Home / Romansa / Atasan Posesif itu Mantan Suamiku / Bab 31. Akan tersingkir pelan-pelan

Share

Bab 31. Akan tersingkir pelan-pelan

Author: Miarosa
last update Huling Na-update: 2025-04-09 23:46:34

Esok paginya, foto itu tersebar. Kini giliran Henry yang menjadi bahan gosip. Aurora melihatnya di ponsel Florien. Tidak ada satu otot pun di wajahnya yang bergerak. Ia hanya menyerahkan kembali ponsel itu dan berkata, “Kopi pagi ini hambar sekali, ya.”

Florien hampir melempar meja. “Astaga, Aurora! Kamu nggak bisa terus-terusan mematikan perasaanmu seperti ini!”

“Kalau kamu jadi aku, apa yang akan kamu lakukan?” bisik Aurora sambil menatap Florien tajam.

Florien terdiam.

“Kalau kamu sudah menjelaskan, sudah memohon untuk dipercaya, tapi tetap dianggap pengkhianat, kamu masih akan berjuang?”

Florien tidak menjawab.

Aurora melanjutkan dengan lirih, “Aku hanya tidak ingin menghancurkan diriku sendiri untuk seseorang yang tidak pernah percaya padaku.”

Sementara itu di apartemen Henry sore harinya, Henry kembali gelisah. Bukannya merasa menang, ia justru makin terpuruk. Aurora tetap tak bergeming. Tidak ada ledakan emosi, tidak ada air mata, tidak ada cinta?

“Dia benar-benar sudah
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 84. Kemarahan dan air mata

    Rosamaria menatap Henry dengan ekspresi penuh keterkejutan, sementara Vernon tampak sulit mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Florien menggertakkan giginya, matanya menatap tajam ke arah Henry, tapi tak ada yang berkata apa-apa dan di dalam keheningan itu, Henry sadar. Tak peduli seberapa dalam penyesalannya. Tak peduli seberapa besar rasa sakit yang ia rasakan. Ia mungkin sudah kehilangan segalanya. "Aku tahu aku salah meninggalkan Aurora seperti itu." Suara Henry lirih, nyaris tak terdengar. "Tapi saat itu, aku... aku tidak bisa berpikir jernih. Aku merasa dikhianati, dibohongi. Aku...." "Tapi kau memilih menyakitinya?" potong Jesselyn, suaranya bergetar menahan amarah dan air mata. "Kau memilih menghancurkan hatinya, Henry? Kau memilih membiarkannya sendirian, terluka, di hari yang seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya?" "Jesselyn," tegur Rosamaria, mencoba meredam emosi. "Tidak, bibi Rosamaria!" Jesselyn menoleh tajam. "Henry salah! Dia seharusnya tida

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 83. Seribu penyesalan

    Ada sesuatu dalam suara William yang membuat jantung Henry berdetak lebih cepat. Keingintahuan bercampur ketakutan merayapi dirinya. Dengan tangan dingin, ia meraih remote dan menyalakan TV. Dan saat layar menyala— Dunia Henry berhenti berputar. KECELAKAAN MAUT DI JEMBATAN WESTMINSTER: MOBIL TERJUN KE SUNGAI THAMES, KORBAN BELUM DITEMUKAN Berita utama terpampang jelas di layar. Henry menelan ludah, pandangannya terpaku pada gambar mobil yang hancur, separuh tenggelam di sungai. Mobil itu. Mobil yang begitu dikenalnya. Mobil yang terakhir kali dikendarai oleh Aurora. Suaranya reporter bergema di kepalanya. "Sebuah mobil sedan berwarna merah terjun ke Sungai Thames kemarin sore." Henry tidak bisa bernapas. "Korban yang belum ditemukan adalah…." Tidak. Tidak. Jangan. "Aurora Stockwell." Seketika, seluruh dunianya runtuh. Nama itu menusuk dadanya seperti belati yang mematikan. Aurora. Aurora yang ia cintai. Aurora yang ia tinggalkan. Aurora yang kini hilang. Tubuh He

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 82. Di antara doa dan air mata

    Sementara itu, Jesselyn terduduk lemas di sofa, wajahnya seputih kertas. Tangannya mencengkeram dadanya, berusaha meredakan kepanikan yang mulai menyesakkan. Tatapannya kosong, sulit menerima kenyataan bahwa calon adik ipar mereka mungkin tak akan pernah kembali. Florien menatap mereka satu per satu, dan tanpa sadar, air mata mulai mengalir di pipinya. Melihat orang-orang yang ia cintai hancur seperti ini membuat hatinya ikut remuk. Vernon menelan ludah, berusaha menguatkan diri untuk melanjutkan, tapi kata-kata itu begitu sulit untuk keluar dari bibirnya. "Polisi sudah melakukan pencarian sejak tadi malam." Suaranya bergetar, hampir tidak terdengar. "Tapi sampai sekarang mereka belum menemukan Aurora." Keheningan menyergap ruangan, begitu pekat hingga suara isak tangis Rosamaria terdengar menyayat hati. Margarita masih melantunkan doa dengan suara lirih, tangannya menggenggam rosario begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Di sudut ruangan, Vernon berdiri mematung. Dada

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 81. Hilang bersama senyap

    "Tidak... tidak mungkin." Suara Florien nyaris tak lebih dari bisikan, suaranya gemetar. "Aku tahu ini sulit dipercaya, Flo," suara Vernon terdengar berat, seolah ia berjuang keras menahan emosinya. "Aku juga masih syok. Aku sedang di tempat kejadian sekarang." Tangis Florien pecah begitu saja. Ia tak sanggup menahannya. Air matanya mengalir deras, membasahi pipinya, jatuh ke lantai tanpa suara. Kedua kakinya melemas, hampir saja ia terjatuh jika tangannya yang bebas tidak segera mencengkeram pinggiran sofa. "Flo?" Suara Vernon kembali memanggil. "Apa kamu masih di sana?" "I-iya." Napasnya tersengal. "Apa... apa Aurora selamat?" Hening sejenak di seberang sana. Seakan Vernon butuh waktu untuk mengumpulkan keberanian sebelum akhirnya menjawab dengan suara yang hampir patah. "Para penyelamat belum bisa menemukan Aurora." Florien menutup mulutnya, berusaha menahan isakan yang semakin membesar. "Pencarian dihentikan untuk malam ini," lanjut Vernon dengan suara putus asa. "Mereka

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 80. Di antara penyesalan dan kehilangan

    Henry duduk di tepi ranjang hotel, membiarkan tatapannya jatuh ke jendela besar yang menampilkan pemandangan kota yang terang benderang. Namun, cahaya itu tak bisa menembus kegelapan yang bersarang di hatinya.Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, mencoba mengusir rasa bersalah yang semakin menjeratnya seperti rantai besi.Ia meninggalkan Aurora.Lagi.Ia seharusnya bisa menebus kesalahannya di masa lalu, tetapi sekali lagi, ia justru menghancurkan wanita yang paling ia cintai. Ia pikir keputusannya sudah benar. Ia pikir dengan menjauh, ia bisa menghindari luka yang lebih dalam, tapi ternyata, rasa sakit itu tetap ada dan kini, lebih buruk dari yang pernah ia bayangkan.Dan sekarang...Sekarang mungkin sudah terlambat.Henry merasakan dadanya sesak. Ia tak pernah tahu seperti apa rasanya kehilangan seseorang yang begitu berharga sampai sekarang.Ia tak akan pernah bisa mengatakan bahwa ia masih mencintainya.Tak akan pernah bisa meminta maaf atas semua kesalahan yang ia buat. Tak ak

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 79. Senja di tepi jembatan

    Di atas jembatan, orang-orang berkerumun, menyaksikan kejadian tragis itu dengan keterkejutan yang masih membekas di wajah mereka. Beberapa menutup mulut, beberapa berbisik dengan ngeri, dan sebagian lainnya hanya terpaku, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.Di antara mereka, Vernon berdiri mematung, napasnya tercekat, tubuhnya membeku.Tidak.Tidak mungkin.Tidak mungkin yang baru saja ia lihat adalah kenyataan.Jantungnya seakan berhenti berdetak saat mobil Aurora menabrak pembatas jembatan dan jatuh ke sungai, menghilang ke dalam gelombang yang menggulung dengan kejam.Seketika, Vernon merasakan sesuatu dalam dirinya pecah. Tanpa berpikir panjang, ia keluar dari mobilnya dan berlari ke tepi jembatan. Matanya liar mencari di antara air yang beriak, berharap menemukan tanda-tanda Aurora. Namun, sungai hanya menyajikan kehampaan.Airnya terlalu keruh.Aurora ada di sana. Di bawah sana.Sendiri.Tanpa menunggu lebih lama, Vernon merogoh ponselnya dengan tangan gemetar d

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 78. Satu nama terakhir

    Aurora menggenggam erat kain gaunnya, jari-jarinya bergetar. Napasnya tercekat di tenggorokan. Jadi benar, Henry sudah tahu.Dugaan yang sejak tadi berputar di kepalanya akhirnya terbukti.Ia memejamkan mata, tapi air matanya terus mengalir, membasahi pipinya yang telah lama kering dari kebahagiaan. Tubuhnya gemetar hebat, seolah-olah ia hanyalah sebuah boneka porselen yang siap retak dan hancur kapan saja.Gaun pengantin putih yang tadinya berkilau kini tampak lusuh dan tak bernyawa seperti hatinya yang kini telah hancur berkeping-keping. Hari yang seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya, hari yang selama ini ia nantikan dengan penuh harapan, berubah menjadi mimpi buruk yang tak akan pernah bisa ia lupakan.Henry, pria yang selama ini ia cintai lebih dari apa pun, pria yang telah ia pilih berkali-kali meskipun dunia terus berusaha memisahkan mereka telah mencampakkannya.Tanpa penjelasan.Tanpa sepatah kata.Ia pergi begitu saja, meninggalkannya di altar, seolah-olah sem

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 77. Di ujung luka

    Florien menggenggam tangannya. "Aku marah pada ayahmu, karena dia telah membunuh ibuku, tapi aku juga mencintaimu dan aku tahu, kau tidak akan menjadi seperti dia."Dada Vernon terasa sesak, tetapi kali ini bukan karena ketakutan melainkan karena keharuan yang begitu dalam. Tanpa ragu, ia menarik Florien ke dalam pelukannya, mendekapnya erat, seolah takut jika ia melepaskannya, semuanya akan lenyap.Keheningan mereka terpecah oleh suara seseorang yang berdeham pelan.Keduanya menoleh.Jesselyn dan William berdiri di sana, menyaksikan segalanya dalam diam."Aku setuju dengan Florien." Suara Jesselyn bergetar, tapi tetap tegas. "Ayahmu adalah ayahmu dan kamu adalah kamu. Kamu bukan pembunuh seperti dia, tapi jika benar ayahmu bukan pelakunya, maka kamu harus segera membuktikannya. Kamu harus membersihkan nama baiknya sebelum semua terlambat."Vernon menatap Jesselyn dalam-dalam, merasakan ketulusan dalam kata-katanya. Di tengah keterpurukan dan rasa bersalah yang menghimpit dadanya, mas

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 76. Di balik gaun dan air mata

    Di saat yang sama, di kediaman keluarga Henry, kepanikan melanda semua orang.Aurora berdiri di tengah ruangan, wajahnya pucat, matanya kosong menatap altar yang seharusnya menjadi saksi janji suci mereka. Tangannya gemetar, hatinya terasa remuk."Kenapa, Henry? Kenapa kau pergi?"Ia tak mengerti. Seharusnya ini menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya, tetapi justru menjadi hari paling menyakitkan. Air matanya mengalir perlahan, jatuh membasahi gaunnya yang begitu indah.Margarita berusaha mencari jawaban. Wanita tua itu menekan mencari putranya, Archer, satu-satunya orang yang paling mungkin tahu sesuatu. Ia menemukan putranya berada di ruang kerja sedang mdnyendiri."Archer, apa kamu yang memberitahu Henry siapa pembunuh ibunya?"Archer terlihat bingung. "Apa yang terjadi?""Henry pergi saat upacara pernikahan akan dimulai! Dia tidak ada di mana pun!" Suara Margarita bergetar."Lebih baik mereka tidak menikah," jawab Archer dingin."Apa kamu yang memberitahunya?""Tidak. Aku tida

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status