“Bukankah kamu pikir kalau yang kamu lakukan pada Yulia itu tidak sopan?” Albert akhirnya menanyakan apa yang ada di dalam pikirannya.Padahal sepanjang perjalanan tadi, mereka sama sekali tidak bicara. Ia bahkan tidak pernah berpikir kalau akan menegur Wyatt karena ketidak sopanan. Wyatt adalah cucu yang sempurna, entah dari tindak tanduk atau pun dari sikap. Ia begitu pandai mengendalikan diri dan juga orang-orang.“Tidakkah Kakek merasa kalau harus minta maaf padaku dulu?” Wyatt bicara tanpa menoleh sedikit pun.Ia memandang lurus ke arah pintu kamarnya yang tertutup, berkacak pinggang.“Apa kamu tahu kalau aku melakukan semuanya untuk kebaikanmu?” Albert tidak mau mengalah kalau Wyatt juga tidak mau melakukan hal yang sama.“Kakek tidak melakukan demi kebaikanku! Kakek tidak mengerti apa yang aku rasakan! Kakek tidak ....” Wyatt berteriak kehilangan kendalinya dan mondar-mandir. Ia tampak tak akan bisa melakukan apapun dengan benar sekarang.“Wyatt duduklah!” Albert berkata dengan
“Kamu tidak usah mengantar Kakek!”Wyatt berhenti melangkah dan berbalik menatap kakeknya yang ada di belakang. Mata pria tua itu sedikit sembab, mungkina karena kurang tidur. Bisa juga karena menangis. Tetapi, alasan kedua nyaris tidak mungkin.“Bukannya hari ini Kakek akan memeriksa toko?” tanya Wyatt tidak mengerti kenapa dilarang mengantar. Ini sudah menjadi pekerjaannya sejak memiliki SIM.“Ya, memang, tapi kamu tidak usah mengantar. Aku akan pergi sendiri. Berikan kuncinya padaku!” Kakek Wyatt menyondorkan tangan, menunggu kunci dilemparkan padanya.Wyatt menatap lama, tanpa banyak berkata. Menghela napas beberapa kali lalu memutuskan menyerahkan kunci mobil pada kakeknya. Pria tua yang menerima kunci mobil dari Wyatt lekas berbalik untuk pergi.“Kakek marah padaku?”Pria tua yang membesarkan Wyatt itu berhenti melangkah. Tangannya mengenggam gagang pintu, tetapi tak memutarnya hingga terbuka, tetap di sana. “Menurutmu?”Wyatt tidak menjawab, hanya menghela napas saja. Kakeknya
Yulia melihat ke belakang untuk terakhir kalinya. Ia berharap, sungguh, kalau Wyatt akan paham. Sebab pria itu terlihat sangat pintar. Ia hanya ingin segera keluar dari rumah kakeknya dan berhenti disebut sebagai wanita tak berguna.“Apa yang harus kulakukan sekarang?” Yulia bergumam ketakutan.Ia pergi perlahan. Sedikit berharap kalau Wyatt akan berubah pikiran dan memanggilnya kembali. Tetapi, hal yang dipikirkannya nyaris tidak akan terjadi. Wyatt tidak akan membiarkannya seperti itu.Ia menghentikan sebuah angkutan kota tak jauh dari rumah Wyatt. Turun di jalan besar dan naik bus. Turun kembali dan kemudian naik angkutan kota berwarna hijau tua dan turun tepat di depan rumahnya. Neneknya sudah menunggu, untuk bukan kakeknya yang ada di sana.“Apa berjalan dengan baik?” tanya neneknya.Yulia tidak berani berbohong sambil menatap mata siapapun. Itu adalah kelemahannya. Jadi ia menunduk. “Ya.”“Dia menolakmu?”Kali ini Yulia berharap tidak mendengar jawaban dari Wyatt. Tapi, jika ia
Kemarahan itu membuat Yulia sesak napas, berharap kalau tidak pernah kehilangan kedua orang tuanya, atau kemudian memutuskan untuk ikut dengan keluarga ayahnya. Jika saja Yulia membiarkan dirinya tetap diasuh oleh keluarga sang ibu, pasti tidak akan begini keadaannya.“Bagaimana bisa kamu diabaikan? Astaga! Apa gunanya kecantikan wajahmu itu!” teriak Santo pada Yulia.Vas bunga yang ada di tengah meja makan melayang, membuat siapapun yang ada di ruangan terkejut. Mereka mengangkat kepala sedikit, lalu menunduk lebih dalam menatap piring-piring di depan. Satu di antara mereka sama sekali tidak berniat untuk menyahuti kemarahan. Bisa-bisa akan menjadi sasaran kemarahan selanjutnya.“Kenapa kamu diam saja?” Suara Santo merendah, terdengar ramah, tetapi lebih mematikan dibandingkan sebelumnya.“Itu ... saya sudah berusaha, Kakek!”PRAK!Kali ini giliran meja dan piring yang jatuh dan berguling di lantai. Piring porselen dan gelas kaca itu langsung terbelah menjadi beberapa bagian setelah
Cumi tepung, ayam goreng balado, juga sup sayur telah masuk ke dalam rantangnya sekitar jam 9 pagi. Ia dan neneknya mempersiapkan bahan sejak pukul enam. Tukang sayur langganan mereka kebetulan memiliki semua yang diinginkan sehingga Yulia tak perlu berlarian ke pasar tradisional terdekat.“Jangan gagal lagi kali ini!” Kakeknya, pria tua itu menemukannya di depan, menatap Yulia dengan tajam sebagai peringatan.Yulia tidak menjawab, ia mengangguk dan memegang gagang rantang erat-erat. Wyatt bilang akan menyetujui perjodohan. Karena jika ditolak kembali untuk keempat kalinay akan semakin banyak tekanan yang diterima Yulia. Ia hanya ingin bebas, tidak lagi berurusan dengan keluarga ayahnya.Seperti kemarin, Yulia menaiki angkutan kota, turun di halte dan naik bus, dan terakhir menaiki angkutan kota kedua hingga sampai di depan rumah Wyatt. Kakek Wyatt, Albert tengah menyapu di halaman. Yulia ingat sekali kalau pria itu memiliki pembatu di rumahnya, mung
Esme terpana mendengarnya. Ia tak menyangka kalau akan mendengar kalimat itu dari mulut Wyatt. Rasanya seperti mendengar kabar kalau manusia akan pindah ke Mars sebentar lagi.“Kamu baru saja mengatakan apa?” tanya Esme masih dengan ketidak percayaan di nada suaranya.Esme masih merasa kalau Wyatt senang mengatakan suatu omong kosong. Bukan hal yang akan benar-benar dilakukan pria itu.“Aku akan menikah!” Wyatt mengulanginya.Esme menurunkan gagang telepon dari telinganya. Mencoba memaksakan informasi yang baru saja didengar ke dalam kepala. Mengatakan beberapa kali pada dirinya sendiri kalau yang barusana di dengar bukan sebuah lelucon, tetapi kenyataan. Bukan sebuah mimpi, tapi memang apa yang akan terjadi sebentar lagi.“Tapi, kamu mencintai Anna?”Hening. Esme menyesal sudah mengingatkan Wyatt tentang Anna. Topik yang baru saja diangkat adalah hal sangat tabu bahkan untuk dirinya sendiri. Ia masih bisa mendengarkan teriakan-teriakan ibu Anna yang mengatakan kalau putrinya masih hi
“Apa?” Yulia tak sabar menunggu.Ia bisa melakukan segala hal bahkan mengantikan posisi pembantu yang barusan menolongnya untuk memindahkan makanan di dalam rantang ke mangkuk-mangkuk porselen cantik yang berakhir di dalam lemari makanan.“Pertama tidak akan ada cinta di dalam pernikahan ini. Jangan berharap aku akan mencintaimu.”Mana mungkin Yulia mengharapkan hal senaif itu dari Wyatt. Ia tak tahu apa yang sudah terjadi di dalam kehidupan Wyatt, tetapi dirinya yakin kalau tak ada yang bisa diharapkan dari pria itu selain pernikahan saja.“Aku tahu! Aku bisa melihatnya di matamu. Tidak ada ketertarikan di sana.”“Baguslah! Kedua, aku tidak membutuhkan peranmu sebagai istri kecuali di depan Kakeh dan orang-orang. Di kamar, kita hanya akan berlaku sebagai orang asing!”Bukankah itu sebuah pelecehan? Tidak ada hubungan suami istri walau pun mereka sekamar. Yulia mengenggam tangannya di bawah mej
“Esme, apa kamu tahu apa permintaanmu ini?” Dominic tidak percaya dengan yang baru saja di dengar.Ia berhenti membaca laporan di atas meja kerjanya, menoleh ke arah Azzar yang membawa laporan, dan menatap pria itu sampai keluar. Esme juga duduk di kursi di depannya sekarang, menatap dengan tatapan yang serius.“Dia akan menikah!”“Dia hanya berbohong padamu!” jawab Dominic dengan cepat.Esme memutar bola matanya dengan malas, menjatuhkan punggungnya di kursi dan menatap Dominic sekali lagi. “Jadi, kamu pikir aku tidak bisa membedakan mana hal yang disebut omong kosong dan kebenaran?”“Aku tidak meragukan penilaianmu, Esme. Hanya saja kadang kala kamu terlalu lembut menanggapi Wyatt dan Anna.”“Karena mereka baik, Dom.”“Baik? Kamu tidak ingat dia mencoba menjebakku dengan mengatakan anak yang entah berasal dari mana menjadi anakku?” tanya Domini