Share

Erosi

Ramainya Warmindo Marlina tak begitu terasa bagi Arya. Sukmanya seakan tertarik ke dalam dimensi yang tiada entitas lain membersamai. Sendiri di ruang hampa dengan membawa berjuta kecewa. Nafasnya yang berat untuk keluar adalah tanda-tanda Arya masih hidup. Nalarnya mati seketika. Tak tahu harus memproses informasi yang ia dapat semerta-merta seperti ini.

          Hembusan demi hembusan nafas berasas kekecewaan menjadi kebiasaan repetisi. Alunan suara Rossa di radio yang warung ini putar tak terdengar bagi telinganya. Menulikan sejenak semua indera, Arya mencoba kembali menjalankan nalarnya.

          Satu hembusan nafas kembali dibuang. “Terus tentang info yang di Semarang itu, kamu tahu?”

          Siti mengangguk perlahan. “Tahu, Bang. Abang gak apa-apa? Saya bisa hentikan ceritanya kalau misal Abang..&rdquo

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status