Ghea kembali ke kamar ketika mendengar Daniel menyebut nama Sean. Ia lupa jika putranya masih ada di sana. Ghea memberikan lirikan tajam pada Daniel, membuat pria itu terperanjat dan langsung mundur ketika Ghea masuk. Gadis itu langsung menggendong Sean dan mengajak bayi mungil itu pergi.
"Kenapa tatapannya seperti itu?" Daniel benar-benar dibuat heran dengan sikap sang istri
-
-
-
Tentu saja dari rumah Ghea tidak langsung pergi ke studio atau lokasi syuting, dia memilih ke tempat Jenny. Manager cantik itu heran menatap Ghea yang datang membawa Sean, terlebih mata Ghea nampak memancarkan kobaran api.
"Kalian bertengkar?" tanya Jenny yang tahu betul bagaimana sifat artis asuhannya.
"Tidak," jawab Ghea singkat.
Jenny bergumam, dia tak lantas percaya dengan jawaban gadis itu, hingga menghela napas mencoba agar tetap tenang menghadapi kelakuan Ghea,
Daniel pulang dengan terburu-buru setelah Jenny mengirim pesan kalau Sean diperbolehkan pulang dan tidak perlu dirawat di rumah sakit. Ia ingin sekali meledakkan amarahnya, terlebih ketika mengingat jika sudah memperingatkan Ghea tapi istrinya itu malah tak acuh.Daniel memarkirkan mobilnya serampangan dan langsung masuk ke rumah karena melihat mobil Ghea sudah berada di garasi. Ia masuk dan berpapasan dengan sang mama dan Jenny."Lho, kok kamu sudah pulang?" tanya Nova yang keheranan.Jenny sudah tahu kalau Daniel pasti marah, hingga hanya memilih diam dan menunduk. Daniel sendiri tak menjawab pertanyaan Nova. Pria itu menaiki anak tangga menuju kamar sang putra.Begitu sampai di kamar Sean, Daniel melihat Ghea yang sedang mengusap lembut pipi putranya, entah kenapa amarahnya semakin membuncah tak terkendali.
Ghea bersidekap dada sambil bersandar di sofa, kakinya disilangkan dengan bibir yang mengerucut. Daniel melirik sang istri yang duduk di sebelahnya, lantas menghela napas kasar sebelum akhirnya menatap pada seorang wanita muda yang berdiri di hadapan mereka. Karena Ghea setuju memakai jasa baby sitter untuk menjaga Sean, Daniel pun meminta tolong pada Jim mencarikan perawat yang sesuai dengan kriterianya dan sang istri, hingga datanglah seorang wanita muda yang mengaku dikirim oleh agensi penyalur jasa baby sitter ke rumah."Dia terlalu muda," protes Ghea dengan cara berbisik di telinga Daniel."Tapi di data sudah memiliki banyak pengalaman," timpal Daniel yang ikut berbisik.Ghea melotot, bukan masalah pengalamannya. Ghea sebenarnya tak senang karena wanita itu lebih muda darinya. Wanita yang memperkenalkan diri bernama Dini itu terlihat terus mengulas senyum, membuat Ghea meras
Ghea memutuskan kembali ke rumah, dia merasa benar-benar kecewa karena tidak mendapatkan apa-apa, saat sampai rumah dia melihat mobil Daniel yang sudah terparkir di garasi, Ghea tak menyangka kalau suaminya ternyata pulang lebih cepat. Dengan langkah ringan, Ghea masuk dan menyapa Nova yang sibuk bermain ponsel di ruang keluarga. Setelah sedikit bertanya kabar dan membahas rencana pernikahan Richie, dia bergegas menuju kamar. Mendapati connecting door kamarnya dan Sean yang terbuka, dia pun masuk untuk melihat. Ghea sedikit kaget ternyata Daniel berada di sana dan juga baby sitter Sean. “Bukankah dia seharusnya sudah pulang? bukankah diperjanjian kerja jelas dia harus segera pulang saat salah satu dari kami sudah berada di rumah?” gumam Ghea di dalam hatinya. "Lihat, Mama pulang." Daniel yang melihat kedatangan sang istri lantas melambaikan tangan mungil Sean ke arah Ghea. Daniel tersenyum lebar sambil mengendong bayi mungil itu. Ghea yang melihat tindakan Daniel, lantas mengulas
“Lalu apa lagi? masih bertanya, aku juga ingin mendapatkan seperti apa yang Richie dapatkan.”Seringai Nakal Daniel membuat bibir Ghea menipis, dia gelengkan kepalanya dan dengan nakalnya meraih kencing kemeja suaminya.“Apa kamu tidak mau mandi dulu?” godanya nakal, mata Ghea terfokus pada tangannya yang terus membuka kancing kemeja sang suami satu persatu.“Apa kamu secara tidak langsung mengajakku bercinta di kamar mandi?” Daniel menyeringai, digenggamnya tangan sang istri agar berhenti membuka kancing bajunya.“Berendam air hangat sepertinya menyenangkan.”Daniel tertawa lebar, dia bangkit dan langsung membopong tubuh sang istri yang belakangan sering membuat tekanan darahnya naik turun tak karuan. Ghea melingkarkan tangannya ke leher Daniel, membiarkan bibir
Ghea menimang Sean, menciumi pipi putranya itu dengan masih sedikit merasakan rasa bersalah di hatinya. Dia berbisik meminta maaf dan berjanji tidak akan melakukan kesalahan seperti itu lagi.“Sean, hari ini mama dan papa libur. Apa kamu mau jalan-jalan?” tanya Ghea seolah putranya bisa menjawab pertanyaannya. Ghea tertawa sendiri dan seketika kaget saat sebuah tangan melingkar di pinggangnya.Daniel ternyata sudah bangun dan menyusulnya ke kamar Sean. Pria itu tesenyum dengan mata masih lengket, menyandarkan dagunya ke pundak Ghea lantas berbisik, “Sean, kamu kecil-kecil sudah mencuri mama dariku. Lihat! mama langsung ke sini dan meninggalkan papa sendirian di kamar.”Ghea merasa geli dengan ucapan Daniel. Sedikit melirik pujaan hatinya yang sepertinya masih lelah. “Tidur lagi sana!” titahnya.“Tidur? Bukankah kamu tadi baru saja bertanya pada Sean apakah di
Ghea merasa sedikit tenang mendengar ucapan Daniel. Ia mengangguk kemudian memutuskan meminta Jenny untuk memanggil wartawan. Ghea berniat memberikan keterangan perihal masalah yang menimpanya besok. Sebagai publik figure dia sadar harus menjaga tingkah laku, dan perbuatan menampar Dini dia sendiri memang merasa sedikit berlebihan.“Kenapa?” Daniel memeluk Ghea yang belum juga tidur. “Kamu harus memersiapkan diri besok, jangan sampai terlihat stres,” ucap Daniel.Ghea memilih diam, dia membenamkan wajahnya ke dada Daniel. Menghirup aroma tubuh suaminya yang menenangkan. “Sebenarnya aku takut, karena aku tahu aku salah,” lirih Ghea.“Apa kamu ingin bertemu Dini dan meminta maaf kepadanya?” tanya Daniel dengan penuh kehati-hatian.“Untuk apa? dia ganjen dan dia memang pantas mendapatkannya.”“Lalu kenapa kamu m
Jepretan kamera tak henti-hentinya menyorot Ghea. Sementara itu, Daniel ikut duduk di sebelah untuk memberi dukungan. Berbagai macam pertanyaan dilontarkan wartawan secara bergantian, dan Ghea pun menjawab apa adanya.“Ghe, apa kamu akan datang ke kantor polisi?”“Tentu, sebagai warga negara yang baik jelas aku akan datang,” jawab Ghea dengan tenang.“Apa benar soal penganiayaan yang kamu lakukan?”“Tidak, aku tidak segila itu memukuli orang. Semuanya akan aku jelaskan ke petugas, jadi aku mohon kalian tidak membesar-besarkan masalah ini.” Ghea menundukkan kepala sebelum memilih mengakhiri wawancara itu dan berdiri.Meski sudah selesai, wartawan tetap saja terus mengerumuni hingga Daniel pasang badan dan berucap dengan lantang. “Tolong beri Ghea ruang, setelah dari kantor polisi kalian j
Pagi itu Ghea duduk di atas closet, sedangkan Daniel berdiri bersidekap bersandar pada meja wastafel sambil memandangi wajah sang istri. Sudut bibir pria itu tersenyum, Daniel membayangkan bagaimana paniknya Ghea dulu saat mengetahui tengah mengandung Sean."Sudah muncul?" tanya Daniel pada Ghea yang baru saja melakukan uji kehamilan menggunakan tespek.Ghea berkali-kali merutuki keteledorannya, dia memang tidak menggunakan kontrasepsi karena takut badannya akan melar. Ghea hanya memakai kalender dan menghindari masa subur saat berhubungan badan dengan Daniel, tapi tetap saja di sadar susah sekali menolak jika suaminya sudah memberikan rangsangan-rangsangan sensual, dia dengan sendirinya pasti membalas."Dulu pertama kali mengecek saat hamil Sean, apa kamu juga sepanik ini?" goda Daniel."Tentu saja." Ghea yang cemas jelas tidak bisa memberikan jawaban panjang. Matanya terus tertuju pada tespek.