan yang diidamkannya akhirnya ada di depan mata.

"Masih, Pak. Masih sangat tertarik."

"Bagus. Silakan baca dan pahami tugas kamu di dalam map ini. Tanyakan jika ada yang kamu tidak mengerti." Theo memberikan sebuah map pada Kirani.

Dengan cepat, Kirani mengambil map itu dan membaca isinya. Namun, ia terbelalak ketika membaca tugas yang harus dia emban. 

"Membangunkan Bapak selama hari kerja?" Kirani menatap Theo yang langsung disambut anggukan oleh lelaki itu. "Bagaimana caranya?"

"Tentu saja kamu harus datang ke apartemen saya setiap pagi. Kamu akan dijemput oleh sopir Pribadi saya."

"Errrr ... membangunkan maksudnya bagaimana?" Kirani menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia gerogi membayangkan akan masuk ke apartemen Theo.

"Terserah kamu bagaimana caranya membangunkan saya." Theo mendekati Kirani dengan senyum menggoda. "Dikasih ciuman juga nggak apa-apa," bisiknya tepat di telinga Kirani. "Jangan lupa siapkan sarapan pagi untuk saya juga. Terserah mau beli makanan di luar atau masak sendiri."

Kirani menelan ludah. Ia tidak bisa membayangkan entah bagaimana nanti hidupnya jika melayani kebutuhan Sang bos sejak pagi sampai malam. Apalagi sampai harus mencium bosnya itu untuk membangunkannya. 

"Tampan sih, tapi aku bukan perempuan murahan," lirih Kirani.

"Baca keseluruhan dengan teliti. Aku tidak mau ada perdebatan tentang aturan ini di kemudian hari," ujar Theo seraya duduk di sofa dan terus memperhatikan Kirani.

Kirani membaca semua aturan yang dibuat oleh Theo dan menanyakan semua yang dia tidak pahami.

"Satu lagi. Jangan sampai semua kebutuhan saya terlambat dipenuhi. Jika itu terjadi, maka saya akan memberimu hukuman." Theo berdiri dan mencondongkan tubuhnya sehingga mereka hampir saja beradu dahi.

"Hukumannya apa, Pak?"

"Ciuman."

"Apa?"

"Iya. Telat dua menit, cium kening. Telat tiga menit, cium pipi. Telat empat menit, cium hidung. Dan telat lebih dari lima menit ...." Theo menggantung ucapannya. "Cium bibir."

Kirani menelan ludah. Sungguh konsekuensinya sangat berat jika ia sampai terlambat. Namun Kirani sangat membutuhkan pekerjaan itu. Ia harus memiliki banyak uang untuk biaya pengobatan Kevin yang menderita kanker Lymphoma. Kevin harus sering cek up ke Dokter dan Dokter menyarankan untuk kemoterapi.

Dilema yang dirasakan oleh Kirani. Ia tak mungkin menjadi perempuan murahan yang rela dicium atasan, tapi ia pun tak ingin menjadi ibu yang tak peduli pada anaknya yang sekarat.

"Bagaimana? Kamu bersedia?" Theo menatap Kirani dengan wajah serius.

Kirani membalas tatapan Theo dengan wajah tak kalah serius. "Ehm, boleh saya bernengosiasi?"

"Tidak! Saya membayar gaji kamu sebesar lima puluh juta, jadi tidak ada negosiasi."

"Li—lima puluh juta?"

"Iya. Kenapa?"

Kirani mengulum senyum. Uang lima puluh juta bukanlah uang yang sedikit bagi Kirani. Uang itu bisa ia gunakan untuk membayar biaya pengobatan Kevin. Ia sangat yakin, Kevin pasti bisa sembuh bila ia mengikuti saran dari Dokter dan menebus obat yang diresepkan.

"Jika kamu memang keberatan dengan aturan yang saya buat, maka silakan tinggalkan tempat ini." Theo berkata seraya menunjuk ke pintu keluar.

"Saya bersedia, Pak." Kirani menahan tangan Theo secara refleks. "Maaf, Pak," lirihnya.

"Bagus. Mulai sekarang kamu panggil saya Bos seperti sopir pribadi saya. Mengerti!"

"Siap, Bos." 

"Kemasi barang-barangmu di loker office girl. Setelah itu kembali ke ruangan saya karena kita akan membeli pakaian yang akan kamu pakai selama bekerja." Theo menatap Kirani sambil memindai penampilan perempuan itu.

"Kamu akan semakin cantik jika saya berikan sedikit polesan." Theo berbisik di telinga Kirani sesaat sebelum dia menarik perempuan itu keluar dari ruangannya.

***

"Ambil semua pakaian yang ada di pajangan, lalu pakaikan pada asisten saya!" Theo memberi perintah pada beberapa perempuan yang memakai blazer hitam.

Dua orang perempuan segera membawa beberapa potong pakaian, lalu membawa Kirani masuk ke dalam ruang ganti. 

"Bagaimana, Bos?" 

Theo memindai penampilan Kirani dari ujung kaki Sampai ujung kepala. Kemudian menggeleng sambil kembali fokus pada ponselnya.

Kirani mencoba beberapa lembar pakaian lagi, tapi tak ada satu pun yang sesuai dengan selera Theo.

"Tunggu di sini!" Theo melangkah menuju jejeran pakaian dan meminta Kirani mencobanya.

Kirani mulai gelisah. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Namun dia tak juga pulang ke rumah. Perempuan itu pun mengirimkan pesan kepada ibunya.

Beruntungnya, Theo menyukai deretan baju yang dipakai oleh Kirani sehingga meminta pelayan butik membungkus semua pakaian yang pas dengan Kirani.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju sebuah restoran yang terkenal di kota Jambi. 

"Kamu mau pesan apa?" Theo menyodorkan daftar menu pada Kirani.

"Hmm. Terserah Bos saja." 

Kirani masih gelisah karena chat yang dikirimkan pada ibunya tak kunjung centang dua berwarna biru.

Dikarenakan terlalu sibuk dengan pikirannya, tanpa sengaja Kirani menjatuhkan sendok. Perempuan itu pun segera menunduk untuk memungut sendok yang jatuh.

Namun, ketika Kirani bangkit dari bawah meja, dia kaget mendapati tangan Theo yang menahan sudut meja agar kepalanya tidak terbentur sudut meja. 

"Terima kasih, Bos."

"Untuk?"

"Eeee ... Nggak apa-apa." Kirani malu karena tangan Theo sudah kembali memegang garpu dan memakan steak daging yang ada di hadapannya. "Ternyata Bos perhatian juga," gumamnya di dalam hati.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju apartemen Theo. Kirani masih terus fokus pada ponselnya. Bahkan dia tidak mendengar pertanyaan Theo yang duduk di samping kemudi.

"Kenapa kamu gelisah? Tidak nyaman bersama saya?" Theo menoleh ke bangku belakang. Dimana Kirani terus memantau ponselnya.

"Bukan. Saya hanya kepikiran pada anak saya."

"Saya kan sudah bilang kalau kamu harus fokus bekerja."

"Masalahnya, Ibu dan anak saya belum tahu soal pekerjaan ini."

"Oke. Hari ini kamu boleh gelisah. Tapi besok dan seterusnya ...." Theo merubah posisi bangku menjadi berbaring sehingga ia berada di samping Kirani dan menatap perempuan itu dengan intens. "Kamu harus fokus mengurusi saya."

Jantung Kirani seketika berdebar kencang ketika Theo berbaring tepat di sampingnya. "Siap, Pak," sahut Kirani seraya memasukkan ponselnya ke dalam tas dan menatap lurus ke depan.

"Cium saya." Theo berkata secara tiba-tiba sambil menarik tubuh Kirani agar mendekat padanya.

"Hah?" 

"Anda tidak punya telinga?" 

Kirani merasa kikuk. Ia bingung harus menuruti permintaan Theo atau tidak. Secara permintaan Theo sangatlah gila.

"Cium saya!" Theo kembali memerintah sambil menunjuk pipinya.

"Tapi saya ...." Kirani menggigit bibir bawahnya. Ia tak menyangka jika Theo meminta ciuman. Padahal ia tidak melakukan kesalahan.

"Kamu yang mencium pipi saya atau saya yang merampok bibirmu." Theo tiba-tiba menutup tirai pembatas dengan posisi tubuh semakin mendekati Kirani.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Dian Ibrahim
blom2 udah minta cium siihh pak bozz Theo iniihh... Kirani kan lagi pusing mkirin ank n ibu nya hadeeehhh bozz mesum
goodnovel comment avatar
Dian Ibrahim
gajinya sih lumayan gweedee ya tpi kok syaratnya aneh2 sih bozz Theo ini,ngadi2 bikin peraturan nya...
goodnovel comment avatar
Anisah Cute
blm ap2 bos ud berubah jd mesummm, bru pipi besok minta cium ap lg nie si theo
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Tamat

    "Brengsek kalian berdua!" Tomo menatap penuh kebencian pada Kirani yang tengah digandeng oleh Theo. "Kamu yang brengsek. Hukuman yang pantas untukmu adalah hukum mati karena kamu sudah merusak masa depan Kirani!" Theo tak kalah menatap Tomo dengan penuh kebencian. "Theo. Kamu harus membebaskan aku." Bella yang diringkus oleh polisi pun ikut berteriak di hadapan Theo. "Membebaskanmu? Untuk apa? Kamu juga pantas mendekam di dalam penjara." Bella mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Aku akan segera menghubungi kedua orang tuamu untuk membebaskanku," ujarnya dengan lantang. "Itu tidak akan pernah terjadi. Kami tidak akan pernah membebaskanmu," ujar nyonya Marissa yang tiba-tiba datang bersama suaminya. "Tante, Tante harus membebaskan aku agar aku bisa membantu tante untuk menyingkirkan Kirani." Bella berusaha memberontak agar bisa mendekati nyonya Marissa. "Menyingkirkan Kirani? Kenapa aku harus menyingkirkan Kirani?" Nyonya Marisa menyunggingkan senyumnya."Maksud Tante apa? Bukankah

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Titik terang

    "Itu 'kan mobil daddy? Gimana ini?" Kevin terbelalak ketika melihat mobil Evan sudah terparkir di halaman rumahnya. "Kayaknya iya. Aduh mana ibumu belum pulang." Ibunya Kirani pun ikut cemas karena putrinya belum datang. Mereka berdua kebingungan karena tidak tahu harus berbuat apa. "Sebaiknya kamu hampiri Evan. Nenek akan menghubungi ibumu dan meminta dia pulang sekarang," ujar ibunya Kirani.Kevin terburu-buru menghampiri mobil tersebut membuat Kirani yang berada di dalam mobil itu semakin merasa ketakutan. Ia khawatir jika Kevin tidak bisa menerima kedatangan Theo yang hendak mengutarakan keinginan untuk menikahinya. "Sayang, Ayo kita turun," ujar Theo yang segera turun dari mobil dan membuka pintu mobil untuk Kirani. Dengan berat hati akhirnya Kirani segera turun dari mobil dan bergandengan tangan bersama Theo. "Ibu? Kok Ibu sudah duluan sama Daddy Evan?" Kevin mengerutkan keningnya ketika melihat ibunya yang sedang digandeng oleh Evan. "Daddy Evan? Mana orangnya?" Kirani m

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Tak ingin menikah

    "Ibu mau pergi kerja? Malam-malam begini?" Kevin terkejut ketika melihat Kirani yang sudah bersiap-siap hendak berangkat ke kantor. "Bukannya kamu istirahat dulu selama beberapa hari? Kok malah pergi lagi?" Ibunya Kirani pun menatap heran pada putrinya. "Aku tiba-tiba ada meeting penting, Bu." Kirani menyahut dengan tergesa-gesa. "Inilah makanya Daddy Evan ingin menikahi Ibu. Dia tidak mau Ibu bekerja tanpa kenal waktu seperti ini." Kirani menoleh pada Kevin yang tengah berbicara sambil menatapnya dengan cemas. "Benar sekali, Kirani. Apa sebaiknya kamu tolak saja permintaan dari atasanmu itu? Bilang kamu tidak ikut meeting malam ini. Kamu sudah bekerja dengan sepenuh waktu. Tidak ada salahnya kalau kamu istirahat dulu hari ini." Ibunya Kirani pun mendekati putrinya. "Besok Daddy Evan datang ke sini untuk bicarakan tentang pernikahan. Bagaimana mungkin Ibu mau pergi?" Kevin menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca. "Ibu nggak akan ninggalin Kevin 'kan? Ibu nggak akan kabur dari pe

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Berita mengejutkan

    "Kamu harus menguatkan hati jika suatu saat trauma Kirani kembali kambuh. Kita tidak tahu bagaimana kondisi Kirani selanjutnya. Tapi mudah-mudahan saja dengan perasaan nyaman yang dia rasakan setiap di dekat anda, dia benar-benar tidak ingat lagi pada trauma itu," ujar Dokter Dwi."Nggak masalah, Dokter. Saya bisa mengerti bagaimana keadaan Kirani. Yang pasti saya tidak akan menuruti keinginan saya untuk meminta hak sebagai suami."Theo menyalami Dokter Dwi sebelum kembali ke ruangan Kirani dan membawa kekasihnya itu untuk segera pulang. "Bos." Kirani terkejut ketika melihat Theo yang sudah berada di luar ruangan sambil merentangkan kedua tangannya. Perempuan itu berlari berhambur memeluk Theo dan membenamkan kepalanya di dada bilang sang atasan. "Aku kangen." Theo mengecup kening Kirani dan memeluk perempuan itu dengan erat. Sesekali diciumnya dengan gemas sambil membingkai wajah kekasihnya itu dengan penuh cinta. "Kita pulang ya," bisik Theo pada Kirani seraya melambaikan tangan

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Jalan terbaik

    "Iya. Daddy bersedia menikah dengan ibumu," sahut Theo sambil tersenyum."Bagaimana kalau Ibu tidak mau menikah dengan Daddy?" Kevin mengerjapkan matanya. "Bisa kita atur nanti. Yang penting Kevin bilang sama Ibu kalau Kevin ingin menikahkan Ibu dengan Daddy.""Oke deh." Kevin mengacungkan jari jempolnya. "Horeeee. Akhirnya Kevin punya Ayah," ujarnya lagi sambil berhambur memeluk Theo. Theo segera berpamitan pada ibunya Kirani dan Kevin. Ia berencana mendatangi Wira dan membicarakan masalah perusahaan. Sepanjang perjalanan menuju perusahaannya, Theo tak berhenti memikirkan Kirani yang saat ini masih berada di klinik Dokter Dwi. Betapa ia ingin menghubungi sang dokter dan menanyakan bagaimana keadaan Kirani saat ini, tapi ia khawatir jika pertanyaannya nanti justru akan mengganggu Dokter Dwi yang tengah fokus merawat kekasihnya. Sesampai di halaman kantornya, Theo langsung terburu-buru menuju ruangan Wira. "Kamu tuh bener-bener nggak ada otak ya. Bisa-bisanya kamu membatalkan meet

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Trauma

    "Bella, Tomo?" Kirani dan Theo sama-sama terkejut melihat klien mereka yang masuk ke dalam ruangan. "Ah, aku lupa memberitahu kalian kalau klien yang datang dari Perancis itu meminta diwakilkan pada pemilik saham di grup mereka yaitu Bella dan Tomo," ujar Wira berusaha menenangkan Kirani dan Theo.Kirani terkejut ketika menoleh ke arah Tomo yang sedang memainkan lidahnya. Lidah Tomo dimainkan persis seperti saat ia melakukan pelecehan pada Kirani.Kirani tiba-tiba merasakan sakit kepala yang teramat sangat. Kenangan bagaimana Tomo yang telah melecehkannya di masa lalu dan beberapa bulan yang lalu pun seketika berputar-putar di otaknya. "Jangan!" Kirani tiba-tiba duduk di bawah kursi sambil menutup wajahnya. Hal itu membuat Theo merasa cemas hingga berusaha menenangkan Kirani. "Lepaskan aku!" Kirani menepis tangan Theo berkali-kali. Bersamaan dengan itu juga, Tomo mendekati Kirani dan berbicara pada perempuan itu. "Kemarilah, Sayangku," bisiknya di telinga Kirani."Menyingkir kamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status