Share

Bab 37. Pesta

Author: Miarosa
last update Last Updated: 2025-04-21 23:48:55

“Tidak ada lagi revisi setelah ini?” tanyanya dingin.

“Tidak, ini final. Setelah ini merger akan diumumkan ke publik,” jawab Clara cepat, mencoba membaca suasana hati bosnya.

Henry akhirnya mengambil pena itu. Dengan satu tarikan tegas, ia membubuhkan tanda tangannya.

Seketika ruangan bergemuruh oleh suara ucapan selamat. Beberapa orang berdiri dan menjabat tangan Henry. Tapi dia hanya memberikan senyum tipis, sopan dan datar, seperti bayangan di kaca.

“Terima kasih atas waktunya,” ucap Henry singkat, berdiri. “Saya ada penerbangan segera. Clara, koordinasikan sisanya.”

Clara mengangguk, sedikit cemas. “Apakah saya perlu ikut ke Berlin, Tuan?”

Henry berhenti sejenak, menatapnya.

“Tidak. Ini urusan pribadi.”

Kemudian ia berbalik, melangkah keluar ruang rapat tanpa banyak bicara. Langkahnya cepat, mantap, dan tanpa ragu. Kali ini, tidak ada yang akan menghalanginya. Tidak bisnis, tidak juga logika.

Ia sudah terlalu lama menunda perasaannya. Kini, waktunya mengejar sesuatu yang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 38. Menyesal

    Aurora tampak gelisah. Itu memberinya sedikit kepuasan. Ia ingin wanita itu merasakan kegelisahan yang sama seperti yang ia rasakan sejak berhari-hari lalu. Namun, semua itu buyar saat ia melihat sesuatu yang membuat darahnya mendidih.Andrew Smith.Pria itu berdiri terlalu dekat dan kemudian, pria itu mengulurkan tangan, mengajak Aurora berdansa.Henry merasa tubuhnya menegang. Jari-jarinya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Ia menyaksikan bagaimana Andrew memimpin Aurora ke lantai dansa, bagaimana tangan pria itu menyentuh pinggangnya, bagaimana tubuh mereka bergerak seirama dengan dentingan musik.Cemburu adalah api yang membakar dari dalam dan malam ini, api itu hampir melahap kewarasannya. Sial. Dia tidak bisa membiarkan ini.Henry menghirup napas dalam, lalu melangkah mantap menuju mereka.Saat musik berubah lebih lambat, ia menyelip di antara para pasangan dansa, mendekati Aurora yang sedang tersenyum tipis pada Andrew dan kemudian dengan suara yang dalam dan dingin, ia

    Last Updated : 2025-04-23
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 39. Ancaman mematikan

    Sebelum Aurora sempat bereaksi, semuanya terjadi begitu cepat.Pria itu tiba-tiba mendorong Andrew dengan kasar. Andrew terhuyung ke belakang sebelum jatuh tersungkur ke lantai marmer yang dingin.Aurora terbelalak. Apa yang terjadi?!Tanpa peringatan, pria itu mencengkeram lengannya dengan kasar. Jari-jarinya yang kuat mencengkeram pergelangan tangan Aurora hingga terasa sakit."Kamu harus ikut denganku!" Suaranya penuh ancaman.Aurora merasakan ketakutan menjalari tubuhnya. Bau alkohol dari pria itu semakin menusuk, membuat perutnya terasa mual."Lepaskan aku!" jeritnya panik, meronta sekuat tenaga.Ia menoleh ke belakang, berharap pada keajaiban.Andrew sudah bangkit! Wajahnya penuh amarah saat ia berusaha mengejar mereka.Namun, pria itu menyadarinya dan justru menyeret Aurora lebih cepat, hampir berlari ke arah pintu keluar gedung."Andrew, tolong aku!" teriaknya histeris."Aurora!" suara Andrew bergema di lorong, suaranya penuh kegelisahan.Di sisi lain gedung, Henry sedang berj

    Last Updated : 2025-04-24
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 40. Rasa takut Aurora

    "Henry, cukup!" suara Aurora kali ini lebih mendesak. Henry tetap diam, tangan dan pikirannya masih dikuasai amarah, tapi kemudian, suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar. Andrew yang sudah sadar membantu menahan pria itu sementara para petugas keamanan datang. Pria itu meronta, tapi tidak berani menatap Henry lagi. Mereka menyeretnya pergi, diikuti Andrew yang memastikan semuanya beres. Kini hanya tersisa Henry dan Aurora di bawah cahaya lampu taman yang temaram. Keheningan yang mencekam menyelimuti mereka. Aurora berdiri kaku, tubuhnya gemetar. Sepasang matanya yang biru kini dipenuhi air mata. Pipinya basah, dan dadanya bergemuruh penuh ketakutan yang masih menyisakan jejak. Henry menatapnya, hatinya terasa diremas melihat wanita yang dicintainya dalam keadaan seperti ini. "Aurora...." Suaranya lirih, berbeda jauh dari sebelumnya. Aurora memeluk tubuhnya sendiri, mencoba meredam guncangan yang masih tersisa. Jika Henry tidak datang tepat waktu... Tidak. Ia bahkan ti

    Last Updated : 2025-04-29
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 41. Nenek

    Suaranya penuh kepedihan yang dalam. Aurora terpaku, melihat Henry yang selalu tampak kuat kini begitu rapuh di hadapannya.Perlahan, Henry menurunkan tangannya dari wajah Aurora. Ia menghela napas panjang, membiarkan angin malam menerpa wajahnya yang kini basah.Kemudian, ia berbicara. Sebuah pengakuan yang selama ini ia simpan."Maafkan aku, Aurora!" Suaranya rendah, nyaris seperti bisikan. "Selama ini aku sudah banyak berbuat salah kepadamu. Termasuk masalah Yolanda."Aurora terdiam. Matanya membulat, menatap Henry dengan keterkejutan yang sulit disembunyikan. Henry tersenyum kecil, tapi itu bukan senyuman bahagia. Itu adalah senyuman penuh penyesalan."Yolanda membayar Jordan untuk mendekatimu untuk menciummu dan menyewa fotografer supaya aku marah padamu, karena Yolanda ingin kita benar-benar berpisah. Dia juga menyewa fotografer untuk mengambul gambar saat aku dan Yolanda berciuman. Dia ingin memberitahu semua orang bahwa kami saling mencintai. Dia tidak bekerja sendiri. Ada ses

    Last Updated : 2025-04-30
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 42. Apa kamu masih mencintaiku?

    Henry hampir melongo. Tetapi, ia cepat-cepat menyesuaikan diri dan memasang senyum. Dengan gerakan spontan, ia merangkul pinggang langsing Aurora, mendekatkannya ke sisinya.Mereka berdua tersenyum—senyuman yang terpaksa, tetapi entah mengapa terasa begitu nyata dan di dalam hati Aurora, sesuatu mulai berubah.Sang Nenek tersenyum hangat sebelum menarik Aurora ke dalam pelukannya. Pelukan yang begitu erat, seakan takut kehilangan. "Aku senang akhirnya bisa melihatmu lagi, Sayang," bisiknya penuh kasih.Aurora terdiam, dadanya terasa sesak. Ada rasa bersalah yang mencengkeram hatinya. Sudah dua tahun berlalu sejak perceraian itu, tapi mereka memilih menyembunyikan kebenaran dari sang Nenek. Mereka takut, terlalu takut jika kenyataan itu akan menghancurkan kesehatan wanita tua itu dan kini, kebohongan itu masih berlanjut."Ayo kita pulang!" suara sang Nenek membuyarkan pikiran Aurora.Saat itu, Henry mendekat, membungkuk sedikit, dan berbisik di telinganya, "Kita akan bicara nanti." Sua

    Last Updated : 2025-04-30
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 43. Di balik hasrat yang membakar

    Aurora tidak menolak. Sebaliknya, ia menyerah pada ciuman itu, membiarkan hasrat yang terpendam sekian lama kembali menyala. Ia merasakan kehangatan Henry menyelubunginya, memeluknya dalam genggaman yang kuat namun penuh kasih. Ketika bibir mereka saling menjelajahi, napas mereka semakin memburu, tenggelam dalam rasa yang selama ini coba mereka ingkari. Henry menarik Aurora lebih dekat, tubuh mereka saling menempel tanpa celah. Jemarinya menjelajah, mengusap punggungnya dengan sentuhan yang menghantarkan sensasi menggigil di sepanjang tulang belakang wanita itu. Saat Aurora mengerang pelan di antara ciuman mereka, Henry semakin dalam menyesap manisnya bibirnya, menjelajahi setiap sudutnya dengan penuh gairah. Aurora merasakan tubuhnya melebur dalam dekapan Henry. Sentuhan pria itu menghangatkannya, membangkitkan desir di setiap inci kulitnya. Ketika bibir Henry meninggalkan jejak panas di sepanjang lehernya, jantungnya berdebar semakin kencang. Jemari Henry yang besar dan hangat men

    Last Updated : 2025-05-01
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 44. Mencintai dan membenci

    Aurora melihat kopernya tergeletak tak jauh dari tempat tidur. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia segera beranjak ke kamar mandi, membiarkan air dingin menyapu kulitnya yang masih dipenuhi sisa-sisa emosi semalam. Tak ingin membuang waktu, ia mengenakan pakaian dengan tergesa-gesa. Ada seseorang yang ingin segera ditemuinya—Theodore, keponakan Henry yang kini telah berusia lima tahun. Saat ia dan Henry berpisah, bocah itu baru berusia tiga tahun. Saat menuruni tangga, matanya menyapu sudut-sudut rumah sang Nenek. Tidak banyak yang berubah. Rumah megah berlantai lima ini masih terasa terlalu besar dan sunyi baginya. Dulu, saat pertama kali menginjakkan kaki di sini, ia hampir tersesat di dalamnya. Langkahnya terhenti mendadak. Henry muncul di hadapannya, tiba-tiba dan tanpa suara. "Henry!" serunya, terkejut. Salah satu tangannya terangkat ke dada, mencoba meredam detak jantungnya yang berdebar liar. Ia menarik napas dalam-dalam, menoleh ke sekeliling, memastikan tidak ada orang la

    Last Updated : 2025-05-01
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 45. Cemburu

    Kejujuran Henry membuat Aurora terhenyak. Hatinya berdebar kencang, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar."Apa aku tidak salah dengar?" pikirnya."Kau serius?" bisiknya ragu, menatap Henry seolah mencari kebohongan di matanya."Tentu saja," jawab Henry tanpa keraguan.Aurora menelan ludah, dadanya terasa sesak. "Saat ini aku tidak bisa menikah lagi denganmu."Henry menghela napas panjang, tetapi tekadnya tak goyah. "Lalu, apa yang harus aku lakukan supaya kamu mau kembali padaku?" tanyanya, suaranya penuh harap, hampir memohon.Aurora menundukkan kepala, menyembunyikan perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. "Tidak ada," katanya lirih, tetapi dingin.Henry menatapnya, mencoba membaca pikirannya. Ia tahu Aurora berbohong. Wanita itu hanya takut membuka kembali luka yang belum sepenuhnya sembuh."Aku mencintaimu, Aurora," ucapnya lembut. "Dan aku ingin kita bersama lagi."Perasaan Henry begitu kuat, begitu nyata. Ia melangkah mendekat, lalu melingkarkan lengannya di

    Last Updated : 2025-05-02

Latest chapter

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 58. Pergi karena dipaksa

    Nicholas, yang sejak tadi diam, tiba-tiba bergerak gelisah, tampak ingin mencegah Margarita untuk bicara. Namun, wanita tua itu mengangkat tangannya, menghentikannya. "Tidak apa-apa, Nico," suara Margarita terdengar lelah namun tegas. "Sudah saatnya Aurora tahu kebenarannya." Nicholas terdiam. "Ayah Henry...." Margarita menatap Aurora dengan mata yang dipenuhi kesedihan. "Putraku, dialah yang merancang semua ini." Aurora menahan napas, jantungnya berdegup lebih cepat saat sang nenek menatapnya dengan mata yang penuh beban. "Perceraian kalian bukan sepenuhnya salah Henry." Suara Margarita bergetar, seakan menahan penyesalan yang sudah bertahun-tahun menggerogoti hatinya. "Seharusnya aku bisa mencegahnya, tapi saat itu, aku berpikir bahwa rumah tangga adalah urusan kalian berdua. Aku tak ingin ikut campur, tapi kemudian, ketika aku melihat bagaimana Henry hancur, bagaimana dia hampir kehilangan dirinya sendiri karena kesedihan, aku menyesal." Margarita menghela napas panjang, se

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 57. Belahan jiwa

    Keduanya duduk dalam keheningan, menikmati pemandangan taman yang perlahan tertelan warna senja. Mata biru Margarita menerawang jauh, seakan menembus waktu dan mengingat kembali masa-masa yang telah berlalu."Henry sangat sedih setelah bercerai darimu," kata Margarita tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh makna.Aurora menoleh, terkejut. "Eh?"Margarita tersenyum kecil, menatap cucu menantunya dengan penuh kasih. "Kalian kira aku tidak tahu?" Ia menggeleng pelan. "Tidak ada rahasia yang bisa disembunyikan dariku."Aurora menunduk, rasa bersalah menyusup ke dalam hatinya. Selama ini ia mengira hanya dirinya yang terluka, karena perpisahan itu, tetapi ia lupa bahwa Henry pun mungkin merasakan luka yang sama atau bahkan lebih dalam."Pria bodoh itu," lanjut Margarita, nadanya mengandung rasa sayang yang begitu dalam. "Dia pikir dengan menceraikanmu, dia memberimu kebebasan, memberimu kesempatan untuk bahagia, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Aku sering menemukannya menangis diam-dia

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 56. Bayang-bayang kegelisahan

    Henry tidak mengalihkan tatapannya, malah semakin dalam menatap Aurora, seolah ingin menggali isi hatinya. "Aku tidak pernah lebih serius dari ini." Aurora menelan ludah, hatinya berdebar kencang. Ia memilih kata-kata dengan hati-hati, takut melukai pria yang kini menatapnya seolah dirinya adalah satu-satunya hal berharga di dunia ini. "Aku tidak ingin gagal lagi dalam pernikahan kita," ujarnya lirih. "Aku... aku masih belum siap." Henry terdiam sejenak, seakan menelan setiap kata yang baru saja keluar dari bibir Aurora. Lalu, dengan penuh kesabaran, ia berkata, "Aku mengerti." Jemarinya menyusuri pipi Aurora dengan kelembutan yang begitu hati-hati. "Kamu masih meragukanku. Kamu takut aku belum benar-benar berubah, takut aku akan mengulangi masa lalu yang menyakitimu." Henry menarik napas dalam, matanya berkabut dengan emosi. "Tapi setidaknya, beri aku kesempatan untuk memperbaikinya. Aku mohon, Aurora." Aurora memandangnya, dan saat itulah ia melihat sesuatu di mata pria itu—ses

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 55. Lamaran pernikahan

    Alih-alih menjawab, Aurora justru menarik kerah kemeja Henry dan kembali menyatukan bibir mereka dalam ciuman yang lebih dalam, lebih penuh perasaan. Kali ini, tidak ada keraguan di antara mereka hanya ada cinta yang mengalir begitu deras di antara bibir yang saling menyatu dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Aurora merasa pulang. Aurora nyaris tak sempat menarik napas ketika Henry menariknya lebih dekat, tubuh mereka menyatu dalam gelombang kehangatan yang mendesak. Ciuman pertama hanyalah awal sebentuk godaan, sebuah janji. Namun, begitu bibir mereka bersentuhan lebih dalam, semuanya runtuh. Tidak ada ruang untuk kebohongan atau penyangkalan. Lidah Henry menyusup masuk, mengklaim, menuntut, seolah ingin mengingatkan Aurora bahwa di antara mereka tidak pernah ada kata "cukup." Aurora seharusnya menjauh, seharusnya menolak, tetapi bibirnya dengan sendirinya membalas—lapar, haus akan sentuhan yang begitu akrab namun terasa baru. Henry mengerang rendah saat Aurora merema

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 54. Tenggelam dalam pesona

    Aurora menatapnya dengan senyum jahil, merasa puas telah berhasil membuat Henry terdiam. "Kenapa? Tidak menyangka aku akan melakukan itu?" tanyanya dengan nada menggoda.Henry menelan ludah, kemudian tiba-tiba ia meraih pinggang Aurora dan menariknya ke dalam pelukannya, membuat wanita itu terkesiap."Kalau begitu, aku juga mau coba rasa es krim dari bibirmu," bisik Henry sebelum mendekat, wajahnya hanya beberapa inci dari Aurora.Aurora refleks menutup mata saat bibir Henry menyentuh sudut bibirnya, mengecupnya dengan lembut. Itu hanya sentuhan ringan, tetapi cukup untuk membuat Aurora merasakan gemuruh perasaan yang sudah lama ia tekan dalam hatinya."Henry...." bisiknya, nyaris tanpa suara.Henry menjauh sedikit, menatapnya dalam. "Aurora...." suaranya rendah dan penuh perasaan. Aurora menggigit bibirnya, perasaannya bercampur aduk. Tetapi sebelum ia bisa mengatakan apa pun, Henry mengelus pipinya yang masih berlumuran es krim.Lalu, tiba-tiba Henry menyeringai lagi. "Tapi aku bel

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 53. Perang es krim

    Henry rela melakukan apa pun, termasuk mempermalukan dirinya sendiri, jika itu bisa membuat Aurora tertawa seperti ini lagi.Henry mengusap tengkuknya, tersenyum kecil. "Aku tahu aku buruk dalam menari, tapi kalau itu bisa membuatmu tertawa seperti ini, aku rasa tidak terlalu buruk juga."Aurora menggeleng-geleng sambil masih terkikik. "Oh, Henry. Aku harus mulai sering menyuruhmu melakukan hal-hal aneh seperti ini."Henry menelan ludah. "Tolong, jangan!"Aurora menatapnya dengan mata berbinar penuh rencana. "Kita lihat saja nanti."Henry mendengus, menaruh tangan di pinggang. "Jadi, bosku yang terhormat, ada permintaan lain?"Aurora menatapnya dengan mata berbinar penuh kejahilan. "Aku ingin es krim."Henry mengangguk. "Baiklah, aku akan mengambilkannya untukmu."Namun, Aurora mengangkat satu jari, menatapnya serius. "Tapi aku mau yang banyak! Sangat banyak! Aku ingin bisa makan es krim sampai hatiku puas!"Henry menghela napas, tapi kemudian tersenyum kecil. "Baik, Tuan Putri. Aku a

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 52. Bayang-bayang masa lalu

    Henry terdiam, pikirannya berputar cepat. "Apa yang dia katakan?" "Jika kamu tidak mau menemuinya, dia akan mengungkap semuanya. Dia akan memberi tahu dunia siapa ayah dari anaknya. Dia mengancammu, Henry." Henry mendengus marah. "Dia tidak akan berani melakukan itu." Florien mendecak. "Oh, percayalah, seorang wanita yang terpojok bisa melakukan apa saja. Kamu mungkin menganggap ini hanya gertakan, tapi aku yakin dia benar-benar akan melakukannya." Henry mengebrak meja dengan kepalan tangan yang mengeras. "Sial!" Dadanya naik turun. Baru saja ia merasa kehidupannya kembali menemukan arah—Aurora, kebahagiaan yang mulai ia bangun kembali dan sekarang, masalah ini datang menghantamnya seperti ombak besar yang menghancurkan segalanya. Florien menghela napas. "Apa Aurora sudah tahu?" Henry menggeleng. "Tidak dan dia tidak boleh tahu." "Bagus. Jangan sampai dia tahu atau kamu akan kehilangan dia lagi selamanya. Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian berdua." Henry mengep

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 51. Wajah penuh harap

    Sang dokter tersenyum tipis lalu pergi, meninggalkan mereka bertiga di kamar. Henry duduk di tepi ranjang dan menghela napas panjang. "Nenek benar-benar membuat kami khawatir! Aku hampir kena serangan jantung juga, tahu!" Aurora mengangguk setuju sambil menghapus air mata yang sempat jatuh. "Iya, Nek. Sebaiknya Nenek tidak terlalu banyak beraktivitas. Aku takut terjadi sesuatu pada Nenek." Margarita tersenyum, lalu meraih tangan Aurora dengan genggaman hangat. Ia menatap wanita itu dengan mata penuh harap. "Aurora, kamu sayang pada Nenek, kan?" Aurora terdiam sejenak, lalu mengangguk. Ia tahu, di balik semua tingkah dan kelicikan Margarita, wanita itu hanya ingin melihat keluarganya bahagia. Namun, ia juga merasa ada sesuatu yang mencurigakan di balik pertanyaan itu. "Tentu saja. Aku sudah menganggap Nenek sebagai Nenekku sendiri." Margarita tersenyum penuh kemenangan. "Kalau begitu, apa kamu mau tinggal sedikit lebih lama di sini?" Henry nyaris tersedak udara. Ia menoleh ke a

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 50. Sandiwara Margarita

    Pelayan itu menelan ludah. "Tapi kalau Tuan Muda tahu, dia pasti akan marah."Margarita terkekeh pelan, suaranya penuh keyakinan. "Percayalah! Begitu dia tahu alasan di balik ini semua, dia akan berterima kasih."Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki berlari-lari di luar."Ah, akhirnya mereka datang." Margarita buru-buru menutup matanya. Sebelum itu, ia sempat menoleh pada Nicholas dan memperingatkan dengan suara pelan, "Ingat, kau harus terlihat sedih. Kalau perlu, keluarkan air mata. Jika tidak, kau kupecat!"Nicholas menghela napas, bersiap memainkan perannya.Pintu kamar terbuka dengan keras, hampir membentur dinding. Henry masuk lebih dulu, napasnya tersengal, wajahnya penuh kepanikan. Aurora menyusul di belakangnya, matanya dipenuhi kecemasan."Nenek!" Suara mereka berseru hampir bersamaan.Henry langsung berlutut di samping ranjang dan meraih tangan Margarita. Matanya yang biasanya tajam kini tampak kaca-kaca. Dengan suara parau, ia berkata, "Nek, jangan mati dulu! Aku belum

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status