Share

Hukuman gila

Penulis: Althafunnisa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-10 10:31:15

"Tapi ... Saya tidak terlambat. Bukankah ciuman hanya berlaku untuk hukuman terlambat?" Kirani sedikit menggeser posisinya sehingga tubuhnya menempel pada pintu mobil.

"Terus kamu kira aku memberi hukuman asal-asalan?" Theo semakin mendekat.

"Tapi saya benar-benar tidak terlambat, kok!"

"Oh ya? Apa perlu saya tanya pada sopir, berapa lama saya menunggu jawabanmu atas pertanyaan saya?"

Kirani terkesiap. Ia menyadari bahwa keterlambatan yang dimaksud oleh Theo adalah segala macam keterlambatan. Termasuk menjawab pertanyaan.

"Oke, saya tahu jawabannya!" Theo tiba-tiba sudah berpindah ke samping Kirani ketika perempuan itu masih mempertimbangkan hukumannya.

Cup

Satu kecupan mendarat di bibir Kirani membuat perempuan itu terbelalak.

"Itu hukuman karena kamu terlambat menjawab pertanyaan saya!"

Kirani yang masih menikmati ciuman dari Theo hanya tertunduk. Ia tidak menyangka jika lelaki itu malah mencuri ciuman di bibirnya.

"Setiap kamu terlambat melakukan perintah saya, menjawab pertanyaan saya, maka kamu akan mendapat hukuman yang sama." Theo menarik diri dari Kirani dan melepaskan tirai pembatas.

***

"Jadi mulai sekarang Ibu bekerja dari subuh sampai malam?" Kevin yang sedang dikenakan baju oleh Kirani bertanya.

"Iya, Sayang."

"Kenapa kerjanya lama sekali? Lalu kapan Ibu ada waktu bermain denganku?" Wajah Kevin tertekuk. Ia kecewa pada keputusan ibunya.

"Sabtu Minggu Ibu akan habiskan waktu dengan Kevin dari subuh sampai malam." Kirani membingkai wajah mungil Kevin, lalu mencium pipi bocah itu dengan gemas. 

Tadi malam Kirani sudah bercerita pada ibunya tentang pekerjaan yang akan dijalaninya. Ibunya Kirani tidak keberatan dan dia sangat senang menjaga Kevin. Yang terpenting Kirani memiliki gaji besar sehingga dia bisa membiayai pengobatan Kevin.

"Apa gaji Ibu besar?" Kevin kembali bertanya sambil mengekor ibunya yang tengah bersiap-siap berangkat ke apartemen Theo. 

"Sangat besar. Satu tahun bekerja, Ibu akan beli mobil untuk antar Kevin sekolah!" 

"Wahhh. Keren!"

"Makanya jangan merengek kalau Ibu bangunkan subuh karena Ibu tetap ingin menyiapkan Kevin sekolah." Kirani menjawil ujung hidung Kevin. 

Perempuan itu lalu mencium pipi putranya dan langsung berpamitan kerja karena sopir sudah menyusul ke dalam rumah.

"Ini sudah terlambat, Nona. Jam 06.30 seharusnya Bos Theo sudah bangun." Sopir membuka pintu mobil untuk Kirani.

Sopir membawa mobil dengan kecepatan tinggi karena mereka sudah terlambat lebih dari tiga puluh menit. Bisa dipastikan Theo akan marah pada mereka. 

Kirani pun segera membuka sandi pintu apartemen dan masuk ke dalam kamar Theo.

"Aaaa ...." Kirani terkejut ketika di kamar mendapati Theo yang hanya mengenakan handuk.

Theo menghampiri Kirani yang menutup wajah. Lelaki itu mendorong tubuh Kirani hingga tersandar di dinding apartemen.

"Bos ... Saya ...!"

Theo langsung menyambar bibir Kirani dengan hangat. Lelaki itu menghisap bibir Kirani kuat-kuat.

Sementara itu, Kirani berusaha menolak lidah Theo yang mulai hendak bergerilya di dalam rongga mulutnya.

"Kamu terlambat cukup lama. Jadi hukumannya aku tambah," ujar Theo sesaat setelah melepaskan ciuman di bibir Kirani. 

Plakk

Kirani menampar Theo dengan sangat kuat. Namun seperdetik berikutnya, Theo kembali merampok bibir Kirani. Bahkan mengunci tangan perempuan itu ke atas.

"Jangan coba macam-macam. Kamu sudah menandatangani kontrak," bisik Theo.

"Dasar Bos Mesum!" Dada Kirani naik turun menahan amarah. 

"Bagus kalau kamu tahu aku mesum. Jadi aku tidak perlu lagi menjelaskannya padamu." Theo mengulum senyum.

"Ingat, kamu harus datang ke apartemen ini untuk membangunkanku pada pukul enam pagi."

"Tapi, aku harus mengurusi Kevin dulu."

"Itu artinya setiap hari kamu harus menyerahkan bibirmu yang manis ini untukku." Theo menyentuh lembut bibir Kirani. "Pakaikan aku baju!" Lelaki itu kemudian memberi perintah kepada Kirani.

Dengan hati dongkol, Kirani mengambil baju dari lemari, dan memasangkannya pada Theo. Kalau saja tidak takut pada denda kontraknya, Kirani sudah pergi meninggalkan Theo yang melakukan tindakan asusila padanya. Bahkan Theo sudah dua kali merampok bibirnya.

"Cantik." Theo bergumam saat Kirani memasang kancing kemejanya. Ia pun menarik Kirani ke dalam pelukan.

"Bos, lepaskan!"

"Jangan berontak! Aku merasa lebih nyaman dipasangkan dasi dengan posisi seperti ini," bisik Theo.

Kirani tak mampu berkutik. Ia pun melanjutkan pekerjaannya, yaitu memasang dasi pada kerah kemeja Theo. Jantung Kirani berdebar tidak karuan. Bahkan seakan hendak melompat dari tubuhnya. Wajah Kirani pun merona saat Theo menatapnya tanpa berkedip.

"Bibirmu manis." Theo sedikit membungkuk sehingga wajahnya berada tepat di depan bibir Kirani.

"Dan Bos sudah merenggut kesuciannya."

Theo terkekeh. Lelaki itu menahan tangan Kirani yang tengah memasangkan jas. "Kamu akan ketagihan memberikan bibir manismu padaku," ujarnya. 

"Sialan!" Kirani memaksa melepaskan tangannya.

Theo melangkah keluar kamar. Lelaki itu menoleh dapur dan memberi kode pada Kirani. 

"Buatkan saya kopi yang rasanya manis." 

Kirani tak menyahut. Namun ia tetap menuruti perintah Theo.

"Buatkan juga roti panggang. Saya tidak mau minum kopi tanpa cemilan."

"Siap, Bos." Kirani bergegas melaksanakan perintah Theo. Ia tidak ingin kembali dihukum dengan ciuman. Meski harus Kirani akui, bibir Theo begitu nikmat baginya. 

Hanya butuh waktu lima menit saja, Kirani sudah menghidangkan secangkir kopi dan roti panggang ke meja makan.

"Silakan, Bos. Kopinya dijamin manis." Kirani tersenyum sambil melepas celemek pada tubuhnya.

Theo mengambil cangkir dan mulai menikmati kopi tersebut. Alisnya saling tertaut membuat Kirani terkejut.

"Kopinya pahit." Theo menatap tajam pada Kirani.

"Nggak mungkin, Bos. Saya sudah memasukkan dua sendok gula ke dalamnya."

"Kamu cicipi saja."

Kirani pun mengambil cangkir dari tangan Theo, lalu hendak mencicipi kopi buatannya. Namun, baru saja kopi itu hampir menempel di bibir Kirani, Theo sudah terlebih dahulu mengambil cangkir dan menyambar bibir Kirani.

"Ini lebih manis." Theo mengulas senyum.

"Bos. Saya tidak terlambat!" protes Kirani. 

"Tapi bibirmu membuat kopi pahit menjadi lebih manis."

Kirani menjadi salah tingkah. Entah mengapa dia tidak bisa menolak ketika Theo mencium bibirnya kali ini. Perempuan itu pun masuk ke dalam kamar Theo dan membereskan kamar tersebut menjelang Theo selesai menikmati sarapannya.

"Bos!" Kirani terkejut ketika tiba-tiba Theo memeluknya dari belakang. Lelaki itu bahkan menopang dagu di bahunya.

"Kenapa kamu meninggalkan saya yang sedang sarapan?" Theo mempererat pelukannya.

"Aku harus membereskan kamar ini."

"Ini bukan tugas asisten pribadi. Tapi tugas asisten rumah tangga."

"Maksud Bos?!"

"Temani saya sarapan. Atau kamu akan saya hukum lagi." Theo menarik tangan Kirani menuju meja makan.

Lelaki itu menunjuk ke arah roti panggang.

"Hah?"

"Mau saya hukum?" Theo menatap tajam pada Kirani.

"Didalam kontrak tidak tertulis kalau saya harus menyuapi Bos makan."

"Oh. Jadi kamu sudah mulai menyukai hukumannya?" Theo mengangkat dagu Kirani dan mendekatkan wajahnya.

"Oke. Ini rotinya!" Kirani langsung menyodorkan sepotong roti ke dalam mulut Theo.

"Kamu ...!" Theo merasa geram dengan perbuatan Kirani. Lelaki itu langsung menyambar tubuh Kirani dan menggendongnya masuk ke dalam kamar.

"Apa yang Bos lakukan? Lepaskan saya!"

"Diam!"

"Bos benar-benar mesum. Aku akan melaporkan tindakan Bos ini pada pihak perlindungan perempuan!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Dian Ibrahim
klo kyk gini mah tiap menit nyari2 kesalahan Kirani Mulu niihhh...jontoorr lama2 tuuhh bibir seharian kena hukuman meluluuu......
goodnovel comment avatar
Dian Ibrahim
kok jdi pemuas nafsu ya bukan asisten pribadi...klo syuka blg aja donk pak Theo mnding lgsung jadiin istri
goodnovel comment avatar
Anisah Cute
in bner2 mesum tingkat dewa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Tamat

    "Brengsek kalian berdua!" Tomo menatap penuh kebencian pada Kirani yang tengah digandeng oleh Theo. "Kamu yang brengsek. Hukuman yang pantas untukmu adalah hukum mati karena kamu sudah merusak masa depan Kirani!" Theo tak kalah menatap Tomo dengan penuh kebencian. "Theo. Kamu harus membebaskan aku." Bella yang diringkus oleh polisi pun ikut berteriak di hadapan Theo. "Membebaskanmu? Untuk apa? Kamu juga pantas mendekam di dalam penjara." Bella mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Aku akan segera menghubungi kedua orang tuamu untuk membebaskanku," ujarnya dengan lantang. "Itu tidak akan pernah terjadi. Kami tidak akan pernah membebaskanmu," ujar nyonya Marissa yang tiba-tiba datang bersama suaminya. "Tante, Tante harus membebaskan aku agar aku bisa membantu tante untuk menyingkirkan Kirani." Bella berusaha memberontak agar bisa mendekati nyonya Marissa. "Menyingkirkan Kirani? Kenapa aku harus menyingkirkan Kirani?" Nyonya Marisa menyunggingkan senyumnya."Maksud Tante apa? Bukankah

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Titik terang

    "Itu 'kan mobil daddy? Gimana ini?" Kevin terbelalak ketika melihat mobil Evan sudah terparkir di halaman rumahnya. "Kayaknya iya. Aduh mana ibumu belum pulang." Ibunya Kirani pun ikut cemas karena putrinya belum datang. Mereka berdua kebingungan karena tidak tahu harus berbuat apa. "Sebaiknya kamu hampiri Evan. Nenek akan menghubungi ibumu dan meminta dia pulang sekarang," ujar ibunya Kirani.Kevin terburu-buru menghampiri mobil tersebut membuat Kirani yang berada di dalam mobil itu semakin merasa ketakutan. Ia khawatir jika Kevin tidak bisa menerima kedatangan Theo yang hendak mengutarakan keinginan untuk menikahinya. "Sayang, Ayo kita turun," ujar Theo yang segera turun dari mobil dan membuka pintu mobil untuk Kirani. Dengan berat hati akhirnya Kirani segera turun dari mobil dan bergandengan tangan bersama Theo. "Ibu? Kok Ibu sudah duluan sama Daddy Evan?" Kevin mengerutkan keningnya ketika melihat ibunya yang sedang digandeng oleh Evan. "Daddy Evan? Mana orangnya?" Kirani m

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Tak ingin menikah

    "Ibu mau pergi kerja? Malam-malam begini?" Kevin terkejut ketika melihat Kirani yang sudah bersiap-siap hendak berangkat ke kantor. "Bukannya kamu istirahat dulu selama beberapa hari? Kok malah pergi lagi?" Ibunya Kirani pun menatap heran pada putrinya. "Aku tiba-tiba ada meeting penting, Bu." Kirani menyahut dengan tergesa-gesa. "Inilah makanya Daddy Evan ingin menikahi Ibu. Dia tidak mau Ibu bekerja tanpa kenal waktu seperti ini." Kirani menoleh pada Kevin yang tengah berbicara sambil menatapnya dengan cemas. "Benar sekali, Kirani. Apa sebaiknya kamu tolak saja permintaan dari atasanmu itu? Bilang kamu tidak ikut meeting malam ini. Kamu sudah bekerja dengan sepenuh waktu. Tidak ada salahnya kalau kamu istirahat dulu hari ini." Ibunya Kirani pun mendekati putrinya. "Besok Daddy Evan datang ke sini untuk bicarakan tentang pernikahan. Bagaimana mungkin Ibu mau pergi?" Kevin menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca. "Ibu nggak akan ninggalin Kevin 'kan? Ibu nggak akan kabur dari pe

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Berita mengejutkan

    "Kamu harus menguatkan hati jika suatu saat trauma Kirani kembali kambuh. Kita tidak tahu bagaimana kondisi Kirani selanjutnya. Tapi mudah-mudahan saja dengan perasaan nyaman yang dia rasakan setiap di dekat anda, dia benar-benar tidak ingat lagi pada trauma itu," ujar Dokter Dwi."Nggak masalah, Dokter. Saya bisa mengerti bagaimana keadaan Kirani. Yang pasti saya tidak akan menuruti keinginan saya untuk meminta hak sebagai suami."Theo menyalami Dokter Dwi sebelum kembali ke ruangan Kirani dan membawa kekasihnya itu untuk segera pulang. "Bos." Kirani terkejut ketika melihat Theo yang sudah berada di luar ruangan sambil merentangkan kedua tangannya. Perempuan itu berlari berhambur memeluk Theo dan membenamkan kepalanya di dada bilang sang atasan. "Aku kangen." Theo mengecup kening Kirani dan memeluk perempuan itu dengan erat. Sesekali diciumnya dengan gemas sambil membingkai wajah kekasihnya itu dengan penuh cinta. "Kita pulang ya," bisik Theo pada Kirani seraya melambaikan tangan

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Jalan terbaik

    "Iya. Daddy bersedia menikah dengan ibumu," sahut Theo sambil tersenyum."Bagaimana kalau Ibu tidak mau menikah dengan Daddy?" Kevin mengerjapkan matanya. "Bisa kita atur nanti. Yang penting Kevin bilang sama Ibu kalau Kevin ingin menikahkan Ibu dengan Daddy.""Oke deh." Kevin mengacungkan jari jempolnya. "Horeeee. Akhirnya Kevin punya Ayah," ujarnya lagi sambil berhambur memeluk Theo. Theo segera berpamitan pada ibunya Kirani dan Kevin. Ia berencana mendatangi Wira dan membicarakan masalah perusahaan. Sepanjang perjalanan menuju perusahaannya, Theo tak berhenti memikirkan Kirani yang saat ini masih berada di klinik Dokter Dwi. Betapa ia ingin menghubungi sang dokter dan menanyakan bagaimana keadaan Kirani saat ini, tapi ia khawatir jika pertanyaannya nanti justru akan mengganggu Dokter Dwi yang tengah fokus merawat kekasihnya. Sesampai di halaman kantornya, Theo langsung terburu-buru menuju ruangan Wira. "Kamu tuh bener-bener nggak ada otak ya. Bisa-bisanya kamu membatalkan meet

  • Asisten Pribadi Rasa Kekasih (Hot Daddy For Kevin)   Trauma

    "Bella, Tomo?" Kirani dan Theo sama-sama terkejut melihat klien mereka yang masuk ke dalam ruangan. "Ah, aku lupa memberitahu kalian kalau klien yang datang dari Perancis itu meminta diwakilkan pada pemilik saham di grup mereka yaitu Bella dan Tomo," ujar Wira berusaha menenangkan Kirani dan Theo.Kirani terkejut ketika menoleh ke arah Tomo yang sedang memainkan lidahnya. Lidah Tomo dimainkan persis seperti saat ia melakukan pelecehan pada Kirani.Kirani tiba-tiba merasakan sakit kepala yang teramat sangat. Kenangan bagaimana Tomo yang telah melecehkannya di masa lalu dan beberapa bulan yang lalu pun seketika berputar-putar di otaknya. "Jangan!" Kirani tiba-tiba duduk di bawah kursi sambil menutup wajahnya. Hal itu membuat Theo merasa cemas hingga berusaha menenangkan Kirani. "Lepaskan aku!" Kirani menepis tangan Theo berkali-kali. Bersamaan dengan itu juga, Tomo mendekati Kirani dan berbicara pada perempuan itu. "Kemarilah, Sayangku," bisiknya di telinga Kirani."Menyingkir kamu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status