Share

Bab 87. Harapan

Author: Miarosa
last update Last Updated: 2025-05-25 03:48:30

Bersama-sama, George dan Martha membawa wanita itu masuk ke dalam rumah, tubuhnya yang lemas nyaris tak berbobot di pelukan mereka. Dengan hati-hati, mereka membaringkannya di sofa yang hangat, jauh dari dinginnya malam yang nyaris merenggut nyawanya.

Martha bergegas ke dapur, mengambil handuk kering dan semangkuk air hangat. Tangannya gemetar saat ia mulai membersihkan luka-luka di tubuh wanita itu.

Saat handuk menyentuh kulit pucat yang dingin, Martha mengernyit. Luka gores di lengan dan kakinya begitu dalam, seolah ia telah melalui sesuatu yang mengerikan. Dahinya membengkak, dan lebam menghiasi sebagian besar tubuhnya.

"Ya Tuhan!" bisik Martha, suaranya dipenuhi kepedihan.

George, yang berdiri di dekatnya, menatap luka-luka itu dengan rahang mengatup rapat. Ia bisa merasakan amarah dan kepedihan bercampur dalam dadanya.

Siapa yang telah melakukan ini padanya?

"Aku tidak suka ini, George." Mata Martha berkaca-kaca. "Lukanya cukup parah. Kita harus membawanya ke rumah sakit."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 88. Di bawah cahaya rembulan

    "Aku juga bersyukur memilikimu, Vernon." Mereka kembali berpelukan erat, membiarkan kehangatan tubuh mereka menjadi satu, seakan tak ada yang bisa memisahkan mereka. "Kita akan membangun rumah di dekat pantai," bisik Florien dengan mata terpejam, membiarkan dirinya tenggelam dalam impian mereka. "Dengan taman yang luas, tempat kita bisa menanam berbagai macam bunga." Vernon tersenyum, membayangkan semua itu seolah nyata. "Dan kita akan memiliki seekor anjing kecil yang lucu untuk menemani anak-anak kita bermain." Florien terkekeh. "Tentu saja dan kita akan sering pergi berlibur bersama. Mengukir kenangan indah yang tak akan pernah kita lupakan." Mereka terus bercerita, membangun dunia kecil mereka sendiri di bawah sinar bulan. Mereka membayangkan suara tawa anak-anak mereka bergema di halaman belakang, jemari kecil yang menggenggam tangan mereka, pelukan hangat yang mengusir segala lelah. Vernon menghela napas pelan, lalu berbisik, "Aku tidak sabar untuk melihat anak-anak kita t

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 87. Harapan

    Bersama-sama, George dan Martha membawa wanita itu masuk ke dalam rumah, tubuhnya yang lemas nyaris tak berbobot di pelukan mereka. Dengan hati-hati, mereka membaringkannya di sofa yang hangat, jauh dari dinginnya malam yang nyaris merenggut nyawanya. Martha bergegas ke dapur, mengambil handuk kering dan semangkuk air hangat. Tangannya gemetar saat ia mulai membersihkan luka-luka di tubuh wanita itu. Saat handuk menyentuh kulit pucat yang dingin, Martha mengernyit. Luka gores di lengan dan kakinya begitu dalam, seolah ia telah melalui sesuatu yang mengerikan. Dahinya membengkak, dan lebam menghiasi sebagian besar tubuhnya. "Ya Tuhan!" bisik Martha, suaranya dipenuhi kepedihan. George, yang berdiri di dekatnya, menatap luka-luka itu dengan rahang mengatup rapat. Ia bisa merasakan amarah dan kepedihan bercampur dalam dadanya. Siapa yang telah melakukan ini padanya? "Aku tidak suka ini, George." Mata Martha berkaca-kaca. "Lukanya cukup parah. Kita harus membawanya ke rumah sakit."

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 86. Dalam dinginnya sungai

    Di luar, matahari mulai tenggelam. Dan dalam hati Henry, cahaya yang pernah menyinari dunianya terasa semakin redup. "Kau salah, Henry." Suara Archer terdengar tajam, tapi juga sarat dengan sesuatu yang lebih dalam—ketakutan, mungkin. "Darah itu mengalir dalam dirinya. Siapa tahu suatu saat nanti, dia akan melakukan hal yang sama padamu." Darahnya berdesir. Henry menatap ayahnya, mata caramelnya yang biasanya hangat kini menyala dengan kemarahan. "Ayah, kau selalu menyalahkan Aurora!" suaranya bergetar. "Kau tidak pernah mau melihat kebaikan dalam dirinya. Kau hanya melihat masa lalu, melihat dosa ayahnya, tapi kau menutup matamu terhadap siapa Aurora sebenarnya!" Archer menghela napas, lalu berdiri. Langkah-langkahnya berat saat ia mulai berjalan mondar-mandir, seakan mencari cara untuk menjelaskan sesuatu yang tak bisa dijelaskan. "Aku hanya ingin melindungimu," katanya, suaranya melembut. "Aku tidak ingin kau terluka lagi." Henry terkekeh pahit. Terluka? "Aku sudah terluka

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 85. Kehampaan

    Setibanya di jembatan, Henry melihat kerumunan orang, garis polisi, dan mobil-mobil patroli yang lampunya masih berkedip-kedip. Ia keluar dari mobil dengan langkah gemetar. Udara dingin menusuk kulitnya, namun yang lebih menusuk adalah kenyataan bahwa Aurora mungkin ada di bawah sana, terjebak dalam gelapnya sungai Thames. Matanya tertuju pada pagar pembatas jembatan yang rusak—bekas benturan keras yang menandai titik terakhir Aurora berada di dunia ini. Di bawah jembatan, beberapa perahu karet dan penyelam masih menyisir sungai, mencari sesuatu yang mungkin sudah terlambat untuk ditemukan. Henry melangkah ke tepi jembatan, menatap ke bawah. Gelombang hitam sungai yang tenang terasa begitu kejam. Seolah-olah air itu telah menelan Aurora tanpa belas kasihan, menyembunyikannya di dasar yang dingin dan tak tersentuh. Air matanya kembali mengalir. Ia tidak bisa menerima ini. Tidak dengan cara seperti ini. Tangannya mencengkeram pagar jembatan yang dingin, tubuhnya terasa lemas. Napasn

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 84. Kemarahan dan air mata

    Rosamaria menatap Henry dengan ekspresi penuh keterkejutan, sementara Vernon tampak sulit mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Florien menggertakkan giginya, matanya menatap tajam ke arah Henry, tapi tak ada yang berkata apa-apa dan di dalam keheningan itu, Henry sadar. Tak peduli seberapa dalam penyesalannya. Tak peduli seberapa besar rasa sakit yang ia rasakan. Ia mungkin sudah kehilangan segalanya. "Aku tahu aku salah meninggalkan Aurora seperti itu." Suara Henry lirih, nyaris tak terdengar. "Tapi saat itu, aku... aku tidak bisa berpikir jernih. Aku merasa dikhianati, dibohongi. Aku...." "Tapi kau memilih menyakitinya?" potong Jesselyn, suaranya bergetar menahan amarah dan air mata. "Kau memilih menghancurkan hatinya, Henry? Kau memilih membiarkannya sendirian, terluka, di hari yang seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya?" "Jesselyn," tegur Rosamaria, mencoba meredam emosi. "Tidak, bibi Rosamaria!" Jesselyn menoleh tajam. "Henry salah! Dia seharusnya tida

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 83. Seribu penyesalan

    Ada sesuatu dalam suara William yang membuat jantung Henry berdetak lebih cepat. Keingintahuan bercampur ketakutan merayapi dirinya. Dengan tangan dingin, ia meraih remote dan menyalakan TV. Dan saat layar menyala— Dunia Henry berhenti berputar. KECELAKAAN MAUT DI JEMBATAN WESTMINSTER: MOBIL TERJUN KE SUNGAI THAMES, KORBAN BELUM DITEMUKAN Berita utama terpampang jelas di layar. Henry menelan ludah, pandangannya terpaku pada gambar mobil yang hancur, separuh tenggelam di sungai. Mobil itu. Mobil yang begitu dikenalnya. Mobil yang terakhir kali dikendarai oleh Aurora. Suaranya reporter bergema di kepalanya. "Sebuah mobil sedan berwarna merah terjun ke Sungai Thames kemarin sore." Henry tidak bisa bernapas. "Korban yang belum ditemukan adalah…." Tidak. Tidak. Jangan. "Aurora Stockwell." Seketika, seluruh dunianya runtuh. Nama itu menusuk dadanya seperti belati yang mematikan. Aurora. Aurora yang ia cintai. Aurora yang ia tinggalkan. Aurora yang kini hilang. Tubuh He

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 82. Di antara doa dan air mata

    Sementara itu, Jesselyn terduduk lemas di sofa, wajahnya seputih kertas. Tangannya mencengkeram dadanya, berusaha meredakan kepanikan yang mulai menyesakkan. Tatapannya kosong, sulit menerima kenyataan bahwa calon adik ipar mereka mungkin tak akan pernah kembali. Florien menatap mereka satu per satu, dan tanpa sadar, air mata mulai mengalir di pipinya. Melihat orang-orang yang ia cintai hancur seperti ini membuat hatinya ikut remuk. Vernon menelan ludah, berusaha menguatkan diri untuk melanjutkan, tapi kata-kata itu begitu sulit untuk keluar dari bibirnya. "Polisi sudah melakukan pencarian sejak tadi malam." Suaranya bergetar, hampir tidak terdengar. "Tapi sampai sekarang mereka belum menemukan Aurora." Keheningan menyergap ruangan, begitu pekat hingga suara isak tangis Rosamaria terdengar menyayat hati. Margarita masih melantunkan doa dengan suara lirih, tangannya menggenggam rosario begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Di sudut ruangan, Vernon berdiri mematung. Dada

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 81. Hilang bersama senyap

    "Tidak... tidak mungkin." Suara Florien nyaris tak lebih dari bisikan, suaranya gemetar. "Aku tahu ini sulit dipercaya, Flo," suara Vernon terdengar berat, seolah ia berjuang keras menahan emosinya. "Aku juga masih syok. Aku sedang di tempat kejadian sekarang." Tangis Florien pecah begitu saja. Ia tak sanggup menahannya. Air matanya mengalir deras, membasahi pipinya, jatuh ke lantai tanpa suara. Kedua kakinya melemas, hampir saja ia terjatuh jika tangannya yang bebas tidak segera mencengkeram pinggiran sofa. "Flo?" Suara Vernon kembali memanggil. "Apa kamu masih di sana?" "I-iya." Napasnya tersengal. "Apa... apa Aurora selamat?" Hening sejenak di seberang sana. Seakan Vernon butuh waktu untuk mengumpulkan keberanian sebelum akhirnya menjawab dengan suara yang hampir patah. "Para penyelamat belum bisa menemukan Aurora." Florien menutup mulutnya, berusaha menahan isakan yang semakin membesar. "Pencarian dihentikan untuk malam ini," lanjut Vernon dengan suara putus asa. "Mereka

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 80. Di antara penyesalan dan kehilangan

    Henry duduk di tepi ranjang hotel, membiarkan tatapannya jatuh ke jendela besar yang menampilkan pemandangan kota yang terang benderang. Namun, cahaya itu tak bisa menembus kegelapan yang bersarang di hatinya.Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, mencoba mengusir rasa bersalah yang semakin menjeratnya seperti rantai besi.Ia meninggalkan Aurora.Lagi.Ia seharusnya bisa menebus kesalahannya di masa lalu, tetapi sekali lagi, ia justru menghancurkan wanita yang paling ia cintai. Ia pikir keputusannya sudah benar. Ia pikir dengan menjauh, ia bisa menghindari luka yang lebih dalam, tapi ternyata, rasa sakit itu tetap ada dan kini, lebih buruk dari yang pernah ia bayangkan.Dan sekarang...Sekarang mungkin sudah terlambat.Henry merasakan dadanya sesak. Ia tak pernah tahu seperti apa rasanya kehilangan seseorang yang begitu berharga sampai sekarang.Ia tak akan pernah bisa mengatakan bahwa ia masih mencintainya.Tak akan pernah bisa meminta maaf atas semua kesalahan yang ia buat. Tak ak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status