Share

Dipanggil kembali

Penulis: Althafunnisa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-10 10:30:02

"Theo, hari ini kita akan meeting dengan salah satu klien dari Perancis. Aku harap kamu mempersiapkan presentasi dengan sebaiknya." Wira masuk ke ruangan Theo yang sedang menandatangani beberapa berkas.

"Klien dari Perancis? Kok kamu baru ngomong sekarang?!" Theo mengernyitkan kening mendengar ucapan sahabatnya.

"Baru saja Sekretaris klien itu menghubungiku. Makanya aku baru saja memberitahukan padamu." Wira menyahut cepat karena tidak ingin disalahkan oleh Theo. 

Theo meletakkan pulpen dari tangannya, lalu menatap intens sahabat yang sudah membantunya mengelola perusahaan selama tiga tahun terakhir.

"Aku kurang mahir dalam berbahasa Perancis. Bagaimana ini?" 

"Biasanya sekretaris yang bertugas menerjemahkan bahasa Perancis ke bahasa Indonesia. Atau setidaknya berbahasa Inggrislah." Wira duduk di meja Theo meminta jawaban atas interview para pelamar yang digelar selama tiga bulan terakhir. "Kamu sudah mendapatkan asisten pribadi itu, kan?" tanya Wira.

"Hhhh. Aku belum mendapatkannya." Theo menyandarkan punggung di kursi kebesarannya.

Wira terbelalak mendengar ucapan Theo. Deretan omelan pun ia lontarkan pada sahabatnya yang dirasa terlalu santai dalam bekerja. "Itulah salah kamu! Kenapa sampai sekarang kamu tak kunjung mendapatkan asisten pribadi. Padahal kalau aku lihat-lihat sih, mereka kayaknya orang-orang yang berpotensi untuk mengurus keperluan kamu secara keseluruhan." 

"Nggak ada yang menarik!"

"Nggak perlu menarik. Yang penting bisa bekerja dengan baik. Jadi sekarang bagaimana?"

"Lo hubungi sekretaris klien kita itu dan tanyakan apakah dia bisa berbahasa Inggris?" 

Wira berdecak kesal, tapi ia tetap merogoh ponselnya dan menghubungi sekretaris klien yang akan mengadakan meeting dengannya. Namun, setelah telepon ditutup, wajah Wira berubah tegang.

"Gimana? Bisa?" Theo mendekati Wira untuk mengetahui jawabannya.

"Ini benar-benar gawat. Ternyata klien kita dari Perancis sedang tidak membawa sekretaris yang biasa mendampinginya karena saat ini sekretaris itu sedang sakit. Jadi bisa dipastikan tidak ada penerjemah dari pihak mereka."

"Sial!"

"Kita harus segera mencari penerjemah bahasa Perancis karena klien kita ini hanya ingin berbicara bahasa Perancis dengan siapa saja." Wira menampakan wajah seriusnya.

"Gila aja!" Theo mengumpat. "Atau kita batalkan saja proyek ini?!"

"Proyek ini sangat besar. Kita harus bisa menandatangani kontrak dengan dia. Aku juga sudah lama mengincar klien ini." Wira menatap Theo lekat-lekat. "Dia ... Tuan Rode Western."

"Apa?!" Theo terbelalak. Dia tidak menyangka jika pengusaha besar itu bersedia bekerja sama dengannya. 

Wira pun mulai menghubungi bagian divisi di perusahaan untuk mencari karyawan yang pandai berbahasa Perancis. Namun tak satupun dari karyawan mereka yang pandai berbahasa Perancis.

"Tunggu ... Pernah ada janda yang melamar kerja di sini dan dia bilang bisa bahasa Perancis." Theo memijat pelipisnya. 

"Serius? Siapa?"

"Office girl. Kamu panggil office girl yang baru masuk tiga bulan yang lalu. Dia bilang pandai berbahasa Perancis." Theo menatap Wira dengan wajah serius.

Wira tergelak mendengar ucapan Theo. Dia mengira sahabatnya itu tengah bermimpi atau tengah bercanda.

"Office girl pandai bahasa Perancis? Bener-bener nggak masuk akal."

"Aku serius. Dia sebelumnya melamar menjadi asisten pribadiku. Tapi karena dia punya anak berumur lima tahun, otomatis lamarannya aku tolak."

Wira mendekatkan wajahnya. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Theo. 

"Kamu tidak sedang bermimpi, kan?"

"Tidak! Cepat panggil dia kemari!"

Wira yang mendapat perintah segera berlari keluar ruangan untuk menuju pantry untuk mencari office girl yang dimaksud oleh Theo.

***

"Bapak memanggil saya?" Kirani berdiri sambil memilin ujung bajunya. Perempuan itu tampil dengan memakai pakaian office girl dan rambut yang dikuncir kuda.

"Kemarin kamu bilang pandai berbahasa Perancis. Bisa saya minta buktinya?" Theo melangkah mendekati Kirani dan berjalan mengitari perempuan itu.

"Benar, Pak." Kirani mengangkat wajah dan menatap wajah tampan Theo. "Saya harus memberikan bukti dengan cara apa?" tanyanya.

Theo mengambil sebuah map berukuran besar dan memberikannya kepada Kirani. "Kamu terjemahkan semua tulisan yang ada di dalam map ini. Saya tunggu sampai pukul sepuluh." 

Kirani membuka map yang berada di tangannya. Ada setumpuk kertas yang berisikan bahasa Perancis yang harus dia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

"Ini kertas untuk menerjemahkannya dan kamu boleh memakai pulpen. Atau kalau kamu ingin menerjemahkannya dengan memakai komputer, silakan duduk di meja kerja saya." Theo menunjuk ke meja kerjanya dan menatap kursi kebesaran yang berada di hadapan Kirani.

Kirani berpikir sejenak. Dia sudah cukup lama tidak menggunakan pulpen. Sedangkan waktu yang tersisa hanya tinggal satu jam saja. Sangat tidak mungkin jika dia menerjemahkan tulisan tersebut memakai pulpen dan menulisnya di beberapa lembar kertas.

"Boleh saya duduk di kursi itu?" Kirani bertanya dengan tertunduk malu.

"Silakan." Theo melangkah menuju sofa panjang yang terletak di seberang meja kerjanya. Lelaki itu memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya dengan berbaring di atas sofa. 

Sedangkan Kirani langsung duduk di kursi kebesaran Theo dan langsung mengerjakan apa yang diperintahkan oleh CEO tersebut. Perempuan berambut panjang itu mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh Theo dengan sangat hati-hati dan serius.

"Semakin cantik." Theo bergumam ketika tatapan matanya tertuju pada Kirani yang sedang serius di depan laptopnya. Senyum terbit di bibir lelaki itu sambil membayangkan, jika nanti Kirani berpenampilan sebagai seorang asisten pribadi yang akan menemaninya ke mana saja.

Theo berbaring dengan berbantal lengan sambil tersenyum menatap Kirani yang sedikitpun tidak menyadari bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh Sang atasan. 

"Sudah siap, Pak ...!" Ucapan Kirani menggantung ketika dia menyadari Theo yang sejak tadi tersenyum padanya.

"Ehhh. Apa perlu saya print out terjemahan ini?" Kirani tergagap dan segera berdiri dari kursi kebesaran Theo.

"Nggak perlu. Biar Wira saja yang melakukannya." Theo berjalan mendekati Kirani dan menatap penampilan perempuan itu dengan lirikan penuh makna.

"Ganti pakaianmu dan ikut saya mengikuti meeting siang ini." Theo memberikan paper bag yang diberikan oleh Wira dan langsung mengisyaratkan kepada perempuan itu untuk segera berganti pakaian di ruangan CEO miliknya.

"Biar saya ganti pakaian di toilet saja," sahut Kirani.

"Hey, kamu mau mengotori pakaian mahal saya dengan aroma toilet? Cepat ganti pakaian di ruangan saya!"

Melihat wajah marah Theo, membuat Kirani dengan tergesa-gesa masuk ke dalam ruangan yang sudah dibuka oleh Wira.

"Dan kamu, buka file asli dokumen ini dan terjemahkan melalui G****e terjemahan. Perhatikan apakah terjemahan yang dibuat oleh Kirani benar atau salah." Theo menatap Wira dengan wajah tegas memberi perintah.

Wira segera melaksanakan perintah Theo. Ia terkagum-kagum pada hasil kerja Kirani. 

"Gimana?" Theo yang sudah rapi dengan jasnya menghampiri Wira. 

"Sempurna," sahut Wira seraya mengacungkan dua jari jempolnya.

"Pak, saya sudah siap!" Kirani juga muncul di balik pintu membuat Theo berkali-kali terkejut. Terkejut karena Kirani terlihat semakin cantik dengan pakaian yang dikenakannya, sekaligus terkejut mendengar ucapan Wira.

***

"Asisten Pribadi anda sangat cerdas. Ia pandai mempresentasikan perusahaan anda," puji Tuan Western pada Theo.

Theo hanya mengulum senyum sambil menoleh Kirani yang berbincang dengan beberapa relasi bisnis dalam bahasa Perancis. 

Harus Theo akui bahwa Kirani benar-benar seorang perempuan yang smart. Ia bahkan begitu pandai mempresentasikan proposal, padahal ia tidak menggeluti bidang itu. Ia hanya diberi waktu tiga puluh menit saja untuk memahami proposal tersebut sebelum meeting dimulai.

"Terima kasih atas kerjasamanya. Senang bekerja sama dengan anda." Theo menyalami Tuan Western dan mengantar lelaki itu sampai ke mobil. 

Setelah itu. Ia langsung meminta Kirani masuk ke ruangannya. Ia ingin bernegosiasi dengan Kirani tentang pekerjaan yang akan ditawarkannya.

"Apa kamu betah kerja di kantor ini?" Theo menatap Kirani dengan intens sehingga mereka saling beradu pandang.

"Pak Theo ganteng banget sih?!" Gumam Kirani dalam hati. Kirani tak bisa memungkiri kalau Theo memiliki kharisma yang menggoda.

"Halo ... Kirani!"

"Eh, iya, Pak? Bapak nanya apa?"

"Hhh. Kamu saya pecat sebagai office girl." Theo mengembuskan napas kasar.

Kirani terbelalak. "Kok saya dipecat, Pak?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Dian Ibrahim
waahhh rezeki Kevin bertambah niihh... Kirani gak jdi officegirl lagiii.........
goodnovel comment avatar
Kirani Kirani
yaelah............ Kirani ....pake ngelamun segala
goodnovel comment avatar
Kirani Kirani
nahhhj...kalau udah kayak gini kamu baru percaya kalau Kirani itu pandai ,Theo... makanya jangan asal kalau ngomong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Tamat

    "Brengsek kalian berdua!" Tomo menatap penuh kebencian pada Kirani yang tengah digandeng oleh Theo. "Kamu yang brengsek. Hukuman yang pantas untukmu adalah hukum mati karena kamu sudah merusak masa depan Kirani!" Theo tak kalah menatap Tomo dengan penuh kebencian. "Theo. Kamu harus membebaskan aku." Bella yang diringkus oleh polisi pun ikut berteriak di hadapan Theo. "Membebaskanmu? Untuk apa? Kamu juga pantas mendekam di dalam penjara." Bella mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Aku akan segera menghubungi kedua orang tuamu untuk membebaskanku," ujarnya dengan lantang. "Itu tidak akan pernah terjadi. Kami tidak akan pernah membebaskanmu," ujar nyonya Marissa yang tiba-tiba datang bersama suaminya. "Tante, Tante harus membebaskan aku agar aku bisa membantu tante untuk menyingkirkan Kirani." Bella berusaha memberontak agar bisa mendekati nyonya Marissa. "Menyingkirkan Kirani? Kenapa aku harus menyingkirkan Kirani?" Nyonya Marisa menyunggingkan senyumnya."Maksud Tante apa? Bukankah

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Titik terang

    "Itu 'kan mobil daddy? Gimana ini?" Kevin terbelalak ketika melihat mobil Evan sudah terparkir di halaman rumahnya. "Kayaknya iya. Aduh mana ibumu belum pulang." Ibunya Kirani pun ikut cemas karena putrinya belum datang. Mereka berdua kebingungan karena tidak tahu harus berbuat apa. "Sebaiknya kamu hampiri Evan. Nenek akan menghubungi ibumu dan meminta dia pulang sekarang," ujar ibunya Kirani.Kevin terburu-buru menghampiri mobil tersebut membuat Kirani yang berada di dalam mobil itu semakin merasa ketakutan. Ia khawatir jika Kevin tidak bisa menerima kedatangan Theo yang hendak mengutarakan keinginan untuk menikahinya. "Sayang, Ayo kita turun," ujar Theo yang segera turun dari mobil dan membuka pintu mobil untuk Kirani. Dengan berat hati akhirnya Kirani segera turun dari mobil dan bergandengan tangan bersama Theo. "Ibu? Kok Ibu sudah duluan sama Daddy Evan?" Kevin mengerutkan keningnya ketika melihat ibunya yang sedang digandeng oleh Evan. "Daddy Evan? Mana orangnya?" Kirani m

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Tak ingin menikah

    "Ibu mau pergi kerja? Malam-malam begini?" Kevin terkejut ketika melihat Kirani yang sudah bersiap-siap hendak berangkat ke kantor. "Bukannya kamu istirahat dulu selama beberapa hari? Kok malah pergi lagi?" Ibunya Kirani pun menatap heran pada putrinya. "Aku tiba-tiba ada meeting penting, Bu." Kirani menyahut dengan tergesa-gesa. "Inilah makanya Daddy Evan ingin menikahi Ibu. Dia tidak mau Ibu bekerja tanpa kenal waktu seperti ini." Kirani menoleh pada Kevin yang tengah berbicara sambil menatapnya dengan cemas. "Benar sekali, Kirani. Apa sebaiknya kamu tolak saja permintaan dari atasanmu itu? Bilang kamu tidak ikut meeting malam ini. Kamu sudah bekerja dengan sepenuh waktu. Tidak ada salahnya kalau kamu istirahat dulu hari ini." Ibunya Kirani pun mendekati putrinya. "Besok Daddy Evan datang ke sini untuk bicarakan tentang pernikahan. Bagaimana mungkin Ibu mau pergi?" Kevin menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca. "Ibu nggak akan ninggalin Kevin 'kan? Ibu nggak akan kabur dari pe

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Berita mengejutkan

    "Kamu harus menguatkan hati jika suatu saat trauma Kirani kembali kambuh. Kita tidak tahu bagaimana kondisi Kirani selanjutnya. Tapi mudah-mudahan saja dengan perasaan nyaman yang dia rasakan setiap di dekat anda, dia benar-benar tidak ingat lagi pada trauma itu," ujar Dokter Dwi."Nggak masalah, Dokter. Saya bisa mengerti bagaimana keadaan Kirani. Yang pasti saya tidak akan menuruti keinginan saya untuk meminta hak sebagai suami."Theo menyalami Dokter Dwi sebelum kembali ke ruangan Kirani dan membawa kekasihnya itu untuk segera pulang. "Bos." Kirani terkejut ketika melihat Theo yang sudah berada di luar ruangan sambil merentangkan kedua tangannya. Perempuan itu berlari berhambur memeluk Theo dan membenamkan kepalanya di dada bilang sang atasan. "Aku kangen." Theo mengecup kening Kirani dan memeluk perempuan itu dengan erat. Sesekali diciumnya dengan gemas sambil membingkai wajah kekasihnya itu dengan penuh cinta. "Kita pulang ya," bisik Theo pada Kirani seraya melambaikan tangan

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Jalan terbaik

    "Iya. Daddy bersedia menikah dengan ibumu," sahut Theo sambil tersenyum."Bagaimana kalau Ibu tidak mau menikah dengan Daddy?" Kevin mengerjapkan matanya. "Bisa kita atur nanti. Yang penting Kevin bilang sama Ibu kalau Kevin ingin menikahkan Ibu dengan Daddy.""Oke deh." Kevin mengacungkan jari jempolnya. "Horeeee. Akhirnya Kevin punya Ayah," ujarnya lagi sambil berhambur memeluk Theo. Theo segera berpamitan pada ibunya Kirani dan Kevin. Ia berencana mendatangi Wira dan membicarakan masalah perusahaan. Sepanjang perjalanan menuju perusahaannya, Theo tak berhenti memikirkan Kirani yang saat ini masih berada di klinik Dokter Dwi. Betapa ia ingin menghubungi sang dokter dan menanyakan bagaimana keadaan Kirani saat ini, tapi ia khawatir jika pertanyaannya nanti justru akan mengganggu Dokter Dwi yang tengah fokus merawat kekasihnya. Sesampai di halaman kantornya, Theo langsung terburu-buru menuju ruangan Wira. "Kamu tuh bener-bener nggak ada otak ya. Bisa-bisanya kamu membatalkan meet

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Trauma

    "Bella, Tomo?" Kirani dan Theo sama-sama terkejut melihat klien mereka yang masuk ke dalam ruangan. "Ah, aku lupa memberitahu kalian kalau klien yang datang dari Perancis itu meminta diwakilkan pada pemilik saham di grup mereka yaitu Bella dan Tomo," ujar Wira berusaha menenangkan Kirani dan Theo.Kirani terkejut ketika menoleh ke arah Tomo yang sedang memainkan lidahnya. Lidah Tomo dimainkan persis seperti saat ia melakukan pelecehan pada Kirani.Kirani tiba-tiba merasakan sakit kepala yang teramat sangat. Kenangan bagaimana Tomo yang telah melecehkannya di masa lalu dan beberapa bulan yang lalu pun seketika berputar-putar di otaknya. "Jangan!" Kirani tiba-tiba duduk di bawah kursi sambil menutup wajahnya. Hal itu membuat Theo merasa cemas hingga berusaha menenangkan Kirani. "Lepaskan aku!" Kirani menepis tangan Theo berkali-kali. Bersamaan dengan itu juga, Tomo mendekati Kirani dan berbicara pada perempuan itu. "Kemarilah, Sayangku," bisiknya di telinga Kirani."Menyingkir kamu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status