Lucas membaca kertas berisi informasi orang-orang yang mengirimkan hadiah untuk ibunya. Hampir semua bangsawan mengirimkan hadiah. Dari daftar nama bangsawan tersebut tercantum pula informasi hadiahnya. Kebanyakannya berupa perhiasan seperti permata atau berlian. Hanya saja Lucas tidak bisa menduga atau mengira-ngira siapa orang dan apa hadiahnya.“Apakah dari daftar ini ada bangsawan yang pernah berselisih dengan Chester?” tanya Lucas pada Julian.“Saya rasa Chester atau bahkan Nyonya Duchess tidak pernah menyinggung orang. Bahkan sebelum menikah dengan Tuan Duke beliau memiliki reputasi yang baik. Adapun jika motifnya cemburu atau iri, memilih meracuni orang saya rasa itu tindakan yang berlebihan.”Lucas terdiam mendengarkan jawaban Julian yang dalam hatinya ia setujui. Ibunya adalah sosok yang rendah hati dan baik pada semua orang. Ia tidak pandang bulu dalam memperlakukan orang-orang di sekitarnya. Dan benar perkataan Julian jika orang ini melakukan hal ekstrim seperti meracuni ha
Paginya Lucas bangun dengan perasaan lebih ringan. Mungkin semalam pembicarannya dengan ayahnya membuat salah satu bebannya terangkat sedikit. Setelah membagikan hal yang selalu membuatnya pusing memikirkannya kini ia sudah tak merasakannya. Memang benar pekerjaan terasa lebih ringan jika dikerjakan berdua daripada seorang. Setelah sarapan yang menyenangkan dengan kedua orangtuanya, Lucas menjalani jadwalnya seperti sebelum-sebelumnya. Jadwalnya selesai ketika menjelang sore, seperti biasa ia akan pergi menuju ruang kaca tempat ibunya berada. Di sana ia bisa melihat ibunya yang sedang merajut sesuatu. “Apa ibu sedang membuatkan sesuatu untuk adik?” tanya Lucas seraya mengambil tempat duduk di samping ibunya. Anna mendongak sejenak berhenti melihat kedatangan anaknya. Ia tersenyum lalu menjawab, “ya, ibu sedang membuatkan selimut untuknya. Perkiraan ia akan lahir di akhir musim gugur jadi pasti udaranya terasa dingin untuknya. Jadi dengan adanya selimut ini membantu tubuhnya untuk te
Dentingan gelas terdengar diselingi suara tawa. Ruangan yang terlihat megah dan mewah itu dihiasi dengan kain-kain yang terlihat mengkilap saat cahaya lampu jatuh mengenainya. Pada langit-langit tergantunglah lampu kristal yang menambahkan kesan mewah dalam ruangan tersebut. Pada setiap sudutnya tertata makanan dan minuman berbagai jenis yang dibuat oleh koki ahli yang telah berpengalaman hampir separuh abad. Nampak banyak orang berseragam pelayan membawakan berbagai hidangan untuk menjamu para tamu. Hari ini adalah pesta perayaan ulang tahun putra mahkota Albert serta menyambut debutnya di lingkungan sosial. Dengan begini putra mahkota Albert sudah dapat membantu tugas Raja Eron sebagai perwakilannya. Dirinya juga sudah dapat mengikuti rapat yang dipimpin oleh Raja. Setelah Raja Eron memberikan pidatonya yang berisi ucapan selamat serta dukungan secara langsung bagi putra mahkota Albert sebagai penerus penguasa kerajaan selanjutnya. Semua orang nampak berbaur mengelilingi Albert. B
Anna membungkuk memberi salam pada Ratu Camellia. “Salam saya Yang Mulia Ratu Camellia. Maaf atas keterlambatan salam saya.”Ratu Camellia mengangguk tersenyum menerima salam dari sang Duchess Chester. Ia meminta Anna duduk di sampingnya yang langsung saja nyonya bangsawan yang berada di dekatnya menyingkir dengan hati dongkol. Mau bagaimana lagi jika itu permintaan Ratu ia tak dapat menolak. Apalagi ada Duchess yang sedang hamil jika ia tak mau memberi kursinya bisa habis ia dikritik oleh seluruh orang.“Bagaimana kabarmu? Sekarang aku bisa melihat kehamailanmu dengan jelas,” ucap Camellia sambil sembari melirik ke arah perut Anna.“Berkat doa dan hadiah dari Anda saya baik-baik saja Yang Mulia. Sekali lagi terimakasih atas hadiahnya yang sangat berharga,” jawab Anna dengan tersenyum.Perbincangan diantara dua wanita yang cukup berpengaruh dalam kerajaan tersebut mengalir dengan ringan. Sesekali nyonya bangsawan lain ikut menimpali. Berawal dari mereka membicarakan topik kehamilan An
Malam semakin kelam cahaya bulan semakin terang. Terlihat kereta para bangsawan telah meninggalkan halaman istana menandai pesta telah usai. Para pelayan sibuk membereskan sisa pesta berlalu-lalang sepanjang lorong. Sementara para anggota kerajaan telah kembali ke kediaman masing-masing tak terkecuali Pangeran Alaric. Laki-laki itu melangkahkan kakinya sepanjang lorong dengan lampu gantung yang ia bawa sendiri. Tadi di tengah pesta seorang pelayan mendatanginya dan berbisik untuk mengunjungi kamar ibunya. Suara ketukan pintu terdengar pelan berasal dari Pangeran Alaric. Tak lama pintu terbuka ia melihat wajah familiar yang selalu berada di samping ibunya itu. “Yang Mulia sudah menunggu Pangeran,” ucapnya yang langsung mempersilakan masuk dan dia melangkah keluar membiarkan ibu dan anak itu mendapat waktu pribadi. “Kemarilah, anakku.” Terdengar suara yang memanggil Pangeran Alaric untuk mendekat. Dengan langkah ringan ia berjalan lalu bersimpuh meletakkan tangannya ke pangkuan sang i
Suara ketukan pintu terdengar membuyarkan pikiran Lucas begitu pula Anna yang sedari tadi menunggu jawaban keluar dari mulut anaknya. Seseorang masuk dan memberitahu bahwa Marchioness Alia —ibu Anna— telah datang bersama suaminya —Marquess Abel. Anna yang tadi sempat kesal pembicaraannya terinterupsi langsung berubah senang mendapati kedua orangtuanya telah datang. Ia langsung berdiri mengajak Lucas untuk menyambut mereka. Lucas mengikuti ibunya dengan hati yang lega. Tadi ia cukup tertekan dan bingung untuj menjawab pertanyaan ibunya. Berkat kedatangan kakek dan neneknya sejenak membuat ibunya lupa dengan topik pembicaraan mereka.Marchioness Alia langsung memeluk putrinya lalu mengusap perut buncit Anna. Ia tersenyum dengan ekspresi haru dan bahagia pada wajahnya. Marquess Abel pun juga memeluk anaknya dan mendaratkan ciuman pada kening sang putri. Pasangan Leonardo itu baru bisa datang berkunjung semenjak kehamilan Anna diumumkan. Mereka ingin datang langsung tetapi saat itu Marchi
Winna berjalan dengan terburu-buru. Ia memasuki kamarnya dengan napas terengah-engah. Jantungnya berdebar kencang tangannya gemetar. Diulurkannya tangan ke dalam saku seragamnya mengambil botol kecil yang selalu dibawanya setiap hari. Baru saja ia memakai cairan dalam botol tersebut. Cairan yang diklaim racun untuk membuat penderita merasakan tubuhnya lemah secara bertahap dan juga sulit untuk mendeteksinya.“Akhirnya …,” gumamnya dengan mata terpejam seraya tangan menggenggam erat botol itu.Hari ini keberuntungan berpihak padanya. Berkat kedatangan kedua orangtua Duchess Chester, ia memiliki kesempatan untuk menyajikan teh pada tamu. Dengan gerak cepat ia meneteskan racun itu dalam cangkir sang Duchess dan tepat saat ia menyimpan botol dalam sakunya datanglah mereka berempat. Setelah keluar dari ruangan ia bergegas kembali untuk meredakan debaran pada jantungnya.Hatinya benar-benar lega setelah berhasil menunaikan tugasnya. Selama ini ia sangat frustasi karena tak ada kesempatan un
Lucas menyampirkan telapak tangannya ke arah Alice untuk membantu gadis itu turun dari kereta kuda. Hari ini mereka berdua bersama Max dan beberapa pengawal datang ke alun-alun kota untuk mengikuti festival musim panas. Sesuai janjinya kemarin mengajak Alice datang ke acara festival yang diadakan oleh rakyat kerajaan sekaligus ajang bagis gadis itu untuk unjuk gigi kemampuan memanahnya. Lucas melirik dengan ujung bibir yang naik saat menatap hadiahnya untuk Alice tengah dibawa oleh salah seorang pengawal. Hal itu membuatnya sangat puas mengetahui barangnya darinya dipakai oleh gadis itu. “Sate daging!” pekik Alice yang kemudian langsung berlari menuju gerobak penjual. Gadis itu langsung membeli tiga buah tusuk besar lalu kembali dengan langkah yang riang. Tangannya membagikan tusuk sate itu pada Lucas dan Max. Setelah itu melahap sate di tangannya dengan bahagia. Mereka bertiga menikmati makanan yang ada tangan mereka masing-masing. Setelah membeli beberapa jajan yang sebenarnya Ali