LOGINGunung Kumulus terguncang oleh kabar tentang pembantai misterius. Monster level tinggi ditemukan hanya tinggal tulang. Kawanan predator berkumpul untuk membalas dendam. Mereka tidak tahu siapa lawan yang mampu menghancurkan ras mereka seorang diri. Arum Sekar muncul sebagai tokoh yang sama sekali tak biasa. Penampilannya lusuh. Baju dan serulingnya bernoda darah. Dia dukun seruling yang lebih mahir membunuh daripada memasak. Dengan tangan kosong dan seruling bambu yang menyimpan pisau, dia menumpas kawanan monster tanpa kesulitan. Sikapnya acuh sedikit gila, dia sering salah sasaran, tapi hasilnya tetap brutal. Sekar ingin mencari koki. Dia bisa menangkap ikan lebih besar dari elang dengan trik konyol. Tanpa sengaja dia menyaksikan konflik lain yang jauh lebih berbahaya. Konflik itu melibatkan Lekir dan Mozan. Mereka berebut sebuah batu akik berbahaya yang menyimpan rahasia dan membawa kutukan. Lekir rela terluka dan berkorban demi menjaga batu. Mozan mengejar dengan kebengisan. Sekar campur tangan sebagai penghibur yang menyulut ketegangan. Musik serulingnya mengubah duel menjadi tontonan yang makin mencekam. Akhirnya cerita ini menautkan tiga benang utama yang saling berkaitan. Misteri pembantai dari balik gunung. Rahasia batu akik yang bisa mengubah nasib. Dan Arum Sekar, wanita dengan seruling, yang bergerak di antara darah, tawa, dan kelaparan kuliner. Pertarungan besar dan rahasia gunung menanti untuk terungkap.
View MoreBeberapa hari terakhir banyak rumor beredar jika dibalik Gunung Kumulus terdapat monster super kuat yang dapat mengalahkan semua monster level 9 seorang diri. Dia mengalahkan mereka hanya dengan tangan kosong.
Sampai sekarang masih belum diketahui pasti, siapa yang membantai monster-monster itu sampai hanya tersisa tulang tanpa daging. Sesosok harimau bertarung tajam setinggi bukit menggeliat diantara kawanan hewan iblis super besar dan seram. "Kalian dengar! Wilayah selatan sudah dibantai habis?" "Sess.... Aku tau, itulah kenapa kita semua mengadakan rapat sembunyi-sembunyi di sini, kita datang untuk membalas dendam rekan kita yang mati, kan. Cepat... Apa kalian semua punya info terkini, siapa yang membantai saudara saudara-saudara kita?!" Desis ular bertaring tajam, matanya bersinar emas di kegelapan malam. Kawanan monster itu saling memandang kemudian menggeleng, tak ada satupun dari mereka yang pernah melihat siapa pembantai ini, karena siapapun yang bertemu si pembantai sudah lenyap. Harimau dan ular itu tidak bisa untuk tidak merinding melihat bukti pemusnahan ras monster yang selevel mereka. Di dunia Blok ini semua monster diberi peringkat dari satu sampai sepuluh, sepuluh adalah level tertinggi para monster. Para monster ini datang ke dunia Blok dari portal iblis yang terkikis, portal segel yang membatasi antara dunia monster dan manusia. "Siapa yang mau memancingnya keluar?" Seru monster badak berdanduk kuat. Serempak para monster itu mundur menyisakan monster badak di tengah. "Sesss... Kamu yang mengusulkan menjadi umpan, maka kamu juga yang harus jadi umpan. Setuju tidak?!" Seru ular licik itu sambil menyeringai licik. Tanpa keraguan sedikitpun para monster mengangguk. Mereka tidak punya apa itu yang disebut hati nurani bersalah. Mereka hanya mentingkan diri mereka sendiri. "Kamu benar ular, biarkan badak yang menjadi umpan. Tentang saja badak, jika penyergapan kita berhasil kali ini kamu akan mendapatkan seper dua hasil buruan daging kita semua. Kamu tidak rugi." Di antara mereka ada sesosok monster kelinci yang tidak mencolok, dia menyemangati badak dengan sangat antusias. "Kalian!" Tubuh badak gemetaran, jelas sangat marah oleh kawanan monster yang tidak setia kawan dan bisa mengorbankan orang lain untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. "Halo. Apa aku bisa ikut?" Seru seorang wanita berpakaian kumal. Wajahnya penuh debu dan berantakan. Para monster itu tidak menyadari jika diantara mereka ada sesosok manusia. "Yah, kamu badak. Cepat telusuri hutan selatan tempat si pembantai itu muncul." "Haha kalian lihat, siapa takut, aku pasti akan membuat kalian menyesal dan menyerahkan semua daging buruan kalian saat aku menang." "Sess... Jangan banyak bocot, cepat, kita pergi ke wilayah selatan." Saat semuanya akan bergerak ke selatan, sebuah suara kecil mengganggu mereka. "Apa membunuh orang yang kalian incar bisa makan enak?" Seru sang gadis sambil mengangkat tangan. "Tentu saja. Siapapun yang memenggal kepalanya dapat jatah daging." Harimau mengeram kasar. "Ah..maaf, sebenarnya yang membunuh rekan seperjuangan dan ras kalian adalah aku!" Semua monster itu lantas menengok ke tempat wanita berdebu itu berdiri. "Kamu..." "Kau yang membunuh." "Sialan!" Badak yang paling depan langsung bergegas dan menyeruduk si wanita. Udara panas menyemprot dari lubang hidungnya. Gerakannya sangat cepat, dia melesat ke wanita berbaju merah tua yang terlihat dingin walupun kotor, auranya seperti pejuang besar tidak boleh diremehkan. "Kalian cari mati sendiri, aku tidak punya waktu sebanyak yang kalian kira. Kalian bisa maju bersama." Ucapannya penuh provokasi dingin. Tangan yang memegang seruling bambu kuning sudah membuat kepalan tangan, pertanda siap memukuli siapapun yang datang. Dia mengambil benda panjang paling dekat dengannya, tanpa ragu-ragu dia mengantarkan benda itu untuk memukul monster yang datang membabi-buta tanpa setartegi meyerang. "Sesss... Lepaskan aku wanita!!!" Seru ular yang digunakan sebagai benda sekali pakai. Wajah ular itu hampir tidak bisa dikenali lagi karena membentur para monster lainnya. Lima menit berlalu, harimau, badak, dan ras monster lainya sudah terkapar mati menjadi tumpukan gunung mengelilingi wanita itu. Wanita berpakaian merah itu mengarauk tengkuknya yang tidak gatal. "Eh... Apa kalian selemah itu?!" Serunya kebingungan. "Sudahlah, aku ke sini juga bukan untuk menganiaya kalian. Cek, sayangnya kalian sudah mati duluan, kemana aku harus mencari penunjuk arah jika kalian sudah mati!" Ucapnya terdengar penuh penyesalan. Wanita yang selesai menghabisi para monster dan menguliti dagingnya itu mengangkat alis, "Hei kau, jangan berpura-pura mati. Aku tidak bodoh, kau belum mati!" Seekor kelinci yang berotot kekar terkapar memperlihatkan perutnya yang putih gemuk pada wanita iblis didepan, otot-otot nya menegang. Dia panik sampai keringat dingin menetes di pelipisnya. Dalam hati kelinci itu menangis tanpa air mata. "Ampun suhu... Jangan makan hamba. Hamba tidak makan daging manusia. Hampa benar-benar monster yang patuh dan tidak membahayakan manusia. Jika nona ingin bukti, tanya saja pada ras kelinci ataupun monster di sekitarku." Seru kelinci sambil berlutut secepat yang dia bisa dan mengatupkan tangannya sambil menangis. Air matanya sampai tidak terbendung membasahi pakaian wanita berpakaian merah yang memegang seruling bambu kuning. Wanita yang pakaiannya dijadikan saputangan dan ingus itu memerah karena marah, dia menendang kelinci itu sampai menabrak pohon, pohon yang ditabraknya mengeluarkan suara berderit patah dan Boom... Pohon yang tidak sanggup menahan beban itu jatuh. "Aku tidak... Aku hanya ingin bertanya, apa ada sungai terdekat di sini?" Wanita itu sebenarnya tidak ada niatan untuk merusak alam, dia percaya kelinci di depannya itu kelinci yang baik. Mana ada kelinci penakut dan cengeng ini bisa membuat konspirasi licik penuh intrik padanya. Awalnya dia ingin menanyakan arah ke sungai pada kelinci, satu-satunya monster yang masih hidup sejauh dia memandang. Dia tidak mengerti jika sifat yang ditunjukan pada kelinci itu membuatnya di beri label wanita iblis oleh kelinci. Saudah satu mingguan ini dia tersesat setelah turun dari puncak gunung Kumulus. Dia ingin mencari sungai dan mandi. Tapi kenapa... Kenapa.... Semua hewan yang dia ajak bicara baik-baik langsung meburunya setengah mati. Dia hanya ingin bertanya arah, oke! Kelinci itu menyemburkan darah dari mulutnya, tubuh kekarnya terdapat cap sepatu bekas tendangan dari wanita iblis. Dia merangkak keluar dari lubanga pohon. "Ampun Nona... Aku tau dimana sungai itu." Untuk menyelamatkan nyawa kecilnya yang tidak berharga, padahal dia monster kelinci level sembilan, tapi di mata wanita iblis ini dia hanya bayi, bayi yang bisa dicubit sampai mati, dia rela merendah dan menjadi pemandu hutan kecil menuju sungai. "Kelinci!" Panggil wanita itu pelan. Di mata kelinci, panggilan itu bak tipuan sangkakala malaikat maut, tubuhnya merinding dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sontak dia langsung menegakkan tubuhnya menunggu perintah wanita iblis. "Apa Nona?" "Hei, apa kamu bisa memasak?" Tanya wanita itu penuh harap. ➡️➡️➡️➡️ Silakan komen jika ada typo, dan aku minta saran kata yang lebih cocok untuk andegan yang dirasa janggal. Terima kasih~ Selamat membaca....Sewosss~ Sebuah wortel menancap di perut Lekir dan mengirimnya sampai ke lubang yang dulu pernah digali Sekar. Apa!? Kau mau melawan, hah? Jawabannya tidak akan bisa! Sekar tidak punya dendam, dia hanya tidak mau magang ini, hahaha. Sekar berkepribadian picik ini agak lain.... ... Lekir berlutut lemah di depan rumah pagar, saat Sekar menatap ke arahnya dengan pandangan tidak suka, napasnya tercekat, Sekar berkata padanya, "Kau pergilah! Aku tidak perlu magang." Lekir berpikir saat terbang sambil mencabut wortel diperutnya, dia memakannya dengan wajah yang begitu dalam menatap langit. Tsk, aku gagal lagi! Jika seperti ini terus dia akan selalu ditendang terus-terusan oleh calon master. Luka yang dimiliki Lekir sudah sembuh sekitar delapan puluh persen, sisanya tidak bisa lagi disembuhkan hanya dengan mengunakan wortel biasa. Dia mulai berjalan penuh semangat lagi ke arah rumah pagar milik Sekar. Hati Lekir kusut. Seorang Mozan saja telah memaksanya untuk sekuat tenaga m
Berapa lama monster bisa hidup? Dan berapa lama manusia seperti dirinya bisa bertahan? Sekalipun tubuhnya sehat, umur manusia hanya sebentar, paling lama 1000 tahun, itu pun sudah sangat tua renta dan keriput kulitnya. Kalau dia tetap bersama makhluk itu, apa yang akan terjadi? Dia akan menua, rambutnya memutih, kulitnya keriput. Apa yang disukai monster itu darinya? Hanya wajah ini, ini tidak menyakinkan sama sekali. Bahkan monster juga tak kebal terhadap keindahan. Di dunia manusia, ada banyak orang yang jauh lebih cantik dan menarik. Dia hanya membawa telur itu, dan karena itulah monster itu menjaganya seperti harta nasional. Saat dirinya menua dan mati, makhluk itu pasti akan mengambil anak itu untuk dirinya sendiri, kemudian melupakanya. Pikiran itu membuat Ananti kesal, tapi dia tak bisa bangkit dari makamnya untuk menghentikan apa pun. Pada akhirnya, dia hanya menuruti egonya sendiri. Tapi bukankah semua manusia memang egois saat hidup? Dia ingin kembali. Semua yang pe
"Tok... Tok... Tok... Nona Sekar, anda masih didalam?!" Tanya pengunjung cemas. Sekar yang menutupi telinganya dengan bantal akhirnya terbangan, kepalanya pusing. Siapa? Siapa yang berani menganggu waktu mimpi indahku?! Keluh Sekar sambil membentak orang di depan pintu. "Kerek! Bang..." Sekar membuka pintu sambil membantingnya. "Siapa kamu, hah?!" "Ampun....NONA!! Aku kelinci yang kemarin." Seru kelinci terburu-buru menjelaskan. "Nona... Aku datang untuk memberikan ini. Ini makan terlezat yang gudang ras kelinci kami punya, aku mengangkat semuanya ke sini. Aku mohon agar nona Sekar tidak membunuh ras kelinci lagi, kami para kelinci bersedia membagi makan terlezat kami dengan Nona. Aku mohon..." Sambung kelinci sambil menunjuk-nunjuk gunungan kecil wortel oren cerah, bersih dan besar. Mulut Sekar berkedut sedikit, dia terlihat canggung. Pikiran marahnya mereda saat melihat ketulusan kelinci. "Baiklah, kamu boleh pergi sekarang." Jawab Sekar tanpa ampun sambil melambaikan tangan.
Mozan geram, "Kau tidak mau menurut padaku! Baiklah, aku akan membunuhmu, kemudian mengambil kembali apa yang aku miliki." Wusss Duar... Jeder.... Suara angin bergemuruh datang, Sekar masih cuek, dia tidak perduli pada pembunuhan di depan, dia juga tidak punya pikiran berlebihan untuk menolong atau ikut mencelakai siapapun. Dia menunggu dengan damai diatas pohon. Mata Lekir memerah karena kelelahan dan menahan sakit di lengannya, dia sudah mati-matian mencegah Mozan merebut kembali batu di dadanya. Batu akik berbentuk cangkrang kura-kura memang tidak ada gunanya untuk dia, tapi barang yang terlalu berbahaya di tangan Mozan harus diamankan, Lekir juga tidak atau berapa banyak orang yang sudah menjadi korban dari batu akik kura-kura. Dia hanya ingin mencegah bencana terulang kembali, walaupun beberapa hari yang lalu batu ini sudah mendapatkan nutrisi. Lekir hanya tau sedikit tentang sejarah batu akik, tapi pengetahuan dangkalnya tidak membuatnya terpikat dan mengunakan batu setan.
"Tidak." Nona, bagimana bisa seorang kelinci baik pemakan wortel bisa memasak! Seru kelinci menangis sedih dalam diam. Wanita yang sejak tadi tidak disebutkan namanya ini adalah Arum Sekar, seorang dukun seruling sakti, pekerjaan sehari-harinya adalah menumpas monster dan menguliti dagingnya untuk dipanggang, yang menyedihkan dia tidak punya bakat untuk memasak. Semua masakannya hambar dan tidak berselera. Sekar sering meratapi nasibnya, sebagai pecinta kuliner sejati, dia tidak bisa memasak untuk memuaskan dirinya sendiri. Dia tidak kecewa mendengar jawaban kelinci, Sekar tidak patah semangat untuk menemukan seorang koki. "Ouhh... Sudah sampai belum kelinci?" Sekar tidak bisa menipu dirinya sendiri jika dia sangat tertekan makan daging panggang hambar setiap hari. "Satu belokan lagi Nona Sekar, sungai itu ada dibalik pohon beringin itu." Tunjuk kelinci tergesa-gesa, dia takut salah sedikit saja nyawanya bisa melayang. Keduanya berjalan damai, kelinci memimpin di depan, sedang
Beberapa hari terakhir banyak rumor beredar jika dibalik Gunung Kumulus terdapat monster super kuat yang dapat mengalahkan semua monster level 9 seorang diri. Dia mengalahkan mereka hanya dengan tangan kosong. Sampai sekarang masih belum diketahui pasti, siapa yang membantai monster-monster itu sampai hanya tersisa tulang tanpa daging. Sesosok harimau bertarung tajam setinggi bukit menggeliat diantara kawanan hewan iblis super besar dan seram. "Kalian dengar! Wilayah selatan sudah dibantai habis?" "Sess.... Aku tau, itulah kenapa kita semua mengadakan rapat sembunyi-sembunyi di sini, kita datang untuk membalas dendam rekan kita yang mati, kan. Cepat... Apa kalian semua punya info terkini, siapa yang membantai saudara saudara-saudara kita?!" Desis ular bertaring tajam, matanya bersinar emas di kegelapan malam. Kawanan monster itu saling memandang kemudian menggeleng, tak ada satupun dari mereka yang pernah melihat siapa pembantai ini, karena siapapun yang bertemu si pembantai s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments