"Oh shit!"Auden langsung melemparkan kertas berisi ice cream dan jajanan ringan yang barusan dia beli setelah melihat Ayla meringkuk tak berdaya di atas rerumputan."Arghhh! Sial!" Auden menjadi panik. Harusnya dia lebih peka pada gadis ini, karena dia tidak akan bicara apa pun, bahkan bahaya mengancam nyawanya, dia akan tetap diam."Hey!" tegur Auden saat memegang tangan Ayla yang begitu dingin seperti terkena air es, dan wajahnya begitu pucat."Kita harus ke rumah sakit."Ayla bisa mendengar, tapi samar-samar karena dia sudah tidak kuat dengan rasa sakitnya.Auden langsung menelpon ibunya, bahkan alarm mobilnya terus berbunyi karena dia lupa memasangkan seatbelt untuk Ayla."Mami ambil semua pakaian dan semua surat dokumen untuk persalinan, sepertinya Ayla hendak melahirkan." Auden melapor padanya."ALAMAK! OKAY, MAMI KE SANA SEKARANG. PASTIKAN DIA TIDAK KEKURANGAN CAIRAN!" pekik Delisha di ujung telepon.Tubuh Auden ikut keringatan karena panik dan juga tidak tahu cairan apa yang
Kini dia memandang dunia yang berbeda. Dulu, Auden hanya melihat Ayla sebelah mata.Gadis bodoh penyusah membawa sial dalam hidupnya dan merusak kebahagiaan sempurna yang dia rasakan bersama istri tercinta.Auden tidak pernah sebahagia ini, senyumannya terus melebar. Dia bahagia! Dia merasa hidupnya lengkap dan sempurna.Rasa bahagia dan sukacita yang tak tertandingi dan tak terbayangkan.Rasa takjub dan terkejut yang membuat Auden tidak bisa percaya bahwa akhirnya dia bisa menjadi ayah.Perasaan bangga yang tidak dapat diartikan dengan kata-kata.Dia begitu menyayangi bayinya dan juga Ayla. Apalagi pemandangan Ayla menyusui Eden adalah pemandangan paling indah yang pernah dia lihat.Rasanya Auden tak ingin bekerja dan melakukan pekerjaan lain, tapi hanya memperhatikan ibu dan bayi baru lahir itu. Begitu menggemaskan.Ayla menahan wajahnya yang memerah karena tatapan intens yang Auden beri padanya, dia belum terbiasa dengan tatapan itu.Gadis itu juga berusaha untuk menutupi payudaran
"Edde jangan diganggu!" tegur Ayla pada Auden yang mencolek-colek pipi bayi Eden karena gemas."Lagian dia tidur terus, tak mau bangun biar main bersama Edde!" Ayla menggeleng dengan jawaban tak masuk akal tersebut. Mana ada bayi satu minggu tahu main? Kerjaan dia memang tidur."Bayi memang kerjanya tidur."Auden terkekeh gemas. Menarik tubuh mungil Ayla, dan mengukung di pelukannya. Memeluk dari belakang sembari mencium kepalanya berkali-kali. Entah bagaimana dia berterima kasih pada gadis ini telah memberi sebuah keajaiban padanya."Edde tak sabar Eden besar, Edde mau ajak main bola, ajak balapan, diajarkan menyetir, dan kegiatan cowok lainnya."Ayla tersenyum menatap bayinya, awalnya dia menganggap kehamilannya hanya kesialan baginya, tapi lihatlah kini! Kehadiran Eden membuat kebahagiaannya meningkat lima ribu derajat. Ayla tidak akan pernah menyesal pernah hamil dan sekarang punya anak menggemaskan."Nanti kita cetak anak cewek biar Emme punya teman juga. Kalian bisa shopping bar
"Auden, berhenti bertingkah seperti anak kecil! Kamu bukannya yang melahirkan jadi harus kerja!" omel Delisha."Mami pulang sana! Menganggu acara main ayah dan anak," balas Auden tak mau kalah.Ayla yang melihat pemandangan itu hanya menggeleng melihat interaksi ibu dan anak dan juga generasi selanjutnya. Entah mau mereka apakan anaknya, Delisha dan Auden terus berebut siapa yang mau menggendong Eden.Akhirnya Auden mengalah, membiarkan ibunya menggendong Eden dan dia terus menganggu bayinya. Menowel-nowel pipi merah bayi itu, menggerakkan kaki mungilnya, memberi jari telunjuknya agar digenggam jari-jari mungil itu."Andai saja ini kartun, udah Edde makan kamu trus kamu jadi bayi lagi menggemaskan," gemas Auden dengan gigi gemelutuk menahan rasa gemasnya dan gigi yang hampir copot pada bayinya."Sudah jangan diganggu! Biarkan dia tidur dan tak rewel.""Sabar, Mami. Eden lagi main bola. Lihat ini." Auden menggerakkan kaki mungil Eden seolah sedang menendang bola, Delisha menarik napas
"Eden! Ayo, lempar bola ke Emme!" "No! Kita kan satu tim, Edde kan yang mengajarkan Eden untuk bermain bola!" "Ayo, Eden! Jangan dengarkan Emme!" Sang bocah hanya tertawa sembari menendang bola dengan kaki kecilnya dan terus tertawa. Auden berdiri berkacak pinggang sambil menarik napas panjang, karena tendangan itu menuju ke arah lawan, permainan bola kali ini bukan tentang bola mana yang masuk ke gawang dan menang, tapi kepada siapa Eden menendang bola yang menentukan siapa yang menjadi favorit Eden. "Terima kasih, Sayang. Emme jadi favorit Eden." Eden tertawa saat tubuhnya dipeluk dan dicium berkali-kali. "Aku menang, Mi Amor. Aku jadi favorit Eden. Wleeekk!" ejek Sandra. Auden menggeleng gemas dengan tingkah ibu dan anak yang tertawa, laki-laki itu tertawa dan mengejar kedua manusia kesayangan. Mereka sedang bermain di taman samping rumah yang sengaja ditanami rumput hijau agar menjadi tempat hiburan keluarga, entah bermain bola atau camping, atau kegiatan outdoor bersama Ed
Ayla terdiam menelan ludah kasar dengan dada yang terasa menyempit dan panas. Dia takut! Dulu, Ayla ingin berlari sejauh mungkin dari Auden, sekarang... Ayla telah menggantungkan hidupnya bersama laki-laki ini dan anak mereka. Tanpa sadar gendongan Ayla pada bayinya mengetat, mudah saja bagi Auden untuk kembali pada Sandra. Saat merasakan bokong bulat mungil Eden, Ayla kian ketakutan. Tak ada yang bisa dipercaya dan satu-satunya yang dia punya adalah anaknya. Auden merasa masih terlempar ke dunia mimpi. Memandangi Ayla yang menggendong Eden. Gadis ini hanya pembantu. Laki-laki itu kembali didaratkan pada kenyataan. Ayla telah memberinya seorang anak. Pandangan laki-laki itu menurun pada bayi Eden yang dalam gendongan ibunya. Kenapa dia harus bermimpi jika Eden sudah besar dan bersama Sandra? Apa maksud mimpi itu? Keadaan hening dan awkward tercipta. Saat teringat ucapan ibunya tentang menjaga perasaan Ayla yang sudah jadi ibu dari anaknya, Auden menghela napas. Ini sungguh aneh!
Pagiku cerahku, matahari bersinar. Seharusnya suasana hati Ayla ikut cerah seperti matahari pagi, tapi wanita itu hanya terdiam berdiri dengan tubuh gemetaran. Sedikit banyak trauma itu masih membekas. Hamil! Satu kata berjuta makna. Hamil membawa trauma baginya, saat hamil pertama dia tidak menginginkan sama sekali karena diperkosa. Saat dia mulai membangun kepercayaan pada laki-laki yang menghamilinya Ayla pikir trauma itu akan hilang, nyatanya masih ada. Seharusnya dia senang, inilah yang dia tunggu-tunggu, tapi Ayla ketakutan sendiri saat melihat dua garis biru di testpack itu. "Bayiku masih bayi, bagaimana dengan Eden?" tanya Ayla dengan suara gemetaran, bagaimana ini? Apa yang harus dia lakukan? "Eden baru 3 bulan." Ayla masih gemetaran di tempat tak percaya jika dia benar-benar hamil! "Aku kan punya suami kenapa harus takut?" "Suami?" Ayla kaget mendengar suaranya, mengangkat kepala cepat sambil berkaca dan meralat kalimat tadi sambil menggeleng cepat. Tidak ada
"HOW THE FUCK! AUDEN SIALAN ITU BENERAN BERUBAH. SUNGGUH MENJIJIKKAN DIA BISA TAKLUK SAMA PEMBANTU ITU. BENAR-BENAR DUNIA TERBALIK. LAKI-LAKI HINA, RENDAHAN, COCOKNYA SAMA PEMBANTU. MENJIJIKKAN!"Sandra masih misuh-misuh dengan perasaan berdarah-darah mendapati fakta selang beberapa bulan pembantu itu melahirkan dan sekarang hamil lagi. Kenapa hamilnya kayak model kejar tayang sinetron?Dia sungguh sakit hati dengan kenyataan ini. Kenyataan aneh bahwa laki-laki yang paling dia percaya di dunia ini, saling bucin, tumbuh bersama, dewasa bersama, hidup bersama mendadak jadi asing tersingkirkan oleh pembantu miskin yang hanya memasang wajah polos, tapi aslinya munafik.Sandra masih belum menerima kenyataan bahwa dia kalah dari seorang pembantu."Bagaimana mungkin Auden nafsu sama pembantu miskin, hina yang tidak menarik sama sekali?" Wanita itu menunduk merasa jijik dan merinding di seluruh tubuh."Dua-duanya sama-sama menjijikkan kayak binatang!"Menarik napas panjang dengan perasaan yan