TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI

TERJEBAK DALAM PELUKAN TEMAN SUAMI

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-11-02
Oleh:  La Bianconera Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
6Bab
5Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

"Jangan pernah berpikir untuk cerai, Rena! Aku tidak akan kabulkan!" Menjalani pernikahan dengan pria kaya tidak lantas membuat Renata bahagia. Dua tahun menjadi istri Yuda, hidup Renata seperti merpati dalam sangkar emas. Yuda yang terlalu posesif sering berbuat kasar pada Renata. Luka dari masa lalu membuat Yuda sering kehilangan kontrol diri. Namun, tidak ada pilihan bagi Renata lepas dari suami "sakit" seperti itu. Mirisnya, pihak keluarga tidak peduli penderitaan Renata. Sampai pada akhirnya, muncul Darren yang membuat hidup Renata berubah. Di saat Renata mulai melambungkan asa pada Darren, fakta baru mengenai laki-laki itu terkuak. Lantas, apa yang dilakukan Renata? Bertahan dalam sakit, atau melawan takdir yang sulit?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Part 1 Jangan Cengeng

Suara tangisan lirih di balik selimut berwarna krem itu, mengganggu Yuda yang baru keluar dari kamar mandi. Diliriknya malas gundukan selimut di atas tempat tidur. Renata masih meringkuk di sana.

"Kenapa kamu tidak segera mandi, Rena? Sudah jam berapa ini?"

Renata bergeming. Matanya terpejam sambil menggigit bibir menahan suara tangisan. Terdengar hembusan napas panjang dari bibir Yuda, suaminya.

Tidak ada jawaban, Yuda duduk di tepi tempat tidur. Tangannya bergerak ragu, mengusap kepala Renata. Belaian itu justru mengguncang bahu Renata. Tangis yang ditahan justru pecah.

Yuda melengos, lalu kembali menarik napas. "Apa kamu menyesal sudah melayaniku?" tanyanya sambil menatap Renata. "Bukankah itu menjadi tugasmu sebagai seorang istri, hm?" lanjut Yuda tanpa peduli perasaan Renata.

Tidak ada penyesalan sedikit pun di hati Yuda. Begitu pula dengan Renata. Dia ikhlas lahir batin melayani suaminya. Meskipun selama berhubungan intim, Renata tidak pernah mendapat kepuasan batin.

Bukan apa-apa. Yuda sering melakukan eksperimen saat menggauli istrinya. Bahkan, tidak jarang Yuda mengikat tangan dan kaki Renata. Fantasi seks Yuda tergolong tabu untuk ukuran perempuan "ndeso" seperti Renata.

"Rena, apa yang membuatmu menangis?" Kali ini Yuda sedikit menyingkap selimut sehingga bahu polos Renata terpampang di depan mata.

Luka membiru di bahu bekas gigitan, membuat Yuda mendengus lirih. Dia sudah sangat keterlaluan memperlakukan Renata seperti pelacur. Namun, sekali lagi, Yuda puas dan tidak menyesal.

Dia bisa mendapat kepuasan batin saat itu, ketika sambil menggigit atau mencengkeram Renata. Rintihan kesakitan Renata, seperti candu yang melambungkan Yuda pada puncak penyatuan.

Yuda menunduk, mencium punggung polos Renata. Renata sedikit berjingkat, lalu segera menggeser tubuh. Dengan hati-hati, dia bangkit perlahan, mengambil gaun tidur yang tergeletak, lalu memakainya cepat.

Renata tidak mau menatap Yuda yang masih duduk di tempat semula sembari memperhatikannya.

"Rena, aku sedang bicara denganmu!"

"Aku harus ke kamar mandi!" jawab Renata tak acuh.

Tanpa menghiraukan reaksi Yuda, Renata bergegas ke kamar mandi. Renata mematung di depan wastafel. Tatapannya nanar ke arah cermin. Dada dan lehernya penuh dengan tanda kissmark.

Penyiksaan seperti itu Renata alami sejak setahun lalu. Satu tahun sebelumnya, Renata hanya menjadi pajangan di rumah Yuda. Ya, baru setahun berikutnya, Yuda menyentuh Renata. Terpaksa menyentuh, tepatnya.

Hal itu dikarenakan desakan dari orang tua Yuda yang ingin segera menimang cucu. Belum lengkap rasanya, kalau anak tunggal kebanggaan keluarga tidak memberinya keturunan.

Namun, malam pertama ternyata jauh dari ekspektasi Renata. Yuda tidak memperlakukan Renata dengan lembut, tetapi kasar. Hingga hari ini. Mirisnya, Renata tidak kuasa menolak atau memberontak.

Bahu Renata berguncang karena tangis. Wajahnya menunduk dalam. Tangannya mencengkram erat sisi wastafel.

"Maaf!"

Suara itu dari belakang Renata, bersamaan dengan sepasang lengan melingkari perutnya. Renata mendongak, terpaksa bertemu pandang dengan mata Yuda melalui pantulan cermin.

"Mas, ak-aku mau mandi. Tolong keluar!"

Alih-alih pergi, Yuda justru memutar tubuh Renata hingga menghadapnya. Lengan kiri Yuda melingkari pinggang Renata. Tangan kanannya mendongakkan wajah Renata.

"Maafkan aku," ucap Yuda lagi setengah berbisik.

Sedetik kemudian, Yuda mencium bibir Renata. Mulanya ciuman itu lembut, tetapi berubah semakin menuntut. Renata menahan dada telanjang Yuda, dengan tatapan takut.

"Aku mau mandi dulu, Mas!"

"Sudah lama kita tidak mandi bersama!" ucap Yuda, lalu kembali menyambar bibir Renata.

Maka, pagi itu Yuda kembali melampiaskan hasratnya di kamar mandi. Namun, ketakutan Renata kali ini tidak terbukti. Yuda memperlakukannya dengan lembut.

Tanpa disadari, Renata mulai menikmatinya. Bahkan, berulang kali dia melenguh manja. Tangannya mencengkram sisi bathub saat hendak mencapai puncak kenikmatan.

"Mas, ah! Aku sudah ... " Mata Renata terpejam, dengan napas memburu.

"Sebentar lagi, Sayang!" Yuda memeluknya, sambil menciumi tengkuk dan pipi Renata.

Suara desahan dan pekikan manja memenuhi kamar mandi. Dalam hati Renata terlantun sebuah doa. Kali ini Tuhan menitipkan janin di rahimnya.

Tiba-tiba, Renata membuka mata, menatap berkabut pada Yuda yang baru saja menyudahi aktivitasnya. Seperti biasa, dengan sengaja Yuda melepas penyatuan itu. Sebelum semuanya benar-benar selesai.

"Kenapa Mas? Kenapa selalu begini?" tanya Renata kecewa. "Sudah dua tahun kita nikah, Mas. Ayah dan Ibu ingin kita punya anak!" ucapnya bergetar.

Yuda langsung memalingkan pandangan. "Belum saatnya kita punya anak, Rena! Aku masih banyak pekerjaan!" dalihnya.

Selalu begitu. Setiap kali Renata mengungkit perihal anak. Renata menunduk, lalu bergegas bangkit. Yuda segera menyambar tangannya. Lantas, keduanya berpandangan.

"Apa kamu tidak mau punya anak dariku, Mas? Apa kamu tidak mencintaiku?"

"Apa yang kamu bicarakan, Rena? Aku hanya belum ingin punya anak! Aku ingin menikmati waktu berdua denganmu. Apa kamu tidak mengerti?"

Yuda mulai kesal. Dia segera melepas tangannya dari Renata. Bergegas, Yuda memasuki bilik kamar mandi. Sebelum menyalakan kran air, Yuda menatap Renata yang masih mematung.

Renata mengusap air matanya yang mulai menetes. Dia memalingkan wajah dari suaminya. Terdengar decakan lirih dari mulut Yuda melihat Renata menangis.

"Kemarilah, kita mandi bersama!" ajak Yuda sambil membuka pintu kaca itu. "Jangan cengeng, dikit-dikit menangis hanya karena masalah sepele!"

***

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
La Bianconera
Halo teman-teman, berjumpa lagi di buku baruku. Bantu ramaikan, ya.
2025-11-05 17:13:46
0
6 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status