Hola, happy reading and enjoy!Chapter 53"Apa kakakku ada di ruangannya?" Vanya bertanya kepada dua orang sekretaris di depan ruang kerja Ares. "Nona, Callas," kata salah satu dari sekretaris Ares seraya berdiri. "Biar kutanyakan dulu apakah Bos bisa ditemui atau tidak." Vanya memutar bola matanya enggan menggubris ucapan sekretaris Ares dan melangkah menuju pintu karena seharusnya dirinya tidak memerlukan izin mereka untuk masuk ke ruang kerja suaminya, bahkan Ares sekali pun tidak. Coba saja kalau berani, pikir Vanya."Kakakku sedang tidak bersama tamu penting, 'kan di dalam?" tanya Vanya hanya untuk sekedar memastikan. "Tidak, Nona. Tetapi, mungkin beliau sedang sibuk." Vanya mengibaskan tangannya dan mendorong pintu ruangan, ia menjumpai Ares sedang duduk di kursi kerjanya dengan tubuh tegak menghadap ke layar iMac-nya. "Hai," sapa Ares dan alisnya berkerut, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum kepada Vanya. "Kau tidak bilang kalau mau ke sini." Vanya menutup pintu seraya
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 54Vanya berbaring di sofa ruang kerja Ares, di samping Ares yang memejamkan matanya. Riak kenikmatan masih menjalari tubuhnya di antara rasa lelah yang mendera dirinya setelah bercinta."Ares," kata Vanya dengan suara yang nyaris tersangkut di tenggorokannya dan hanya di sambut oleh respons Ares yang mengusap bahunya. "Acara Halloween tahun ini, teman-teman SMA-ku berencana untuk merayakannya bersama." Itu adalah momen yang Ares tunggu sejak tadi. Momen di mana Vanya menyuarakan keinginannya setelah membujuknya menggunakan trik yang Ares sukai. "Kau ingin datang ke pesta itu?" Vanya mengangguk. "Tentu saja." Ares mengelus pundak Vanya dengan lembut beberapa kali. "Kalau begitu, datanglah." Vanya mendengus pelan. "Sebenarnya aku juga ingin sekali membelah diri menjadi dua." Ares membuka sebelah matanya. "Kenapa ingin membelah diri?""Karena aku juga ingin merayakannya di rumah kita."Ares membuka kedua matanya, selama menempati tempat tingga
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 55Keesokan harinya, Vanya lebih cepat lima belas menit dari waktu yang ditentukan Bastian dan saat Vanya memasuki ruangan, Bastian duduk di kursinya. Di mejanya terdapat secangkir kopi yang masih mengepulkan asap. Cara duduk pria itu terlihat sangat menawan, agung, dan berwibawa."Selamat pagi, Miss Callas," sapa Bastian. Vanya melemparkan senyum tipis kepada Bastian. "Selamat pagi Mr. Lucero." "Duduklah." Bastian memberikan kode agar Vanya duduk di depan mejanya. "Apa kau sudah sarapan, Miss Callas?" Pagi tadi saat terbangun saking laparnya Vanya seolah bisa menelan seekor kuda sekaligus, tetapi sekarang tidak lagi karena suaminya membuatkan sarapan yang sangat lezat. Vanya menggeleng. "Aku sudah kenyang." Bastian mengedikkan bahunya, sedangkan Vanya mengeluarkan buku, membuka halamannya kemudian meletakkan di meja. Bastian meraihnya kemudian berkata, "Mau kuseduhkan secangkir kopi?"Vanya tersenyum dengan lembut. "Terima kasih. Sayang sek
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 56"Rekan Bisnisku memang terkenal, ya? Bahkan sekelas Miss Jackson saja mengenalnya," seloroh Noah seraya tersenyum jenaka kepada Ares. "Kenalkan ini Ares Torrado, rekan bisnisku," lanjutnya kepada Hannah dan wanita itu mengangguk dengan ramah kepada Ares."Senang bertemu denganmu, Mrs. Cameron." Ares berdehem pelan dan sekilas menatap Leya. "Kebetulan kami saling mengenal." "Kami bersaudara,"timpal Leya."Kalian bersaudara?" tanya Hannah. Leya tersenyum. "Kebetulan bibiku menikah dengan ayah Julio Callas dan ibu Julio menikah dengan ayah Ares. Begitulah." "Sedikit rumit," pungkas Ares."Baiklah," ucap Noah seraya meletakkan tas kerjanya di meja etalase. "Dan... istriku, apa kau perlu bantuan?" tanyanya seraya mengamati kue yang tersusun di atas meja. "Tolong tuangkan sampanye untuk rekan bisnismu dan Miss Jackson," kata Hannah diiringi senyum yang tulus di bibirnya. "Tidak perlu, biar aku saja," ujar Leya. "Oh, Miss Jackson. Terima kasih.
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 57Tania sedang berbicara di telepon ketika Vanya memasuki ruang kerjanya yang separuh lebih dindingnya dipenuhi dengan rak buku dan dokumen. Ibunya memberikan kode agar Vanya duduk di sofa sementara Tania melanjutkan obrolannya yang terlihat serius sembari sesekali menulis di atas kertas. Mungkin mencatat obrolan. Vanya meletakkan tasnya di sofa lalu menghempaskan tubuhnya di samping tasnya. Sudah entah berapa lama semenjak terakhir dirinya mengunjungi kantor ibunya, tempat itu tidak banyak perubahan di sana kecuali dokumen yang makin berimpitan.Sejenak Vanya mengamati setiap detail rak-rak buku itu, ibunya mungkin seorang yang genius, kutu buku, wanita yang tekun, dan gigih atau apalah sehingga ruang kerjanya lebih mirip perpustakaan dibandingkan dengan ruang kerja staf partai politik elite. Lima belas menit kemudian Tania mengakhiri obrolan teleponnya, wanita itu dengan lembut meletakkan ponselnya di atas meja kerjanya. Bibirnya menyungging
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 58Ares beberapa kali menghubungi Vanya melalui panggilan telepon dan pesan teks, tetapi Vanya enggan menggubrisnya. Ia justru menitipkan pesan teks kepada Leo bahwasanya dirinya saat ini sedang ingin menenangkan diri di rumah Julio dan tidak ingin diganggu. Vanya juga meminta Leo untuk mengambil beberapa buku dan beberapa lembar pakaian di tempat tinggalnya.Dua hari kemudian seperti biasa Vanya pergi ke kampus seperti biasanya, sebelum kelasnya dimulai ia menyempatkan diri ke ruang club fotografi dan menempelkan foto hasil jepretannya yang diambil kemarin sore di halaman rumah Julio.Sara yang baru saja memasuki ruangan mendekati Vanya yang sedang memandangi gambar pohon cemara yang dicetak dengan warna hitam putih di papan tulis putih berukuran besar yang tergantung di dinding."Kau menggambil gambar pohon?" tanya Sara dengan nada geli. "Bukan. Ini gambar lubang pantat," jawab Vanya seraya terkekeh dan Sara juga. "Aku tidak tahu harus memotre
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 59"Kau belum menceritakan bagaimana hasil pertemuanku dengan Ares tadi," kata Julio seraya duduk di samping Vanya yang sedang duduk di sofa dan menekuk kakinya, selimut tebal mengelilingi tubuhnya hingga hanya kepalanya saja yang menyembul.Vanya menghela napasnya dengan pelan dan matanya tampak murung. "Ares belum bersedia menandatangani gugatan perceraian." "Sudah kuduga. Jadi, apa sebenarnya yang terjadi antara dirinya dan Leya?" "Mereka memiliki hubungan." Vanya melihat keterkejutan di wajah Julio. "Ares mengakuinya." "Tunggu... Jadi, rumor itu benar?" Vanya mendengus pelan seraya menatap Julio dengan sungguh-sungguh dan pancaran matanya nelangsa. "Ya. Dan Ares mengakhiri hubungan mereka malam itu." "Bajingan," geram Julio seraya merengkuh pundak Vanya dan wanita itu meletakkan kepalanya di pundak Julio. "Entahlah. Aku merasa tidak seharusnya aku menikah dengan pria itu, Julio. Seharusnya kugugurkan saja kandunganku saat itu dan biar s
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 60Raul meletakkan tangannya di atas tangan Tania di atas meja dan keduanya bertatapan beberapa detik seolah sedang berbicara melalui tatapan mata. Sekali lagi Tania mengehela napasnya. "Wanita yang melahirkan Vanya adalah teman baikku."Leonora, gadis yatim piatu yang yang diadopsi oleh tetangga Tania, mereka berteman baik hingga suatu saat Leonora bertemu dengan putra salah satu pejabat penting di Spanyol. Leonora yang polos masuk ke dalam jebakan cinta pria itu, tetapi ketika Leonora mengandung, pria itu bukannya bahagia. Dia malah berulang kali membujuk Leonora agar menggugurkan kandungannya. Tetapi, Leonora bersikeras ingin mempertahankan kandungannya hingga mereka bersitegang dan terjadilah adu argumen yang melibatkan fisik. Leonora babak belur dihajar oleh kekasihnya, tetapi untungnya wanita malang itu berhasil melarikan diri dan kebetulan Leandro yang baru saja pulang dari bekerja melintas di jalanan, menemukan Leonora yang berjalan te