Share

3

Auteur: mapoeri
last update Dernière mise à jour: 2024-04-02 20:58:09

Catur menjemput Nina pukul tiga sore, wanita itu tidak pergi ke butik juga membatalkan beberapa janji temu untuk rapat hari ini. Dia membatalkan seluruh kegiatannya dan hanya berdiam diri di rumah.

Dia tidak mampu berpikir dengan jernih, ada tiga orang laki-laki yang bersamanya saat itu dan hanya Tikta yang tertinggal disana. Sedangkan Catur dan satu orang lagi, Gata sama sekali tidak terlihat.

“Apa yang terjadi?” Nina masih penasaran, dia ingin tahu siapa yang melakukan hal itu padanya.

“Lo kenapa sih Nin?” Catur menoleh kearahnya, mereka kini sedang berada di dalam mobil menuju kediaman Julie. Anak sulung Julie, Kiran berulangtahun ke 5 hari ini. Sudah dari jauh-jauh hari mereka mendapatkan undangannya.

“Gue nanti cerita kalau kita sudah sampai ke rumah Julie.” Jawab Nina, tidak menoleh sedikitpun kepada Catur dan hanya melihat jalanan di samping jendela mobil.

“Oke oke,” Catur berkata, tidak bertanya lebih karena dia tahu benar bagaimana seorang Gianina. Dia tidak ingin perempuan itu malah ngoceh tidak jelas jika dia mendesak. “Ulang tahun Kiran setiap tahun kayaknya semakin meriah aja.” Ujarnya sambil membelokkan mobilnya masuk ke dalam perumahan elite dengan rumah-rumah tinggi menjulang.

Di depannya terpampang begitu banyak mobil terparkir dengan tenda besar di depan, tamu-tamu yang wajahnya dikenal publik hadir disana.

“Ini bukan sekedar ulang tahun anak kecil, dari dulu juga ulang tahun Kiran cuma alasan buat bangun koneksi orang-orang itu ke Leo ‘kan?” Nina menanggapi, menunggu Catur menghentikan mobilnya dan parkir di bahu jalan.

Suami Julie, Leonatan Yogaswara adalah seorang wakil bupati muda. Ini tahun ketiganya menjabat, dan setiap kali Kiran berulang tahun para koleganya diundang untuk menghadiri pesta tersebut. Pesta yang hanya menjadi sebuah kamuflase dimana pria itu melebarkan sayap koneksinya untuk bertahan lebih lama di dunia politik.

“Habis jadi bupati dia ngincer apa? Gubernur?” Catur keluar dari mobil, menutup pintu mobil dan merapikan bajunya.

“Gak tertarik untuk tahu lebih lanjut.” Ungkap Nina sambil menaikkan kedua bahunya.

Dia tidak pernah tertarik dengan apa yang diingkan oleh suami Julie, bukan urusannya. Dia hanya ingin bertemu Kiran. Nina tidak begitu suka anak kecil, baginya anak kecil hanyalah separuh manusia belum sempurna. Merepotkan, perlu diurus segala kebutuhannya, tidak bisa diandalkan, jago merengek dan hanya menangis.

Euh. Memikirkannya saja dia sudah bergidik.

Berbeda dengan anak-anak lain, dia menyukai Kiran. Sejak Julie mengandung, dia sudah jatuh cinta pada janin di perut sahabatnya itu. Mungkin karena Julie sempat tinggal bersamanya sampai Kiran dilahirkan.

SELAMAT ULANG TAHUN CHARAKA KIRAN YOGASWARA!

Banner besar itu menyambut kedatangan Catur dan Nina.

“Hei! Kok telat banget sih datangnya?” Julie datang menyambut keduanya.

“Yang penting belom tiup lilin ‘kan?”

Julie menoleh kearah Catur, “Kenapa tuh temen lo? Masih ngambek gara-gara ditinggal balik?” Katanya, meledek Nina yang sepertinya sedang dalam mood tidak baik.

“Daritadi senggol bacok terus.” Catur menjawab sekenanya.

“Tante Nina!!!!” Suara bocah berusia lima tahun itu memekik nyaring ketika matanya menangkap sosok Nina, dia berlari dengan kedua tangan terbentang.

“Astaga sayangku duniaku!” Kini Nina memekik juga, memeluk si kecil Kiran. Sikapnya begitu berbeda ketika berbicara dengan kedua orang dewasa di belakangnya. “Selamat ulang tahun ganteng!” Ucapnya, mencium kedua pipi gembul milik Kiran.

“Tante bawa apa?” Bocah itu bertanya dengan mata berbinar. Tentu saja, bocah ini hanyalah bocah lima tahun yang menanti kado ulang tahun.

“Kado ulang tahun untuk Kiran dari tante baru dikirim besok, karena terlalu besar tidak bisa dibawa hari ini..” Ucapnya, Kiran menatapnya dengan penuh antusias memikirkan apa gerangan kado ulang tahun dari tante kesayangannya itu.

“Lo ngasih Kiran apaan? Jangan aneh-aneh deh, rumah gue gede tapi kalau harus nambah mainan bisa-bisa gue sama laki gue gak bisa napas di dalam.” Julie menginterupsi keduanya dan meminta pengasuh Kiran membawa bocah itu masuk ke dalam, bersiap untuk memulai acara ulang tahun.

“..Kart..” Nina menjawab dengan pelan, tahu kalau Julie akan mengoceh setelah mendengar kado yang dia berikan pada Kiran.

“Ha? Apaan?”

“…GoKart..” Ujarnya dan Julie menjitak kepalanya.

“Gila! Lo gila! Mau disimpen dimana?!”

Catur hanya menepuk dahinya, kedua orang ini jika orang lain tidak mengenal mereka dengan baik mungkin akan menyangka keduanya adalah musuh bebuyutan. Dimanapun dan kapanpun pasti selalu cekcok, entah masalah besar ataupun sepele. Ocehan Julie berhenti ketika MC memulai acara, seperti kebanyakan pesta ulang tahun pada umumnya, Julie dan suaminya Leo naik keatas panggung bersamaan dengan Kiran.

Mereka bernyanyi, meniup lilin dan bermain permainan sebentar sebelum akhirnya sibuk dengan urusan masing-masing. Kini Catur, Nina dan Julie berada di belakang, pendopo milik Julie yang cukup jauh dari rumah utama.

“YANG BENER?!” Suara Catur dan Julie terdengar begitu kencang ketika Nina menceritakan apa yang terjadi dengannya pagi ini.

“Astaga! Jangan bikin malu gue dong, bisa gak sih reaksinya tuh santai?” Nina protes, memutar matanya, dia duduk di depan Catur dan Julie yang tengah merokok. Dia sendiri tidak begitu santai setelah bercerita pada keduanya.

“Terus? Itu lo yakin yang keluar dari selangkan lo, sperma?” Julie duduk di samping Nina, mematikan rokoknya. Dia tahu Nina tidak kuat dengan asap rokok jika terlalu lama.

“Ya gue yakinlah, apalagi yang keluar dari sana? Masalahnya, Tikta keluar dari kamar yang berbeda sama gue.”

“Gue balik jam tiga, yang terakhir disana Tikta sama Gata.” Catur berkata, masih berdiri agak jauh dari Nina dan Julie, menghabiskan sebatang rokok yang terhimpit di jemarinya.

“Bentar, ini masuknya pemerkosaan gak sih? Kita bisa laporin.” Julie kemudian menatap Nina yang terdiam, mengigit bibir bawahnya.

“Kita gak tahu siapa yang ngelakuinnya.” Catur menanggapi, menghisap rokoknya sekali lagi. “Lo gak inget Nin?”

Nina menggeleng pelan, “Gak sama sekali Tur. Gue belom ada obrolan panjang sama Tikta, dia tadi chat gue katanya minta ketemu.”

“Kalau di tempat kejadian cuma ada Tikta, ya berarti dia doang yang bisa jadi tersangka?” Ucap Julie, membuat gestur tanda kutip dengan jari-jarinya ketika menyebut kata ‘tersangka’

Nina menghela napas, “Gue gak inget sama sekali, gue bahkan gak ingat bilang ke Catur kalau gak mau pulang.”

“Tikta gimana? Ingat sesuatu?” Catur menoleh, membuang rokoknya yang sudah hampir habis.

Nina menggeleng lagi.

Buntu.

“Nin, lo ada minum pil KB?” Tiba-tiba Julie bertanya, menggenggam tangan Nina erat.

“Ngapain? Gue gak pernah begitu, gue belom permah ngapa-ngapain.” Ujarnya dengan terkejut.

“Nin, orang yang ngelakuin itu ke lo, dia buang spermanya di dalam. Kita gak tahu lo lagi dalam masa subur atau gak.”

DEGG. Jantung Nina berdegup kencang, hatinya seperti mencelos jatuh ke dasar ketika Julie berkata demikian. Dia tidak pernah memikirkan hal itu sama sekali.

“Gue rasa lo harus ketemu Tikta segera dan cari tahu, kalau emang Tikta yang ngelakuin dan ada apa-apa, lo bisa nuntut dia. Gimanapun, ini termasuknya pemerkosaan dan pelecehan seksual.” Kata Julie lagi.

Nina menggigiti kukunya, menatap kedua sahabatnya kaku, “Gue bilang ke Tikta untuk lupain semuanya dan gue gak akan nuntut apa-apa dari dia.”

Julie dan Catur hanya terdiam, menatap Nina tidak percaya.

[Tolong respon chat saya, saya ingin bertemu hari ini. Tikta.]

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - PAVITA [END]

    Aku mencintai keluargaku.Namun ketika tahu kalau papa kami bukanlah orangtua kandung abang, aku sedikit bingung untuk bereaksi apa. Ada kalanya abang bilang kalau dia dan papa tidak begitu mirip, saat itu aku pikir dia terlalu berpikiran negatif karena omongan orang lain mengenai betapa tidak miripnya mereka kerap kali terdengar.“Kamu sudah dengar sendiri, papa bukan orangtua kandungku.”“Tapi, papa tetaplah orangtua kita.”“Orangtuamu.” Katanya menatapku dengan penuh rasa sedih.Aku tahu betapa memiliki seorang ayah adalah harapan terbesar kami, patah hatinya kurasakan meskipun dia tidak bilang dengan terus terang. Tatapan mata penuh kesedihan itu sudah bisa menjadi jawaban bagaimana pada akhirnya dia harus mengiyakan ucapan orang-orang mengenai betapa beda dia dan papa.Dan, pada dasarnya, mereka memang berbeda.“Abang masih marah?” Tanya Ibu ketika melihatku turun dari lantai dua, matanya terlihat bengkak dan suaranya agak serak. Di depan ibu yang tengah duduk di kursi meja makan

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - RAGNALA TIKTA [2]

    “Ga..” Papa memelukku ketika ibu menyampaikan kabar duka tentang kepergian ayah padaku. Ibu sudah menangis dengan begitu histeris, Pavita memeluknya berusaha menenangkan.Papa kemudian membawa kami pulang ke Indonesia, dimana ayah akan dikebumikan. Tidak ada siapapun disana selain kami sebagai keluarganya, hanya ada rasa kesepian yang berat. Tangis yang keluar hanya muncul dari ibu dan juga sahabatnya, tante Julie. Selain itu aku hanya menatap tubuh ayah yang sudah kaku.Ketika pemakaman sudah berakhir, ibu dibawa kembali ke kamar hotel oleh Pavita. Sedangkan aku dan papa masih berdiam diri di depan makam ayah.“Ucapkan salam terakhirmu.” Kata papa sambil mengelus punggungku.“Kenapa dia meninggalkanku?”Papa menoleh, tahu benar kalau aku tidak tengah mencari jawaban atas pertanyaan yang baru saja kulontarkan. Aku tidak menginginkan jawaban.“Aku bahkan belum mengenalnya dengan baik.”Dan sejurus kemudian airmataku mulai meleleh, tangisku pecah.Ayah menghela napasnya, seperti tahu in

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF- RAGNALA TIKTA [1]

    “Itu papa?” Tanyaku pada ibu yang kemudian mengangguk pelan sambil menggendong adikku, Pavita.Aku ingat benar momen itu, momen dimana orang yang selama ini aku pikir tidak pernah ada di hidup kami kemudian muncul dengan senyum lebar. Segala kecanggungannya begitu terasa di setiap ujung jari yang merangkul aku dan adikku dengan erat.Selama hanya ada kami bertiga, ibu selalu menghindari pertanyaanku mengenai sosok seorang ayah. Ada kalanya, keperluan sekolah membuatku bertanya apakah aku memiliki seorang ayah yang nantinya akan ibu jawab dengan isakan tangis atau hanya anggukan.Tidak ada penjelasan sampai ia kemudian mulai menyinggung bahwa beberapa orang memiliki ayah lebih dari satu orang. Aku yang masih terlalu kecil tidak begitu mengerti hingga akhirnya menyadari kalau yang ibu maksud beberapa anak memiliki dua orang ayah salah satunya adalah diriku.Pertemuan dengan papa begitu canggung, Pavita sampai tidak berani mendekat karena masih belum terbiasa dan merasa bahwa pria di dep

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - RAGNALA CATUR [2]

    “Hi, aku ayah kamu. Catur Rangga.”Aku masih begitu mengingat bagaimana akhirnya kami bertemu. Catur Rangga adalah ayah biologisku. Orang yang terlihat biasa saja, tingginya mungkin sekitar seratus tujuh puluh senti sekian, kulitnya seputih susu persis denganku.Ketika aku melihat wajahnya, aku baru mengerti.Ah, itulah kenapa orang-orang bilang aku tidak mirip dengan Pavita karena pada dasarnya aku mirip dengan orang ini. Hampir sembilan puluh persen fitur wajahku benar-benar mirip dengannya.Dia menyondorkan tangannya dengan canggung ketika pada akhirnya aku menyambut uluran tangan itu dan menjabatnya, tangannya berkeringat dan dingin. Aku rasa bukan hanya aku yang merasa gugup.Aku duduk di depannya, kami memilih meja berkursi dua berhadapan di pojok sebuah coffee shop. Papa mengantarku dengan mobil dan tengah menungguku di ujung jalan, dia bilang tidak akan ikut dan hanya ingin membuatku menikmati waktu bersama ayah biologisku.Pria itu masih menunduk di depanku, aku bisa mengerti

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - RAGNALA CATUR [1]

    Ketika aku mulai tumbuh remaja, ibu selalu bicara mengenai ayah. Bahwa di dunia ini ada beberapa anak yang memiliki dua ayah.“Ada yang punya ayah secara biologis, ada juga yang tidak.”“Maksudnya bagaimana bu?” Tanyaku kala itu ketika ibu tiba-tiba bicara mengenai hal yang baru saja dia ucapkan, kami tengah berada di dalam mobil.Sore sudah menjelang, langit berwarna jingga dan hanya ada kami berdua di parkiran daycare adikku.“Ya, ada yang kita panggil ayah namun bukan orang yang memberi kita kehidupan. Tapi dia adalah sosok yang menjelma sebagai ayah yang kita tahu sebagai anak. Ada juga seorang ayah yang memberikan kita kehidupan dan mungkin karena satu hal dia tidak menjadi sosok yang kita tahu.”Kalimat ibu begitu rumit, aku yang masih kecil tidak mengerti.Pembahasan itu berakhir begitu saja ketika adikku datang dan masuk ke dalam mobil dengan senyum lebar di wajahnya.Pembahasan ibu mengenai

  • Ayah dari Anakku Ternyata   SPIN OFF - CATUR GATA

    Catur menatap pria di depannya, pria yang selama beberapa bulan terakhir menghantuinya. Pria itu menuntut banyak hal dari Catur termasuk memaksanya untuk ‘membawa’ kembali Nina.“Gue sudah bilang gue gak akan diem aja, lo ngerti maksud gue gak?” Gata melotot, wajahnya terlihat begitu merah karena emosi sudah mencapai puncaknya. Dia berjalan kesana kemari di depan Catur yang masih duduk dengan rokok di sela jarinya.Pria itu sudah berkali-kali datang menemui Catur, ketika dia datang ke warehouse dan Catur mencoba untuk menggertak serta mengancamnya pria itu malah semakin menjadi-jadi ketimbang takut akan hal itu.“Bisa berhenti obsesi sama Tikta gak sih lo?” Catur menghisap rokoknya disela perkataannya, berusaha untuk tetap tenang juga menghadapi pria di depannya yang semakin lama dia yakini sebagai seorang dengan gangguan jiwa.Gata menghentikan langkahnya, dengan penuh kedramatisan dia menoleh pada Catur. Pria itu suda

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status