Capter 16. Menguak Keterlibatan Nyonya Xien_____Jack langsung bersandar pada dinding. Tidak menyangka dengan jawaban paman Ming. Sungguh Jack merasa bawa telah teledor karena belum mempertanyakan hal ini pada pria itu. Sebenarnya agenda dari pertemuan tadi. Adalah untuk membahas hal itu. Tapi belum sampai pada poinnya , justru sudah kedatangan nyonya Xien. Jack menjambak rambutnya. "Ahhkk .... Sial!" Lalu meninju kosong. Melampiaskan sesal. Tak berujung .Kemudian meninju dinding. Bugk!! Bersamaan dengan suara tulang terbentur. Jack merintih."Auhkh .... Sial!!" umpatnya, seraya meringis menahan sakit .Jack mengibaskan tangannya, berharap rasa sakit yang tak sebanding dengan perbuatannya itu sirna. Entah kenapa tiba-tiba saja dia rapuh. Sungguh saat ini Jack merasa orang yang paling terkutuk. Laya mendapatkan murkanya para Dewa! Lepas di balik ini semua, ibunya adalah dalang. Dari skenario yang telah disusun ini."Apa yang ibu inginkan?!" geram Jack. Kembali terlintas, dimana per
Capter 17. Saat menyamar menjadi bartender.------"Singkirkan asap itu dari wajahku!! Untuk saat ini aku butuh kokain ! Ganja membuat kepalaku pusing!!""Hahaha! Kamu sungguh benar-benar sedang kacau," cibir nyonya Xien. Kemudian mundur menjauhi Sang putra. Kemudian kembali mengambil satu linting ganja , dan menyalakannya, lalu dihisap dua batang sekaligus. Tentu saja asapnya semakin mengepul , dan membuat kepala jatuh serasa semakin pecah."Ibu sudah paham itu !Dan jangan membuatku semakin kacau!" Jack mendekati meja. Kemudian mengambil dua linting ganja yang menyala di sela bibir ibunya. Sungguh masalah ini membuat kepala Jack benar-benar akan pecah.Jack mematikan dua linting ganja itu dengan kasar di atas asbak. Tanpa mengalihkan pandangannya yang tajam, mengintimidasi perempuan di depannya.Akan tetapi Nyonya Xien kembali mengambil dua linting ganja, dan menyalakannya sekaligus, lalu kembali menghisapnya , membuat Jack mundur. "Sudah kukatakan asap itu membuat kepalaku
Capter 18. Rahasia yang tersimpan!Nyonya Xien langsung terduduk . Wajah kakunya tadi benar-benar berubah drastis! Sementara lintingan ganja tadi langsung ditekan pada asbak. Tepat pada sedotan terakhir . Dengan sangat kasar dimatikannya! Mewakili perasaannya. Ada amarah yang selama ini coba diredam. Bukan waktu sebentar. Tapi kurun waktu sangat lama! Ya. Lebih tepatnya semenjak Jack Lee masih kecil. Melewati itu bukanlah hal mudah.Manik cokelat Nyonya Xien mengalihkan pandangan. Tak ingin sang putra menemukan sebuah kesedihan. Semua itu, sudah lenyap! Seiring suara sirene di ruang krematorium membekukan hatinya. Berbarengan dengan sirene yang mematangkan jasad sang cinta sejati. Amarahnya telah mengabu. Hancur bersama raga yang kembali suci. Hingga membuatnya tak ingin lagi menabuh genderang perang! Setelah Michael Lee---suaminya tewas! Bersimbah darah di depan mata kepalanya. Membuatnya menjanda, hingga rambutnya benar-benar putih dengan sempurna.Saat itu. Terjadi baku temba
Capter 19. Tidak menepati janji ___Ketika gagang samurai milik almarhum suaminya berpindah pada tangan Sang putra. Justru Nyonya Xien tertunduk. Bersamaan dengan itu, tubuhnya terguncang . Karena tangisnya meninggi. Sangking terguncangnya tubuh Nyonya Xien, sarung samurai itu terlepas dari sebelah tangannya.Jack langsung memungutnya . Setelah itu meletakkan pada dada. Jack memberikan penghormatan pada samurai almarhum ayahnya. Yang masih telanjang.Kemudian. Jack mundur. Lalu berjalan pada sudut ruangan itu. Sejenak Jack terdiam, berdiri di depan foto almarhum Michael Lee. Untuk memberikan penghormatan pada ayahandanya, dengan samurai telanjang tadi dicekal erat. Setelah beberapa saat menunduk. Mengheningkan cipta. Jack memasukkan samurai telanjang tadi pada sarungnya. Jack siap untuk melakukan kewajibannya, sebagai seorang putra dari Michael Lee.Zring!Setelah itu barulah Jack menoleh pada sang ibu , yang masih menangis dengan tubuh terguncang hebat.Kamudian , Jack mendekati pe
Capter 20 kamar yang tak boleh dimasuki._____"Tidak! " Paman Ming menjawab singkat. Membuat Jack terkejut.Besar harapan Jack mendapatkan kabar baik, atas keberadaan Nona Hien Chan. Namun suara Paman Ming terhenti, membuatnya semakin panik. Ini adalah pertanda buruk. Ditambah lagi telinganya terus berkedut dan terasa sangat panas. "Bagaimana maksudmu, Paman Ming?!" tanya Jack, dengan suara sangat keras. Jack berada dalam posisi kalut.Kemudian Jack menjauh dari foto almarhum Michael Lee . Jack menuju ke arah jendela kaca. Dengan samurai masih dicekal. Tatapannya sekarang nanar. Badai salju masih belum juga mereda. Bahkan sekarang jarak pandang benar-benar sangat minim.Jack mengeraskan rahang, menunggu jawaban Paman Ming. "Jelaskan, Paman!!"Suara Jack yang kembali bertanya dengan nada keras , membuat Paman Ming sedikit menepi ke pinggiran sebuah rumah. Dengan handphone terangkat. Untuk tetap menjaga sinyal agar pembicaraan itu tak terputus. Tadi Paman Ming berdiri di tengah
Capter 21. Target Dalam Kamar _____Paman Ming memilih menunggu di samping pintu dan sesekali melongokkan kepalanya, mengamati sekitarnya . Meskipun tidak mungkin ada orang yang berani keluar, mengingat cuaca sangat ekstrem . Jika tak biasa, bisa saja muntah darah. Tapi Paman Ming tetap berjaga-jaga.Namun, beberapa saat kemudian, 'Siapa yang keluar di tengah badai seperti ini??' Paman Ming bicara sendiri , tapi hanya dalam batin. Benar saja , setelah Paman Ming membulatkan matanya , mencoba menelaah apa yang dilihatnya . Benar! Ada orang yang berani keluar dari dalam rumah. Namun Paman Ming terdiam. Dan memilih menutup daun pintu, ketika seseorang dibalik mantel itu sebentar akan melintasi tempatnya berdiri. Dengan sangat hati-hati Paman Ming menutup daun pintu.Kemudian Paman Ming buru-buru menyusul para anak buahnya yang masuk ke dalam kamar .Sesampainya, Paman Ming mengarahkan satu jarinya. Saat para anak buahnya langsung menoleh, "Hussszzzt ...." Agar tak ada keributan yang dit
Capter 22Saat Itu ______Nona Hien Chan terkulai dan terus meracau, dengan kata-kata serupa. Membuat beberapa kali anak buah Paman Ming harus menoleh ke belakang. Meskipun tadi sudah diancam oleh Paman Ming , agar tidak memperhatikan, atau mata mereka akan dicongkel . Namun , racau yang keluar dari mulut Hien Chan membuat mereka khawatir , bilamana perempuan cantik itu akan sadarkan dan, lalu berontak.Namun kekhawatiran anak buah Paman Ming tidak terjadi . Karena hingga mobil memasuki gerbang , perempuan cantik itu tak kunjung terlihat sadarkan diri. Masih dengan tubuh menggigil dan meracau. Akibat kesedihan yang sangat mendalam. Atas kehilangan semuanya, mendadak."Aku tidak membohongimu.""Pao. Aku tidak seperti yang kamu pikirkan.""Jack. Kamu telah menghancurkan hidupku." ****Setelah kejadian naas itu. Nona Hien Chan memutuskan untuk kembali ke pemukiman kumuh itu. Ada satu rumah yang dituju olehnya. Memang Nona Hien Chan benar-benar berada di pemukiman kumuh ini.
Capter 23. Ini bukanlah mimpi._____"Huff---" Nyonya Xien bernapas lega. Ketika tidak ada sosok yang dinanti olehnya keluar. Rupanya itu hanya kekhawatirannya yang berlebihan saja. Hingga hendle itu seperti dimainkan. Namun, kembali Nyonya Xien tersentak ketika daun pintu itu sedikit terbuka. Tapi tak berapa lama justru membuat Nyonya Xien mendesis, "Huufff. Sialan." Meong! Meong! Meong! 'Ada-ada saja,' batin Nyonya Xien yang terlihat grogi. Meskipun sudah mempersiapkan diri sematang mungkin. Untuk akting yang natural. Kemudian Nyonya Xien pun menyambut kedatangan kucing jenis anggora kesayangannya."Diam." Nyonya Xien membisik pada kucing, lalu buru-buru meninggalkan area itu, karena takut Nona Hien Chan terganggu oleh suara kucing miliknya yang terus mengeong seakan ingin mempertanyakan, siapa gerangan yang berada di dalam kamar itu , karena masih asing untuknya.Sementara itu di dalam kamar yang hangat tersebut.Hien Chan masih meringkuk dibawah selimut tebal yang