Share

Berkunjung

"Kenapa nggak pesen taksi online atau go-car aja?" tanya Khalid saat aku menyodorkan helm di depan motor matix yang akan kami kenakan.

"Lama, ribet. Ini lebih cepet. Dah, buruan!" Tak mau memperpanjang perdebatan, aku langsung menepuk jok, dan bersiap naik di belakang.

Helaan napas panjang terdengar. Dia malah terdiam menatapku dan motor di hadapan dengan bergantian.

"Ayo, buruan!" desakku kemudian.

"Nindi, sebenernya saya malu mengatakan ini. Tapi, saya nggak bisa pake motor."

"Demi?" Aku terpekik tanpa sadar.

Khalid mengangguk pasrah, wajahnya terlihat amat meresahkan.

"Ck, ya udahlah, duduk di belakang! Biar aku yang bonceng." Kudorong pelan tubuhnya agar menyingkir, lalu bersiap memarkir motor memasuki gang.

"Apa nggak keliatan aneh?" Resahnya begitu duduk di jok belakang dan berpegangan pada kedua sisi bahuku.

"Satu-satunya keanehan cuma orang yang lancar naek sepeda, tapi nggak biar naik motor. Dah, buruan pake helm-nya. Keburu siang."

"Saya pernah jatuh ke parit, Nindi. Terus d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status