Hola, happy reading and enjoy!Chapter 34Ares bersedekap di depan Vanya yang duduk di sofa ruang kerjanya, beberapa kali pria itu mondar-mandir di depan Vanya tanpa berbicara apa pun. "Ares, aku tahu kalau aku salah... aku minta maaf," desah Vanya. "Tiga hari kau dianjurkan oleh dokter untuk istirahat, kau membangkang dan selalu ingin pergi ke sekolah," ucap Ares seraya memegangi dagunya dan menatap Vanya. "Aku benar-benar bingung, sebenarnya kau masih ingin melanjutkan pendidikanmu atau kau bersemangat pergi ke sekolah hanya untuk bertemu Wilson?" Vanya memutar otaknya, tetapi apa pun alasan yang ingin dikemukakan tetaplah salah akan salah di mata Ares. Vanya ingin sekali memukuli kepalanya karena terlalu bodoh hingga begitu saja menyetujui usulan Wilson untuk membolos sekolah. "Tadi, aku...." "Tania menyerahkanmu padaku, jika kau tidak menunjukkan kemajuan dalam hal positif, aku merasa tidak lagi memiliki wajah untuk kutunjukkan pada Tania dan papaku." Ares berhenti sejenak da
Hola, enjoy this chapter!Chapter 35Ciuman Ares berubah menjadi kecupan-kecupan lembut. Seperti bujukan rayu yang menghanyutkan sehingga secuil pun Vanya tidak memiliki niat untuk menolak bujukan yang memabukkan itu. Gadis itu membuka bibirnya, membiarkan lidah Ares menyeruak masuk ke dalam mulutnya dan membelai lidahnya. Erangan halus terlepas dari tenggorokannya, tidak ada keraguan pada diri Vanya. Dibalasnya ciuman Ares dan telapak tangannya mencengkeram pakaian pria itu.Sesuatu yang asing bergejolak di dadanya, perasaan aneh yang terasa menuntut menguasai pikirannya, sedangkan kewanitaannya berdenyut-denyut menyiksa menginginkan sesuatu yang tidak dimengerti olehnya hingga membuat jiwanya terasa gelisah dan sengsara."Vanya," bisik Ares dengan lembut ketika ciuman mereka sejenak terlepas. "Katakan padaku ini salah." Bibir Vanya bergetar dan perlahan matanya yang terpejam terbuka menatap mata Ares yang berjarak sangat dekat darinya. Ia merasakan suhu tubuhnya terasa panas, teta
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 36 Pesta pernikahan ayahnya dilakukan dengan konsep tradisional sehingga enam bangku di bagian depan dikhususkan untuk keluarga pengantin barulah tamu yang lain duduk sesuai urutannya. Pukul sepuluh malam, satu persatu tamu undangan mulai meninggalkan pesta dan hanya tersisa muda-mudi yang akan menghabiskan malam dengan alkohol dan pesta dansa. Vanya segera berdiri dari kursinya yang berada di bagian depan dan menyerahkan ponselnya kepada Julio."Aku akan mencari Wilson," ucapnya. Julio menarik pergelangan tangan Vanya. "Kau serius?" "Aku sudah memikirkannya, Julio. Aku ingin konsentrasi belajar untuk menghadapi ujian akhir nanti," ucap Vanya yang tentunya berbohong. "Lalu bagaimana dengan Wilson?" tanya Julio. Vanya menelan ludah, mengakhiri hubungan dengan Wilson begitu mendadak dengan alasan dia ingin serius belajar memang sedikit tidak masuk akal karena selama ini dirinya di mata semua orang adalah seorang siswi nakal yang tidak peduli d
Hola, enjoy this chapter!Chapter 37Vanya merengut karena Ares menggagalkan rencananya untuk mengakhiri hubungannya dengan Wilson. Kakak tirinya itu malah membawa Vanya ke apartemennya, bukan mengantarkannya ke rumah Julio. "Kenapa kau membawaku ke sini? Bukannya seharusnya kau antar aku ke rumah Julio?" "Di sana kau akan sendirian," kata Vanya."Maka seharusnya kau tidak membawaku ke sini.""Tetap masih mau mabuk-mabukan dengan Wilson?" tanya Ares dengan nada sangat dingin di ruang tamunya.Vanya buru-buru menggelengkan kepalanya, tetapi tidak berniat memberi tahu Ares kalau sebenarnya dirinya berencana akan mengakhiri hubungannya dengan Wilson. "Hanya ingin menari dan minum sedikit, untuk merayakan kebahagiaan papaku," gumam Vanya seraya mengikuti langkah Ares melewati ruang santai di tempat tinggal Ares yang desain interiornya telah berbeda dari sebelumnya.Pertama kali Vanya dibawa Ares ke tempat itu, sepulangnya dari Valencia dinding ruangan di sana berwarna abu-abu cerah, te
Hola, Happy reading and enjoy!Chapter 38Ares membopong Vanya yang tertidur selama perjalanan dari sekolah menuju tempat tinggal mereka. Di elevator yang bergerak ke atas beberapa kali Ares memandangi wajah Vanya yang terlelap dengan ekspresi cemberut, tetapi tetap terlihat manis dan cantik. Juga menggemaskan. Kalau dipikir-pikir, Ares tidak pernah menyangka jika gadis bandel yang penuh akal licik itu sekarang menjelma seperti seekor kucing jinak di pelukannya setiap malam tanpa ada lagi ketegangan di antara mereka. Setelah merebahkan tubuh Vanya di tempat tidur, Ares pergi ke dapur untuk menyeduh kopi dan tidak berselang lama Evan meneleponnya lalu sekitar sepuluh menit Evan tiba di sana. "Bagaimana kabar Mama?" tanya Ares ketika jarak adiknya semakin mendekat."Mama mengeluh padaku, kau sekarang jarang mengunjunginya dan jarang menelepon." "Aku sangat sibuk belakangan ini." Evan mengedikkan bahunya dan menarik lengan kemejanya ke atas lalu meraih sebuah gelas dan mengisinya de
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 39Rumah sakit lagi.Namun, bersyukur karena tidak mendapati Ares di ruangan tempatnya menginap—setidaknya belum. Hanya ada Evander yang sedang menerima panggilan telepon dan berdiri di depan jendela, dan mengira kakak tirinya itu yang membawanya ke rumah sakit karena Evan masih mengenakan pakaian kemarin malam. Vanya bergerak perlahan untuk duduk, kepalanya masih terasa berdenyut-denyut meskipun tidak terlalu menyakitkan. Gadis itu mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi sebelum dirinya pingsan, bibirnya mengulas senyum getir berpikir jika seharusnya memang dirinya membunuh Ares saja dari pada mengetahui kenyataan pahit yang sekarang dialaminya. "Vanya, kau bangun?" Evan seketika menutup telepon saat menyadari jika Vanya sudah terjaga. "Seharusnya kau tidak perlu membawaku ke rumah sakit," kata Vanya. Evan mendekati ranjang pasien. "Kau pingsan, kau perlu penanganan medis, Vanya."Vanya menghela napasnya dengan perasaan nelangsa, an
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 40"Ya, Baby. Kau sedang mengandung. Calon anak kita." Malam itu setelah Ares memberinya pil pencegah kehamilan darurat, Vanya memang memuntahkan isi perutnya yang hanya tersisa cairan pahit dan kental. Vanya yang saat itu terlarut dalam kesengsaraan, kepedihan, dan masih terlalu polos sedikit pun tidak pernah risau jika dirinya akan mengandung.Vanya memejamkan matanya, bayangan membesarkan anak di usia muda sangat mengerikan. Sedikit pun dirinya belum siap karena mungkin dirinya tidak seperti Tania, ibunya itu meskipun menjengkelkan tetapi wanita yang kuat dan tangguh dapat membesarkan dua anak kecil. "Aku ingin mengaborsinya," ucap Vanya kemudian menghela napasnya. "Aku tidak akan membiarkanmu melakukan itu," kata Ares dengan nada tegas. "Aku menginginkannya." "Tapi, aku tidak, Ares.""Vanya, kumohon. Jangan lakukan itu." Vanya menggelengkan kepalanya yang terasa berdenyut-denyut kembali. "Tidak, Ares. Aku mungkin akan menjadi orang tua y
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 41Vanya tidak pernah lagi terlihat di sekolahnya karena kehamilannya yang payah dan memerlukan banyak waktu istirahat di tempat tidur, terakhir menginjakkan kaki di sekolah adalah saat ujian sekolah berlangsung. Malam ini, mungkin akan menjadi malam terakhir berkumpul dengan siswa dan siswi lain di sekolahnya. Vanya hadir di prom night bukan hanya sekedar ingin melihat acara yang ditunggu-tunggu siswa-siswi kelas tiga yang merayakan kelulusan mereka. Vanya datang karena ingin bertemu Dario, juga karena telah berjanji akan menghadiri pesta bersama mereka terutama Wilson.Ketika Vanya mengakhiri hubungannya dengan Wilson, pemuda itu memohon agar Vanya bersedia datang ke prom night bersamanya dan saat itu Vanya sudah menyetujuinya. Jadi, meskipun harus melangkahi mayat Ares sekali pun ia tidak ingin mengecewakan Wilson sekali lagi.Vanya menatap kerumun siswa dan siswi yang menari di bawah suara alunan musik kencang dan lampu berwarna-warni, bibir