Share

05. Black Hair and Tiergarten

"Selamat pagi ibu guru cantik --oh bukan, ini weekend ternyata. Selamat pagi Reyna Xu" Sicheng menyapa Reyna yang baru keluar dari kamar dengan nyawa yang belum terkumpul sepertinya. Gadis itu melewati Sicheng begitu saja sambil mengucek matanya lalu masuk ke kamar mandi yang berada persis di sebelah kamarnya dengan rambut yang masih berantakan. Mungkin Reyna lupa kalau di tempatnya ada makhluk lain selain dirinya. 

Sicheng hanya tertawa pelan melihat tingkah Reyna. Ini sudah pukul setengah 9 pagi dan Reyna baru bangun, padahal semalam ia tidur sangat awal dengan alasan terlalu lelah menghadapi kehidupan. Bahkan, semalam Reyna menolak ajakan Sicheng pergi keluar untuk sekedar mencari angin sambil berjalan-jalan di pinggiran sungai spree* atau mungkin menonton film di bioskop. 

Sicheng meletakkan Speckpfannkuchen* yang barusan ia buat sekaligus menyiapkan peralatan makan untuk mereka sarapan pagi ini. Sejak kemarin sore Sicheng sudah bisa kembali memakan semua makanan manusia dan hal itu jelas menunjukkan ia sudah terikat dengan Reyna selama 1 tahun ke depan. 

"SIAPA KAU!? Kenapa kau berada di dalam rumahku?" Reyna hampir saja memukul punggung serta kepala belakang Sicheng saat menemukan pria berambut hitam duduk di kursi meja makannya menghadap ke pintu flat. 

"Hey tenang! Ini aku Mike" Sicheng refleks memutar tubuhnya ke arah Reyna untuk meyakinkan Reyna bahwa itu adalah dia, bukan orang lain atau penjahat yang masuk ke flat milik wanita itu. 

Reyna menjatuhkan tongkat bisbol yang entah milik siapa itu. sejak Reyna pindah ke sini tongkat itu sudah ada di dapur, Mungkin itu milik penghuni flat sebelumnya. Reyna ternyata lebih syok saat mengetahui bahwa pria itu adalah Sicheng. Sangat jelas terlihat di wajahnya bahwa ia terkejut. 

"Kau kenapa?" 

"Ada apa dengan rambutmu? Di mana rambut merah jambu menggelikan milikmu itu?" Reyna hampir tidak percaya bahwa pria yang ada di depannya saat ini adalah Sicheng, jelas aura pria itu sangat berbeda dengan terakhir kali ia melihat pria itu kemarin malam sebelum tidur. 

"Pertama, kau duduk dulu karena aku sudah menyiapkan sarapan, setelah itu baru kita bahas yang lain" entah karena lapar atau bagaimana Reyna langsung menyantap Speckpfannkuchen yang dibuat oleh Sicheng. 

"Kapan kau mewarnai rambutmu? Terakhir ku lihat rambutmu masih berwarna pink dan itu kemarin. Di mana kau mengecat rambutmu malam-malam? Kapan kau pergi? Setelah aku tidur?" Reyna menanyakan semua pertanyaan yang ada di dalam kepalanya. 

"Bertanyalah satu per satu, kau bisa tersedak jika berbicara sambil makan seperti itu" Sicheng mendekatkan segelas air putih ke arah Reyna. 

"Kapan kau warnai rambutmu?" Tanya Reyna lagi. Sicheng menatap Reyna dan melihat bahwa makanan yang ada di piring wanita itu sudah bersih tanpa tersisa. 

"Kemarin malam" 

"Dimana?" 

"Di suatu tempat yang kau tidak akan tau, ngomong-ngomong apakah kau suka dengan rambut baruku?" Sicheng mengangkat sebelah alisnya setelah menanyakan pertanyaan tersebut kepada Reyna. 

"Tidak buruk. Kau jauh terlihat seperti manusia normal dengan rambut itu" Reyna memperhatikan kembali wajah dan rambut Sicheng, menimbang kembali bahwa perkataan yang baru saja keluar dari mulutnya memang benar. 

"Tapi aku bukan manusia" 

"Tolong jangan memulai keributan Mike. makhluk apapun kau, jelas sekarang kau berwujud manusia normal di hadapanku. Lalu aku harus memanggilmu apa kalau bukan manusia?" Reyna yang pada dasarnya tidak ingin berdebat secara tidak sadar menaikkan sedikit nada suaranya karena ia teramat bingung dan kesal dengan Sicheng yang selalu menyebut dirinya bukan manusia, padahal jelas bahwa dengan bentuk seperti itu dia adalah manusia. 

"Baiklah, aku minta maaf" Sicheng melanjutkan makanannya sedangkan Reyna berdiri lalu berjalan ke dapur untuk menaruh perlatan bekas makannya ke wastafel. 

"Hari ini apa rencanamu?" Tanya Sicheng saat Reyna kembali ke ruang makan.

"Tidur seharian" 

"Kau tidak punya kegiatan apapun hari ini?" Tanya Sicheng lagi.

"Itu bagian dari kegiatanku. Kenapa kau banyak bertanya?" Reyna akhirnya kembali duduk karena ini masih terlalu pagi untuk melanjutkan tidur, terlebih ia juga baru selesai makan. 

"Kau juga tadi banyak bertanya. Oh iya, Kau mau tau rencanaku hari ini?" 

"Tidak. Kenapa kau lama sekali hanya untuk menghabiskan itu saja?" Reyna merasa terganggu melihat Sicheng memakan sarapannya dengan sangat lama, seakan-akan Sicheng bertanya dahulu kepada pancake daging itu apakah ia bersedia dimakan atau tidak. 

"Aku memang makan seperti ini" Sicheng kembali menyuapkan sesendok pancake daging itu ke mulutnya. Reyna teramat geram melihat pria itu mengunyah makanannya dengan sangat lambat. 

"Aku mau kembali ke kamar. Selamat makan, semoga kau segera menghabiskan makananmu" Reyna bangkit dari kursi tetapi ditarik oleh Sicheng sehingga ia kembali terduduk.

"Ada apa denganmu? Kenapa tanganmu dingin sekali? Dan kenapa kau menarikku?" Reyna terkejut saat telapak tangan Sicheng menyentuh pergelangan tangannya. Tangan pria itu benar-benar dingin seperti tidak ada darah yang mengalir di bawah kulitnya. 

"Temani aku sampai aku selesai makan" minta Sicheng. "Aku memang selalu begini, kenapa kau baru menyadari kalau suhu tubuhku berbeda denganmu padahal kita sudah beberapa kali bersentuhan" lanjutnya lagi.

"Kapan aku menyentuhmu? Ini pertama kali, dan itu juga kau yang asal menarikku" 

Sicheng menggelengkan kepalanya menyadari betapa pelupanya perempuan di depannya ini. "Kemarin aku juga menarikmu saat akan turun dari U-Bahn, apa kau lupa?" 

"Benarkah? Tapi aku tidak merasakan tanganmu sedingin tadi" 

"Itu karena kau terlalu fokus kepada anak itu" akhirnya Sicheng memasukkan suapan terakhir ke mulutnya. Ia meminum segelas air lalu tersenyum ke arah Reyna.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Tanya Reyna heran.

"Terima kasih sudah menemaniku menghabiskan makananku. Ini makanan manusia pertamaku setelah 100 tahun hehe" Sicheng kembali memamerkan deretan giginya ke Reyna, sedangkan gadis itu hanya mengedikkan bahu melihat tingkahnya. 

"Kau benar-benar tidak ingin tau tentang rencanaku hari ini?" Sicheng menaruh piring bekas makannya ke mesin pencuci piring lalu mencuci tangannya di wastafel sambil menunggu jawaban Reyna yang masih berada di ruang makan. 

Sebenarnya ruangan itu adalah kamar tidur, tapi karena Reyna hanya tinggal sendiri jadi ia menjadikan ruangan itu sebagai ruangan untuk makan. 

"Memangnya apa rencanamu hari ini?" Reyna bertanya malas. Sebenarnya ia tidak terlalu ingin tau apa rencana pria itu hari ini, tapi Sicheng sudah beberapa kali membahasnya sejak awal mereka makan tadi dan anehnya ia tidak langsung berkata apa rencananya malah seperti mendesak Reyna untuk menanyakan apa rencananya hari ini. Aneh. Satu kata yang cocok untuk Sicheng. 

"Kita akan pergi jalan-jalan hari ini" 

"Hah?" 

"Kenapa?" 

"Kita maksudmu aku dan kau?" Tanya Reyna sambil menunjuk dirinya dan Sicheng bergantian.

"Iya. Memangnya siapa lagi yang ada di ruangan ini? Aku sangat ingin pergi ke Tiergarten, aku sudah lama tidak ke sana" 

"Ya sudah kau pergi sendiri saja. Kenapa harus mengajakku?" Reyna berjalan ke kulkas mengambil minuman susu fermentasi favoritnya.

"Aku ingin kau ikut. Ini hari pertama kau benar-benar menjadi tuanku. Sebagai budak-oh bukan, kata budak sudah tidak dipakai di era saat ini, kalau begitu anggap saja aku anak buahmu. Sebagai anak buah yang baik aku ingin mengajak tuanku berjalan-jalan mengelilingi indahnya kota Berlin ini agar ia tidak selalu menghabiskan akhir pekannya dengan hanya bermalas-malasan di flat yang tidak seberapa ini" Sicheng terus mengoceh sampai-sampai ia tidak sadar kalau Reyna sudah masuk kembali ke kamarnya.

Mengetahui Reyna tidak lagi berada di dapur, Sicheng segera menyusul Reyna ke kamar "Heii kenapa kau pergi padahal aku belum selesai berbicara, di mana sopan santun yang selalu dijunjung tinggi masyarakat Asia" Sicheng menggedor pintu kamar Reyna berkali-kali. 

"Kau terlalu berisik Mike. Pergi saja sana, aku tidak ingin mendengar ocehan tidak jelasmu apalagi pergi denganmu" Reyna berteriak dari dalam kamar.

"Aku tidak mau tau Reyna, kau harus ikut denganku. Buka pintunya" Sicheng masih terus menggedor pintu kamar Reyna.

"Tidak!" 

"Aku bisa masuk tanpa harus kau bukakan pintunya".

"Terserahmu, coba saja" beberapa detik kemudian Reyna tidak mendengar suara Sicheng membalas perkataannya barusan. "baguslah akhirnya dia pergi, dasar makhluk aneh dan tidak jelas" ujar Reyna asal kemudian menutup kembali seluruh tubuhnya dengan selimut polos berwarna coklat kesukaannya. 

"Aku tidak aneh Reyna, memang begini caraku bertahan hidup di dunia yang tidak menyenangkan sama sekali ini" suara Sicheng terdengar di dalam kamar Reyna, suaranya sangat dekat bahkan Reyna sampai berpikir bahwa ia sedang berhalusinasi sampai ia membalikkan tubuhnya dan menemukan Sicheng sedang duduk di pinggir tempat tidurnya. 

"KAU GILA! SEDANG APA KAU DI SINI? BAGAIMANA KAU BISA MASUK?!" entah keberapa kalinya Reyna terkejut melihat tingkah tidak biasa Sicheng, tapi dari semua itu kali ini adalah yang paling tidak masuk akal. 

Reyna langsung duduk menghadap Sicheng untuk melihat apakah yang berada di depannya saat ini benar-benar Sicheng yang ia kenal. 

"iya ini aku. Kan aku sudah bilang kalau aku bisa masuk tanpa harus kau bukakan pintunya, lagi pula kau mengizinkannya bukan?" Sicheng berkata santai seolah tidak terjadi apa-apa.

"SIAPA YANG MENGIZINKANMU MENYELINAP MASUK KE KAMARKU?" 

"tadi kau berkata 'terserahmu, coba saja' bukankah itu sebuah persetujuan?" 

Reyna tidak tahu lagi harus berkata apa. Ia pikir Sicheng hanya membual saat mengatakan hal itu, semua ini benar-benar diluar nalar. Ia yakin sedang tidak bermimpi tetapi kenapa hal ini terasa sangat tidak nyata. 

"Jangan melamun, ini masih awal Reyna. Satu tahun kedepan kau akan melihat sesuatu yang lebih dari ini. Segera mandi and do your make-up. Aku akan menunggumu di luar" 

"Kenapa jadi kau yang menyuruh-nyuruhku. Bukankah barusan kau bilang aku adalah tuanmu" Reyna menggerutu lalu mendorong Sicheng untuk keluar dari kamarnya. 

"Jangan masuk ke dalam kamarku dengan cara apapun" Reyna menutup pintu kamarnya persis di depan wajah Sicheng. Beberapa detik kemudian saat Sicheng akan berjalan menjauhi pintu kamar wanita itu, Reyna kembali membuka sedikit pintu kamarnya "dan jangan coba-coba berani mengintipku atau berpikiran mesum tentangku" setelah mengucapkan hal tersebut Reyna kembali menutup pintu kamarnya. 

"Dari awal diciptakan aku memang TIDAK PUNYA NAFSU SEKSUAL REYNA XU" Sicheng sengaja meninggikan suaranya agar jelas terdengar oleh Reyna yang ada di dalam kamar.

----

"Kau akan ke taman dengan pakaian seperti itu?" Reyna sudah siap dengan kemeja putih yang dipadukan dengan jeans sekali lagi terkejut melihat pakaian yang Sicheng pakai. Bagaimana tidak, pria itu memakai setelan blazer double breasted hitam dan celana formal hitam pula. 

"Iya. Ada yang salah? Pakaian seperti ini sangat terkenal pada abad 19, biasanya para bangsawan yang memakai ini" jawab Sicheng percaya diri lalu memakaikan pantofel hitam di kaki kanannya yang entah didapat dari mana. 

"Aku tidak akan pergi denganmu kalau kau berpakaian seperti ini! Kau terlihat seperti malaikat pencabut nyawa yang ada di serial drama korea" Putus Reyna lalu kembali berjalan ke sofa ruang tamu. 

"Hei sebentar, jangan marah" genggaman di pergelangan tangan Reyna membuat wanita itu menghentikan langkahnya. 

"Lepas, tanganmu dingin Mike" 

"Kau mau kemana?" 

"Kamar" 

"Kenapa? Bukankah kita akan ke Tiergarten?"

"Ganti bajumu Sicheng! Tidak ada orang berpakaian seperti itu kecuali kalau kau model yang sedang pemotretan" 

"Kau baru saja memanggilku Sicheng? Bukankah nama itu lebih cocok denganku? Apalagi kalau kau yang menyebutnya" Sicheng mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi flirting yang membuat Reyna mengerutkan dahi melihat wajah pria itu. 

"Ganti bajumu atau tidak jadi pergi" Reyna meletakkan asal tas kecil yang sedari tadi di jinjingnya. 

"Kalau begitu pilihkan baju untukku. Sepertinya aku masih asing dengan fashion di abad ini" 

"Ngomong ngomong di mana kau mendapatkan baju? Bukankah kau tidak mempunyai lemari" tanya Reyna heran. Seingatnya Sicheng tidak membawa barang apapun sejak awal pria itu mengikutinya ke sini dan berakhir tinggal di flatnya. Sicheng juga tidak pernah terlihat memindahkan barang-barangnya. Intinya Reyna tidak pernah melihat barang apapun milik Sicheng di rumah ini, bahkan Reyna bingung di mana pria itu menyimpan baju-bajunya. Seminggu ini Sicheng terlihat berpakaian normal seperti orang-orang pada umumnya. Kadang ia memakai kemeja flanel berlengan panjang, kaos polos, piyama, bahkan hoodie kuning yang ia pakai dua hari lalu. Lalu kenapa hari ini pria itu memakai setelan aneh hanya karena ingin pergi ke taman.

"Sekarang aku punya" Sicheng menarik tangan Reyna kembali dan membawanya ke lorong pintu utama flat Reyna. Reyna diam saja saat merasakan telapak tangan dingin Sicheng kembali melingkari pergelangannya. 

"Tadaaa" Sicheng membuka closet yang ada di lorong pintu utama flat Reyna, selama ini wardrobe closet yang ada di kanan dan kiri lorong pintu utama itu tidak pernah Reyna isi karena memang barang miliknya tidak terlalu banyak.

"Kapan kau memindahkan semua ini?" Reyna hampir saja memukul Sicheng sekarang, sungguh jika memang semua baju-baju ini adalah miliknya, kenapa ia harus memakai setelan aneh itu hari ini. 

"Kemarin malam. Jeff memaksaku memindahkannya dari rumahnya" Reyna hanya mengangguk lalu berjalan di ruangan kecil itu untuk melihat baju apa yang cocok untuk Sicheng pakai hari ini tanpa bertanya bagaimana cara pria itu memindahkan ini semua ataupun siapa Jeff yang dimaksud Sicheng. 

Reyna tidak peduli lagi, mengingat kemarin malam Sicheng juga sempat mengganti warna rambutnya dan tadi pagi ia berhasil masuk ke kamar Reyna tanpa lewat pintu membuat semuanya semakin jelas di pikiran Reyna bahwa Sicheng bukan manusia biasanya sepertinya. Tapi Reyna tidak terlalu khawatir tentang itu, ia hanya cukup mengikuti alur permainan pria ini dan bersiap-siap jika kapan saja terjadi hal buruk kepadanya. Lagipula Sicheng terlihat baik, disamping pemikiran aneh dan kolot serta kebiasaan kebiasaannya yang membuat ia kadang terlihat seperti makhluk yang muncul dari tahun 1700-an. 

"Nah, pakai yang ini. Kau mempunyai banyak baju tapi kenapa memakai setelan aneh itu" Reyna memberikan sepotong kemeja lengan pendek berwarna dark khaki dipadukan dengan celana denim. 

"Sebaiknya kau cepat karena ini sudah hampir siang" Reyna keluar dari ruangan kecil tersebut meninggalkan Sicheng sendirian di dalam.

----

"Kemarikan handphone mu biar aku yang fotokan" Sicheng mengambil asal smartphone milik Reyna dari genggaman wanita yang sedang asik mengambil beberapa selfie juga sesekali mengabadikan indahnya pemandangan yang memanjakan mata di tempat tersebut. 

"Kenapa kau selalu bertindak sesukamu?" Kesal Reyna mencoba mengambil kembali smartphone miliknya. 

"Jangan marah-marah Reyna, aku yakin kau juga akan menyukai semua hal yang kulakukan sesukaku ini. Sekarang berdiri di sana dan aku akan mengambil fotomu" 

"Tidak mau" ujar Reyna tapi tetap berjalan ke spot yang ditunjuk oleh Sicheng. 

Sicheng beberapa kali menekan layar smartphone tersebut sambil mengintruksikan Reyna untuk mengganti pose-nya. 

"Kau cantik kalau tidak sedang marah-marah" Sicheng mengembalikan smartphone Reyna. 

"Terima kasih" 

"Tapi lebih cantik ibunya Felix sebenarnya" lanjut Sicheng yang entah apa tujuannya. 

"Aku tau itu" Reyna mulai berjalan meninggalkan Sicheng beberapa langkah dibelakangnya.

"Rey" panggil Sicheng sambil mempercepat langkahnya agar bersisian dengan Reyna.

"Hm" 

"Aku sedikit lelah, biasanya aku tidak sering berjalan tapi akhir-akhir ini aku banyak berjalan" 

"Lalu biasanya kau bagaimana?" 

"Aku lebih suka terbang atau kadang berteleportasi karena menurutku kehidupan manusia sangat membosankan. Bukankah kau merasa begitu?" Sicheng menemukan salah satu kursi taman di sudut kanan mereka dan memutuskan untuk duduk di sana karena ia benar-benar tidak biasa berjalan sementara ia dan Reyna sudah lebih 20 menit mengelilingi taman yang memiliki luas lebih dari 5 km secara keseluruhan. Reyna secara tidak sadar mengikuti Sicheng untuk duduk di kursi tersebut. 

"Memang benar begitu kan Rey?" Tanya Sicheng lagi karena merasa tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya tadi.

"Apanya yang begitu?" 

"Menjadi manusia itu membosankan?"

"Sebenarnya tidak terlalu. Aku bisa menikmati hidupku yang sekarang walaupun terkadang ada beberapa hal yang terjadi di luar kendaliku yang datang secara tiba-tiba, kau misalnya" jelas Reyna ke Sicheng.

"Kalau begitu kau harus bersyukur atas kehadiranku" 

"Kenapa begitu?"

"Karena aku akan membuat setiap harimu terasa lebih baru dan tidak monoton" 

"Hmm lakukan sesukamu Mike" Reyna menjawab asal lalu kembali membuka ponsel miliknya. 

"Reyna" panggil Sicheng lagi. 

"Apa lagi?" 

"Kau tidak penasaran rasanya berteleportasi?" 

"Belum. Berlin terlalu indah untuk dilewati begitu saja. Aku suka semua sudut di kota ini. Aku tidak mengerti konsep teleportasimu itu, tapi setauku teleportasi itu berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa melewati jarak antara keduanya. Jadi sangat tidak menyenangkan saat aku harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa menikmati pemandangan kota ini" jelas Reyna panjang lebar yang entah kenapa setiap kata yang diucapkan wanita itu berusaha dicerna oleh Sicheng sebaik mungkin.

"Walaupun saat kau terlambat bangun di senin pagi?" Tanya Sicheng lagi.

"Akan kupikirkan lagi tentang itu, tapi sepertinya menaiki U-Bahn atau S-Bahn* jauh lebih masuk akal" 

"Tidak semua yang ada di dunia ini harus dipikirkan secara rasional Reyna" 

"Sepertinya iyaa karena sampai sekarang aku masih bingung dengan kehadiranmu"

"Kapan-kapan akan ku bawa kau melihat indahnya kota impianmu ini dari langit saat malam hari" Reyna tidak menjawab Sicheng lagi karena ia terlalu fokus ke benda persegi panjang di tangannya itu.

----------

*Sungai Spree: sungai yang melewati negara bagian Saxony, Brandenburg, dan Berlin di Jerman. serta kawasan Ústí nad Labem di Republik Ceko. Dengan panjang sekitar 400 kilometer (250 mi), sungai ini adalah percabangan kiri dari Sungai Havel, kemudian mengalir ke Elbe dan Laut Utara 

*Speckpfannkuchen: sejenis pancake gurih dari Jerman yang dikombinasikan dengan potongan bacon. Bacon bisa diletakkan di atas pancake atau digunakan sebagai isian, tapi selalu digoreng terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam hidangan. Selain bacon, pancake ini juga dapat dimodifikasi dengan menambahkan keju atau bawang. Ini dimakan sebagai hidangan pembuka atau sarapan lezat yang dilengkapi dengan acar mentimun atau salad hijau.

*S-Bahn: sistem angkutan cepat di dalam dan sekitar Berlin, ibu kota dari Jerman. Sistem ini terdiri dari 15 jalur dan terintegrasi dengan sistem yang sebagian besar berada di bawah tanah U-Bahn untuk membentuk tulang punggung sistem angkutan cepat massal di Berlin. Tidak seperti U-Bahn, S-Bahn melintasi batas kota Berlin dan negara bagian menuju negara bagian di sekitar Brandenburg, seperti menuju Potsdam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status