Share

17 | Keluarga Schielhort

SEPANJANG perjalanan pulang, aku dan Juleha tak saling berkata. Aku terus dibayang-bayangi Aisyah dan Farhan. Mereka seolah-olah sedang menertawakanku. Sementara Juleha, aku tidak tahu apa yang hinggap di benaknya. Mungkin, masih kecewa dengan sikapku di sekolah yang tak kunjung berubah.

Sampailah di rumah Juleha. Dia lantas turun dari kendaraan, lalu menghadap ke arahku. Wajah Juleha tetap memerah. Aku bisa melihat dirinya masih menahan BAB, eh sori, menahan kekecewaan. Aku menunggu Juleha mengatakan sesuatu. Tapi dia diam saja. Semilir angin lantas berhembus menciptakan debu-debu yang berterbangan kayak di wild wild west.

“Aku minta maaf,” tuturku lembut.

Juleha masih membisu. Dia lagi-lagi menghela nafas. Aku bisa melihat dadanya membusung, lalu mengempis. Sepertinya Juleha merasakan sesuatu yang sebelumnya tertahan, telah menghambur keluar dari tubuhnya, tapi bukan kentut. Aku pun bisa merasakan kelegaan yang sama.

“Ya sudah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status