Bahagia Setelah Berpisah 25.
**
"Benar apa yang dikatakan pengacara itu, Mbak! Hanya itu cara agar kamu yang mengendalikan semuanya. Hanya itu cara agar kamu tak perlu membayar mahal mereka. Lebih bagus uangnya buat orang lain dari pada mereka. Melihat ketamakannya aku saja sudah jijik!" kata Wira setelah kami sampai di kantor sekaligus toko.
Aku memangku anakku Sesil sambil mendengarkan mereka. Kami melakukan rapat terbatas setelah pulang dari kantor Advocad.
"Bagaimana menurutmu, Ros?" tanyaku pada Rosita meminta pendapatnya.
"Aku rasa itu jalan yang tepat, Mbak. Karena bila menunggu maka proses sidang panjang yang akan Mbak hadapi!"
BAHAGIA SETELAH BERPISAH 26.**PoV YUNIMas Hamdan sedang masuk ke kamarnya untuk ganti pakaian. Aku tak menyia-nyiakan waktu. Aku bergegas ke dapur, aku harus meletakkan kamera pengawas di sana agar menjadi bukti tambahan bagaimana kelakuan keluarganya.Sepertinya nya tak terlalu sulit meletakkan kamera pengawas itu. Aku kembali ke posisi semula agar dia tak curiga padaku. Tinggal yang di dalam kamar belum ku pasang."Ngapain kamu, Yuni!" sentaknya padaku. Aku sedikit terkejut melihat dia ada di depan mataku. Segera ku netral kan jantung ini agar tak berulah dan dia tak akan curiga padaku."Aku sedang melihat-lihat dapur ini. Ternya
Bahagia Setelah Berpisah 27.PoV Yuni.Aku sama sekali tak sangka kalau Mas Hamdan masih dekat dengan Mbak Lia. Pria dan wanita yang sama saja, Mbak Lia kemarin saat aku memergoki sedang makan malam bersama dan siap menerima cincin lelaki yang masih sah suamiku, namun memberikan hadiah buat wanita lain yang tidak bergelar istri.Mbak Lia yang secara meyakinkan berkata kalau mereka hanya teman saja. Ternyata wanita m*n*f*k."Wanita itu lagi!" seru Wira sepertinya mengenal Mbak Lia."Ikuti dia!" kataku saat mobil Mas Hamdan pergi. Kami mengikuti dia, Rosita memperhatikan aku begitu tenang. Dia pasti berpikir bagaimana aku bisa menjadi
Bahagia Setelah Berpisah 28.**"Jangan khawatir, Irsyad pasti mau membantu." Tante Lisna tersenyum sambil mengambil gawainya. Aku merasa tak enak, apalagi Alisa berkata Papa nya tidak akan keberatan membantuku."Assalamualaikum, Irsyad. Sedang apa kamu?" tanya Tante Lisna, aku memasang wajah bingung dan tak enak bila mengganggu pekerjaannya."Sedang bekerja, Ma.""Sedang sibuk kamu?""Ya, begitulah.""Oh, Mama pikir kamu bisa pulang sebentar karena ada Yuni di sini," kata Tante Lisna sambil mengulas senyum.
Bahagia Setelah Berpisah 29.**PoV YuniLangkahku terhenti melihat wanita yang baru saja kulihat biodatanya. Wanita menarik di sebuah map. Wajahnya begitu familiar. Mungkin wanita inilah kekasih suamiku di masa lalu. Rosita bingung melihat aku berhenti begitu saja."Ada apa, Mbak?" tanya nya heran. Dia tak terlalu memperhatikan karena fokus bercerita."Wanita itu …" kata ku ragu. Aku bergegas mendatanginya. Aku takut kehilangan jejaknya."Permisi, Mbak!" sergahku menghentikan langkahnya. Dia heran melihatku."Iya, ada apa ya?"&nbs
Bahagia Setelah Berpisah 30.*PoV YuniNetraku membola melihat Ibu Rowina di sana. Dia menatap aku tajam dan tak percaya aku mengenal Tante Lisna ketua perkumpulan arisan. Aku melihatnya datar saja bagaimana bisa dia ikut arisan segala kalau Bapak sedang di sorot atas penggelapan uang.Namun aku juga tak tahu di mana Bapak. Setelah kasus dia menggelapkan uang. Sepertinya Bapak bersembunyi untuk mendiamkan masalah. Bagaimana kasusnya aku juga tak mengerti."Wah, bagus sekali Yuni. Aku pesan dua ah, harganya juga terjangkau." kata salah seorang Tante anggota arisan."Bisa yang mau lihat-lihat datang langsung ke toko s
Bahagia Setelah Berpisah 31**PoV YuniAku duduk termenung di kantorku, aku teringat perkataan Bu Rowina yang menyakiti hatiku. Aku juga adalah manusia yang pasti sakit hati bila dipermalukan, walau akhirnya dia juga malu karena perkataannya dan anaknya.Persidangan akan dilaksanakan seminggu lagi, aku berharap sebelum seminggu aku sudah mendapatkan bukti jika Mas Hamdan berselingkuh."Mbak, hari ini kamu ada acara di sekolah Alisa. Kamu gak pergi?" kata Rosita mengingatkan."Astagfirullah, Iya. Aku harus pergi, Ros. Semoga belum terlambat. Aku segera melajukan mobilku, aku berniat pergi dengan Fatih. Aku jemput saja dulu dia di sekolah kemudian kami bersama ke sekolah Alisa.
Bahagia Setelah Berpisah 32.**PoV Yuni.Aku dan Alisa sedang di bagian pembalut. Dia mencari-cari pembalut yang cocok dan biasa dia gunakan."Tante, biasanya pakai yang merk apa?""Apa ya!" kataku bingung. Mau berkata jujur tetapi malu. Aku di jatah Mas Hamdan sepuluh ribu perhari dan sebulan bisa sampai 300 ribu untuk keperluanku membeli apa saja salah satunya pembalut saat datang bulan. Namun tak ku gunakan karena banyak kebutuhan mendesak. Uang itu terkadang buat membeli susu Sesil dan jajan Fatih.Aku menggunakan kain saat datang bulan. Kain daster yang sudah bolong. Aku robek dan itulah yang aku pakai. Aku menghela napas teringat masa lal
Bahagia Setelah Berpisah 33.**"Boleh saya minta sesuatu sama kamu, Yun?" tanya Pak Irsyad dengan lembut. Aku menjadi gugup."Kira-kira apa, Pak?""Jangan Panggil Bapak. Kelihatannya lucu sekali. Aku bukan atasanmu dam terdengar tidak akrab. Panggil Mas saja biar lebih akrab dan enak di dengar," kata Pak Irsyad lagi."Heheh' ... Gitu ya, baiklah saya coba, Pak. Maksud saya, Mas Irsyad." kataku dengan canggung. Dia mengulas senyum. Terlihat manis, aku menunduk karena malu. Sebenarnya aku ingin memukul-mukul kepalaku karena malu. Seumur-umur tak ada pria yang seromantis ini padaku. Walaupun sudah dua kali menikah namun karakter suamiku beda-beda satu dengan yang lain. Mas Hamdan yang sangat keterlaluan