Share

06. Capture You

"Setelah ini kau ingin kemana lagi?" Tanya Sicheng ke Reyna yang baru saja menghabiskan vanilla milkshake yang dipesannya tadi. Ini sudah hampir sore dan mereka berdua memutuskan untuk makan di salah satu restoran kecil yang tidak jauh dari Tiergarten

"Pulang" jawab Reyna singkat.

"Baik, kalau begitu kita akan belanja terlebih dahulu setelah itu kita pulang" entah kenapa hari ini Sicheng sangat senang. Mungkin karena ini hari pertama ia bisa menikmati vanilla latte setelah 1 abad atau mungkin karena hal lain yang ia juga masih bingung. 

"Kalau kau sudah menentukan mau kemana selanjutnya, lalu kenapa kau harus repot-repot menanyaiku terlebih dahulu?" Protes Reyna.

"Bisa saja kita mempunyai pikiran yang sama, tapi ternyata belum" 

Reyna tidak membalas ucapan Sicheng lagi. Wanita itu fokus menghabiskan minumannya. Seminggu bersama Reyna banyak hal baru yang Sicheng ketahui tentang wanita ini. Seperti Reyna yang selalu makan dengan baik dan selalu menghabiskan makanannya, Reyna yang sebenarnya susah untuk bangun pagi, Reyna yang lebih suka kopi dari pada teh, bahkan Reyna yang mahir berbahasa Rusia yang entah ia pelajari di mana. Setelah melihat Reyna, Sicheng semakin menyadari setiap manusia itu unik. Reyna sangat berbeda dengan Elena yang mungkin sekarang sudah bahagia di sisi Tuhan. 

Kalau saja waktu itu Sicheng tidak menuruti kemauan Elena pasti gadis bernetra biru itu masih bernyawa hingga beberapa puluh tahun lagi dan Sicheng masih bisa menatap wajah Indah khas Belarus itu lebih lama. Kalau saja Sicheng tidak mengiyakan keinginan terakhir wanita itu mungkin mereka bisa melewati satu tahun penuh tanpa harus ada luka yang tinggal dan Elena bisa melanjutkan hidupnya, memiliki keluarga dan anak cucu sampai wajah indah itu menua dan rambut tebal miliknya memutih. Kalau saja Sicheng tidak mengiyakan permintaan wanita itu pasti Elena tidak akan mati mengenaskan di tumpukan jerami basah milik tuan tempat ia bekerja. Bayang-bayang 100 tahun lalu yang membuat ia harus berurusan rumit dengan pastor serta para biarawati membosankan itu selalu muncul di benaknya. Kejadian yang membuat ia harus dikurung kembali dalam botol, dirantai serta dipasangi muzzle yang terbuat dari besi terkuat selama beberapa tahun sampai ia bisa melarikan diri dari sana sungguh merupakan pengalaman yang sangat tidak ingin ia ingat.

Sicheng tidak tau cara memberi tahu Reyna tentang 3 permintaan yang bisa Reyna ajukan kapan saja saat ia berada dalam kondisi terburuknya, singkatnya Sicheng bisa menyelamatkan nyawa Reyna sebanyak 3 kali dalam kurun waktu setahun ini tanpa menghitung kejadian tornado waktu itu dimana Reyna hampir terlindas truk. Jadi jika saja kemungkinan terburuk mengancam nyawa Reyna selama setahun ini, Reyna mempunyai 3 kesempatan untuk meminta bantuan kepada Sicheng untuk menyelamatkan nyawanya. 

Sebenarnya tidak susah untuk mengatakannya, tapi setiap Sicheng sudah bersiap untuk memberi tahunya bayang bayang jasad  mengenaskan Elena yang bercampur lumpur dan kotoran sapi selalu muncul di benak Sicheng. Ia teringat bagaimana wanita itu berkata lirih 'jangan selamatkan aku. Aku sudah lelah hidup di sini. Ayo kita bertemu lagi di kehidupan lain saat waktumu di bumi ini sudah habis Daniel' mengingat itu saja sudah membuat Sicheng merasa bersalah. Ia paling tidak suka dengan Daniel, iya. Daniel yang merupakan dirinya 100 tahun lalu dengan perawakan tinggi besar khas pria Afrika Amerika yang selalu dipuji dan dibanggakan Elena kepada siapapun namun ia jugalah penyebab hilangnya Elena dari dunia ini, begitulah selama ini yang ada di pikirannya. 

"Kenapa kau melamun? Ayo pergi. Aku sudah membayar semuanya" suara Reyna menyadarkan Sicheng dari lamunannya, ia sadar saat sudah terlalu jauh mengingat kenangan 1 abad lalu. 

"Aku sedang memikirkan sesuatu” jawab Sicheng lalu berdiri mengkikuti Reyna berjalan keluar dari restoran. 

“Rey, kau tidak mempunyai pertanyaan untukku?” tanya Sicheng masih terus berjalan mengikuti Reyna menuju Supermarket yang berada 400 meter dari restoran itu. Mereka memutuskan untuk berjalan kaki karena memang hal itu masih sangat wajar dilakukan. 

“semua tentangmu selalu menjadi pertanyaan untukku” jawab Reyna singkat dan tidak ingin ambil pusing.

“Kalau begitu tanyakan padaku. Apapun. Akan kujawab semuanya” 

“Aku malas Mike, nanti kau juga akan menceritakan semua tentangmu tanpa harus kuminta" 

“Kenapa kau sangat yakin kalau aku akan menceritakan semuanya?” 

“Karena kau selalu banyak omong” 

“Nah, maka karena itu ayo tanyakan aku apapun. Aku tidak suka kalau kita harus berjalan sambil diam selama 8 menit kedepan” 

“Apakah kau bisa tertangkap kamera? Setauku hantu tidak bisa tertangkap di dalam kamera secara sengaja” 

“Aku bukan hantu Reyna, tapi kau bisa coba dan buktikan sendiri apakah aku bisa tertangkap kamera, karena sebenarnya aku juga lupa apakah aku mempunyai kemampuan seperti itu atau tidak” jawab Sicheng yang tidak menghasilkan jawaban apapun dari pertanyaan Reyna, padahal itu pertanyaan tertutup yang membutuhkan jawaban ya atau tidak, tetapi Sicheng selalu mempunyai cara agar semuanya menjadi rumit untuk Reyna. 

“Tidak, terimakasih. Aku tidak kurang kerjaan mengambil fotomu di jalanan seperti sekarang ini” 

“Ayo fotokan aku sebagai ganti aku memfotomu di taman tadi” 

“Aku tidak memintamu untuk mengambil fotoku” 

“Reyna” panggil Sicheng tapi tidak diacuhkan oleh wanita itu. 

“ayo ambil fotoku sekali saja” Sicheng merengek sambil menggoyang-goyangkan lengan Reyna bak anak kecil yang tidak dibelikan permen oleh ibunya. 

“Sicheng, bersikaplah seperti orang dewasa normal. Aku malu” Reyna mengedarkan pandangannya ke sekeliling mereka dan benar saja ada 2 pasang mata penduduk lokal yang sedang menatap aneh kepada mereka karena tingkah tidak masuk akal Sicheng. 

“Yes, kau memanggilku Sicheng lagi. Makanya ayo foto aku” Reyna tidak tau lagi harus berkata apa untuk menghadapi makhluk ini. 

“kemarikan ponselmu” minta Reyna kepada Sicheng 

“Pakai milikmu saja, aku tidak membawa ponselku” jawab Sicheng yang membuat Reyna rasanya semakin ingin marah. Bagaimana seorang pria dewasa meninggalkan ponselnya selama berjam-jam tanpa rasa khawatir, apakah tidak akan ada orang lain yang menghubunginya? Mungkin Reyna lupa kalau Sicheng berbeda dengannya. 

“Kau tidak khawatir meninggalkan ponselmu seharian? Apa tidak ada yang mencarimu?" 

“Tidak. Satu-satunya orang yang bisa menghubungi ponselku ada di sampingku jadi aku tidak perlu khawatir karena aku sedang bersamanya” jelas Sicheng yang menimbulkan kebingungan baru di kepala Reyna. 

“maksudmu aku?” tanya Reyna tidak yakin karena ia tidak mempunyai kontak Sicheng. Tapi siapa lagi orang yang ada di samping Sicheng selain dirinya. 

“iya, memangnya siapa lagi yang ada di sini” 

“tapi aku tidak mempunyaimu kontakmu Mike” 

“Sekarang ada, lihat saja di daftar kontakmu” entah kenapa Reyna mau-mau saja mengecek daftar kontak di hapenya selama hampir satu menit dan akhirnya menemukan satu kontak asing yang diberi nama ‘My Fiancee’. Reyna tidak tau harus berkata apa lagi kepada makhluk menjengkelkan di sebelahnya ini yang akhirnya membuatnya menatap geram dengan tatapan tajam yang dibalas dengan cengiran mengesalkan milik pria itu. 

“Cepat berdiri di sana agar ini semua selesai. Aku ingin pulang” Reyna mendorong pelan tubuh pria itu menjauhi dirinya agar tidak terlalu dekat dengan kamera saat ia mengambil foto nanti. 

Sicheng yang menuruti Reyna mulai bergaya asal. Reyna mungkin tidak sadar saat ia sudah beberapa kali menekan layar ponsel itu untuk mendaptkan beberapa foto Sicheng yang Reyna akui bahwa pria itu sangat photogenic untuk seukuran pria yang suka bertingkah aneh dan tidak masuk akal. 

“Sudah, ayo kita pergi” Reyna menyimpan kembali smartphone miliknya ke dalam tas kecil yang ia bawa.

“Bagaimana hasilnya? Apakah aku ada di dalam foto? Apakah hasilnya keren? Tapi menurutku itu pasti sangat keren” Sicheng dengan kepercayaan diri yang tinggi dibumbui sedikit kesombongan memang perpaduan yang sangat pas. 

“Biasa saja, bahkan kau terlihat aneh” Jawab Reyna yang sebenarnya bertolak belakang dengan apa yang ada dipikirannya. 

“Yasudah, tidak apa-apa. Simpan saja fotoku, atau mungkin kau bisa menjadikannya sebagai lockscreen agar kau selalu mengingatku” 

“Dalam mimpimu” ujar Reyna sinis lalu kembali fokus ke jalanan yang akan mereka sebrangi.

-----

Mereka sampai di flat Reyna saat langit sudah mulai gelap. Sicheng berbelanja sangat banyak bahan makanan mulai dari sayuran, buah, daging, telur, bahkan beberapa makanan instan yang tinggal di masukkan ke dalam microwave sebelum dimakan. Tidak lupa juga yogurt dan susu fermentasi kesukaan Reyna. Entahlah, Reyna juga bingung kenapa Sicheng berbelanja sebanyak itu bahkan mengalahkan Adeline yang juga pernah berbelanja bersamanya. Masa bodoh, toh pria itu juga nanti yang akan memasak semuanya. Reyna paling hanya sesekali menggoreng telur atau memanaskan makanan instan tersebut saat ia lapar. 

"Kau bereskan semua itu dan aku akan pergi mandi" Reyna masuk ke dalam flat mendahului Sicheng yang sepertinya sedikit kerepotan membawa seluruh kantong belanjaan yang memenuhi kedua genggaman tangannya. 

"Kau tidak mau membantuku?" 

"Tidak. Lakukan saja sendiri. Kau yang membeli semua itu" setelah wanita itu masuk ke kamarnya Sicheng segera menggunakan kemampuan miliknya untuk menerbangkan dan menyusun semua belanjaannya. Dalam beberapa detik semua bahan makanan yang mereka beli tadi berterbangan di atas kepalanya menuju dapur lalu tersusun rapi sesuai tempatnya. Reyna belum boleh melihat ini karena wanita itu pasti akan kaget. 

2 menit kemudian Reyna keluar dari dalam kamar dan melihat Sicheng sudah duduk santai di sofa ruang tamu. "Kau sudah membereskan semuanya?" Tanya wanita itu.

"Sudah" 

"Kenapa cepat sekali?" 

"Karena aku bisa melakukan hal-hal yang mungkin tak pernah kau pikirkan. Sana kau mandi saja, aku sudah mulai mencium aroma aneh entah dari mana" Sicheng menutup hidungnya dengan telapak tangannya seakan-akan ada bau tidak sedap saat ini. Memang sikap aslinya tidak bisa dihilangkan. Ternyata mitologi yang menyebutkan imp itu adalah makhluk yang jahil dan suka usil sangat benar. Sicheng adalah contoh nyatanya. 

"Apa-apaan kau. Kau yang bau. Aku bahkan tidak pernah melihatmu mandi selama kau di sini" Reyna melemparkan wadah pembersih wajah yang sudah kosong ke arah Sicheng. 

"Jadi maksudmu kau ingin melihatku mandi? Kalau begitu ayo mandi bersama" ujar Sicheng dengan wajah mesum yang dibuat-buat.

"Dasar tidak waras!" Reyna buru-buru masuk ke dalam kamar mandi lalu menutup pintunya dengan keras yang membuat Sicheng terkekeh melihat tingkah wanita itu. 

"SICHENG GILA!" Teriak Reyna dari dalam kamar mandi 

"AKU BERCANDA REYNA, BERCANDAAA" Balas Sicheng dengan teriakan juga. Mungkin kakek tua yang tinggal di sebelah flat Reyna akan heran karena akhir-akhir ini sering mendengarkan teriakan dari dalam flat Reyna.

----

"Kesini sebentar, jangan tidur dulu" Sicheng memanggil Reyna sambil menepuk sofa di sebelahnya saat melihat wanita itu kembali dari dapur untuk minum dan sudah memakai piyama serta rangkaian perawatan wajahnya sebelum tidur. 

"Ada apa? Aku mengantuk" 

"Sebentar saja, ada yang harus kusampaikan" dengan langkah malas akhirnya Reyna berjalan ke arah sofa dan menyamankan posisinya di sebelah Sicheng.

"Apa yang kau ketahui tentang aku? Maksudku tentang imp secara keseluruhan" pertanyaan yang keluar dari mulut Sicheng sedikit membuat Reyna bingung tapi ia berusaha tidak menunjukkanya.

"Makhluk mitologi eropa yang kelasnya lebih rendah dari iblis dan biasanya dipelihara oleh penyihir. entahlah, Aku hanya pernah mendengarnya sekilas" jawab Reyna ragu. Tidak, Reyna tidak mendengar itu sekilas. Ia benar-benar mencari tentang imp di internet juga membaca semua artikel tentang makhluk itu karena sejujurnya Reyna juga penasaran. Berbagai macam sumber yang ia baca, bahkan ia baru tahu bahwa mitos tentang makhluk itu berbeda di Inggris dan di Jerman. 

"Aku tau kau pasti sedikit banyaknya sudah mencari tau tentangku. Aku berasal dari Jerman Reyna, bukan dari Inggris. Mereka yang dikirimkan ke Lincoln seluruhnya telah punah setelah dikutuk menjadi batu oleh malaikat karena membuat kekacauan di sana. Sekarang mereka hanya menjadi pajangan di dalam Katedral atau mungkin ada yang bisa kau temui di beberapa titik di kota itu sebagai ikon yang sangat terkenal di Lincoln" Reyna berusaha memahami tiap kata yang keluar dari mulut pria itu tapi tetap saja susah untuk dipahami. Alih-alih mengerti, cerita pria itu hanya membuat bulu kuduknya merinding. 

"Lalu bagaimana denganmu?" Tanya Reyna lagi.

"Aku dulunya dipelihara oleh penyihir terhebat yang tinggal di pegunungan Trier pada abad 15. Tapi setelah ia mati aku dijadikan buronan oleh pastor-pastor di negara ini. Bahkan saat mereka semua sudah mati pun, anak cucu mereka masih mengejar dan mencariku yang membuatku beberapa kali harus terkurung di katedral atau kapel tua yang berada di penjuru bahkan pojok negeri" jelas Sicheng yang membuat semua hal-hal yang pernah terjadi di hidupnya dalam ratusan tahun terakhir terputar kembali di memorinya. 

"Apa hubungannya dengan kau yang terikat dengaku?" Tanya Reyna lagi.

"213 tahun lalu aku dibebaskan oleh seorang pastor saat aku terkurung di ruang bawah tanah katedral dengan beberapa syarat, dan red velvet itu menjadi salah satunya. Rumit untuk dijelaskan, tapi intinya aku harus menjaga kue itu agar tidak sampai ke tangan siapapun. Tetapi jika ada yang menginginkan kue itu aku tidak boleh menolak untuk memberikannya karena pada dasarnya memang tidak semua orang bisa melihat kue itu" 

"Lalu kenapa harus aku yang bisa melihat kue itu?" Tanya Reyna serius sambil melihat dalam ke mata Sicheng. Jika diperhatikan lebih dekat lagi, garis wajah Sicheng memang agak sedikit berbeda dari manusia pada umumnya. Entah apa yang berbeda, tetapi menurut Reyna wajah Sicheng sangat asing dan terasa seperti ada yang aneh di wajahnya. Bahkan netra pria itu mempunyai aura yang tidak bisa dijelaskan secara rasional di dalam kepala Reyna. 

"Aku juga tidak tau, mungkin takdir. Tapi aku selalu menanggap orang yang bisa melihat kue itu sebagai tantangan dalam persyaratan yang diberikan si bodoh itu" Sicheng mendenguskan napas pelan sebelum melanjutkan perkataanya "bahkan saat ia sudah mati pun, ia masih tetap menyusahkanku"

"Maksudmu aku menyusahkanmu?" 

"Bukan" 

"Lalu?" 

"Di awal kita bertemu aku sudah bilang selama kau denganku maka akan lebih banyak bahaya yang muncul dalam hidupmu, dan secara tidak langsung nyawamu adalah tanggung jawabku selama setahun ini" jelas Sicheng yang membuat Reyna semakin merinding dan semakin takut. Kondisi macam apa ini? Tidak pernah terlintas sedikit pun di  pikirannya bahwa waktu seperti sekarang ini akan muncul dalan hidupnya. 

"Berarti bukan aku saja yang pernah membawa kue itu?" Kalau saja waktu bisa diputar, Reyna tidak akan pernah repot-repot mencari dan membeli kue itu jika akan seperti ini akhirnya. 

"Bukan" 

"Siapa dia? Apakah dia masih hidup?" Tanya Reyna antusias.

"Tidak. Kejadiannya sudah lebih dari 100 tahun lalu Reyna" 

"Reyna" panggil Sicheng saat menyadari perubahan ekspresi di wajah Reyna.

"Iya?" 

"Sebenarnya bukan ini yang ingin aku bicarakan denganmu" 

"Jadi apa?" 

"Ini mungkin terdengar aneh untukmu, tapi kau punya 3 kesempatan untuk meminta apapun kepadaku di saat-saat terberatmu selama satu tahun ini dan kuharap kau bisa mengerti dan memanfaatkannya sebaik mungkin. Percaya padaku, aku tidak akan meninggalkanmu sampai semua ini berakhir" Sicheng menatap wajah gadis itu dan mengamatinya secara keseluruhan tapi yang ia dapatkan hanya gurat kebingungan di sana. 

"Tidak apa-apa, tidak usah terlalu dipikirkan. Nanti kau juga akan mengerti semakin berjalannya waktu" 

"Aku memang tidak mengerti. Yasudah aku ke kamar kalau tidak ada yang ingin kau katakan lagi" Reyna beranjak dari sofa melangkah ke arah kamarnya. Sicheng memandang punggung wanita yang terlihat cukup kurus itu. Entahlah, sekarang tujuan utama Sicheng adalah menaikkan berat badan si cerewet itu. 

"Rey" panggil Sicheng pelan namun wanita itu langsung menoleh ke arahnya. 

"Apa lagi?" 

"Selamat tidur, semoga mimpi indah" Senyum di wajah Sicheng terukir saat mengucapkan kalimat itu 

"Terima kasih" jawab Reyna singkat lalu masuk ke dalam kamarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status