Share

5. Ngidam

Author: HANINA
last update Last Updated: 2021-02-25 09:49:14

"Mas, kenapa sekarang kamu nggak pernah nginap, sih? Emang mas nggak kangen sama aku?" ucap wanita sèksi yang memasang wajah cemberut di hadapan Danu.

"Kangenlah, Sayang, kangen banget malah." Danu memeluk tubuh kekasihnya dengan erat.

"Terus, ngapain nggak pernah nginep? Aku sangat kesepian tau! Aku juga pengen, udah satu minggu Mas anggurin aku. Rasanya cenat-cenut nggak karuan."

"Apalagi aku, Yang, kepalaku tiap hari pusing kayak mau pecah." Danu semakin mengeratkan pelukannya.

"Ya udah nanti malem nginep, ya? Aku punya lingeri baru, mau lihat, nggak?" Wanita cantik yang ada di dekapan Danu berbisik mesra.

"Huft … maaf sayang, Mas nggak bisa." Wajah Danu terlihat sangat menyesal.

"Yakin, nggak mau nginep? Ya udah kalau gitu, aku mau malem mingguan sama teman-teman aku. Jangan cemburu kalau ada cowok lain yang ngisengin aku."

"Kok gitu Sayang, Mas nggak rela kamu jalan bareng sama cowok lain, kamu itu hanya milik, Mas! Nggak boleh ada orang lain yang nyentuh kamu selain aku." Danu mengurai pelukannya dan menatap tajam kepada sang kekasih.

"Abis mas nggak mau nginep, kan? Mas sebenernya cinta nggak sih sama aku? Aku cuma minta satu malam aja, susah amat!"

"Maaf, Sayang, bukannya Mas nggak mau. Tapi … Risa sedang hamil. Mas takut, dia akan curiga kalau Mas menginap di sini semalaman."

"A-apa … hamil? Kok bisa, emang Mas nggak nyuruh dia KB? Apa artinya selama ini aku melayani Mas dengan sepenuh hati kalau ujung-ujungnya Mas masih nidurin Risa sampai hamil." Wajah cantik kekasih Danu itu berubah menjadi merah padam karena marah.

"Sayang, kamu kok aneh. Risa itu adalah istri Mas, mana mungkin Mas tidak menidurinya. Dia akan curiga kalau Mas nyuruh dia kb, lagian selama ini dia nggak KB juga nggak hamil-hamil. Kemarin Dia sempat curiga, karena Mas terlihat nggak antusias mendengar berita tentang kehamilanya."

"Tau ah!" Wanita cantik yang ada dihadapan Danu itu, memalingkan mukanya.

"Sayang dengerin Mas, bukankah dulu Sayang yang minta Mas untuk menikahi Risa? Jujur saja itu adalah salah satu permintaan Sayang yang paling berat buat Mas. Sayang tahu kan, dari dulu Mas nggak pernah mencintai Risa. Hidup serumah denganya sungguh sangat menyiksa ketika cinta Mas hanya terpaut padamu, Sayang." Danu menangkup wajah kekasihnya.

"Lagian Mas jarang nglakuin itu sama Risa, masih seringan sama Kamu, Sayang. Mas harus mbayangin sama kamu biar napsu ketika begituan sama Risa. Jangan marah, kamu tetaplah yang terbaik." Danu mengecup bibir kekasihnya dengan mesra.

"Sayang ingat, nggak?"

"Apa?" Jawab Karin dengan kesal.

"Sayang yang ngambil keperjakaan Mas, bukannya Risa." Danu setengah berbisik.

"Yee … Mas juga yang ngambil keperawanannya aku."

"Kita satu sama dong, dulu Sayang masih takut-takut gitu. Kenapa sekarang bisa seagresif ini, sih?" Danu menggoda kekasihnya.

"Mas … jangan goda aku kalau Mas nggak bisa nemenin aku."

"Hm … baiklah nanti waktu jam istirahat siang kita ketemuan di hotel seperti biasa, nanti Mas booking lewat online. Sayang tinggal sebut nama Mas aja sama resepsionis hotel, oke? Mas penasaran dengan lingeri barumu, Sayang." Danu berbisik sambil memeluk kekasihnya dengan mesra.

"Mas … aku jadi nggak sabar." Wanita cantik itu memukul dàdanya Danu dengan manja.

"Ya udah mas berangkat dulu, kalau terlambat rencana Kita bisa gagal nanti siang."Danu mengecup mesra bibir kekasihnya.

***

"Mas Danu."

Danu melotot tidak percaya, ketika Risa sudah berdiri di lobi kantor di saat jam istirahat kerja. Mimik wajah gembira karena sudah membayangkan kekasihnya dengan balutan lingeri yang séksi sedang menunggunya di kamar hotel buyar sudah berganti dengan mimik wajah terkejut. "R-Risa!"

"Kenapa kaget gitu, wajah Mas kok pucet? Mas sakit?" Serentetan pertanyaan memberondong Danu yang masih mematung di tempatnya berdiri.

"Eh enggak, tumben kamu datang ke sini, Sayang."

"Emang tidak boleh?"

"Boleh … tentu boleh, cuma nggak biasanya, hehehe." Danu tertawa kecil untuk menyembunyikan kegugupannya.

"Aku pernah lho Mas datang kesini nyamperin Mas, tapi Masnya nggak ada. Padahal teman-teman Mas ada di sini semua, cuma Mas yang pergi keluar."

"Ha … kapan?" Jantung Danu mulai berdetak tak beraturan karena gugup.

"Udah lama sih, niatnya bawain makan siang buat Mas tapi masnya nggak ada."

Hening

"Tapi ada temen Mas bilang, Mas pergi sama cewek cantik yang sangat séksi." Risa tertawa dalam batinnya ketika melihat wajah suaminya yang pucat pasi seperti terkena serangan jantung.

"Temen siapa namanya? Mas, akan tampar mulutnya yang sembarangan ngomong. Perasaan Mas nggak pernah keluar dengan cewek séksi." elak Danu.

"Nggak tahu namanya Mas, tapi aku masih inget wajahnya. Kamu tahu, Mas?"

"A-apa?" Danu menjawab dengan tergagap.

"Hari itu aku menunggu Mas sangat lama, sampai jam istirahat kantor selesai.Tapi Mas juga belum kembali. Aku sangat kecewa karena sudah susah payah memasak makanan kesukaan Mas selama berjam-jam tapi …. Ah sudahlah, aku tidak mau mengingat moment menyakitkan itu." Risa menggidikkan bahunya yang membuat Danu semakin salah tingkah.

"Maaf, Mas, waktu itu …" Ponsel di saku celananya Danu berdering lantang. Kembali Danu sangat gusar karena sudah pasti sang pujaan hati yang menelpon menanyakan keberadaanya yang sampai sekarang belum sampai di hotel yang letaknya tepat di sebelah kantor tempatnya bekerja.

"Kenapa nggak di angkat, Mas?"

"I-iya sebentar." Dengan sedikit berdebar Danu mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. "Ha-halo, iya, iya Pak. Baik Pak, harap Bapak maklum. Maaf ya, Pak."Danu mengakhiri panggilannya sambil memperhatikan mimik wajahnya Risa.

"Kenapa, Mas, ada masalah?"

"Eh nggak, cuma telpon dari bank untuk menawarkan produk asuransi, tapi mas nggak tertarik." dusta Danu.

"Kirain apa Mas, soalnya mas kelihatan tegang banget. Ya udah makan siang yuk, dari tadi pagi aku belum makan."

"Kenapa belum makan? Mual-mualnya belum ilang? Sekarang pengen makan atau ngidam apa gitu? Biar mas beliin."

"Iya nih masih mual, tapi sekarang aku pengen sesuatu."

"Pengen sesuatu apa, Sayang?"

"Dedek bayi pengen Kita bertiga makan siang di hotel itu, Mas." Risa menunjuk hotel tempat di mana ia membuat janji dengan kekasihnya.

Danu mendadak tegang." Di sana?"

"Ini ngidamnya anak kamu lho, Mas. Mas cukup temenin aku makan aja, soal tagihan, Mas jangan khawatir, aku bayar dengan uang pribadiku."

"Bukan gitu, Sayang, tapi makanan apa yang pengen kamu makan di sana?"

"Nggak tahu, cuma rasanya pengen banget makan menu apa pun terserah asal makan siang di hotel itu." Risa mengelus perutnya yang masih rata. 'Terima kasih, Sayang, kamu nggak bikin Mama mual atau ngidam apa pun yang menyusahkan Mama. Mama cuma mau ngasih pelajaran buat Papa Kamu. Dilihat dari keengganannya untuk mengabulkan permintaan Mama, sudah pasti Papamu janjian dengan wanita itu di hotel yang sama.' Batin Risa.

"Baiklah, ayo." Dengan kaki lemas Danu menggenggam tangan Risa berjalan menuju hotel dimana seharusnya ia bisa memadu kasih dengan kekasih simpanannya.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BROKEN (INDONESIA)    99. Selamanya Bahagia

    Delapan belas tahun telah berlalu, tapi pernikahan kedua Danu dan Risa semakin romantis. Walaupun umur keduanya tidak lagi muda. Seperti saat ini, di taman belakang saat sore hari, Danu dan Risa menghabiskan waktu bersama pada hari sabtu, minggu atau hari libur lainnya. Mereka akan duduk berdua sambil berpelukan dan bercerita keseharian mereka ketika tidak bersama. Danu akan bercerita keadaan kantor beserta permasalahannya dan Risa bercerita tentang keadaan rumah dan Satria. Bocah bule yang ditemukan di depan pintu yayasan sosial milik Risa itu kini tumbuh sebagai remaja tampan dan sangat aktif. Dingin di luar tapi sangat cerewet di saat-saat tertentu. Seperti saat ini, remaja tampan itu sudah menggoda kedua orang tua angkatnya dengan bercie-cie ria. "Astaga, kalian, mataku ternodai." goda Satria yang tiba-tiba muncul lalu mengolok kemesraan Danu dan Risa. "Kamu juga gitu, nanti, kalau udah ketemu cewek yang kamu suka." jawab Danu yang belum mau melepaskan pinggang istrinya. "Ish …

  • BROKEN (INDONESIA)    98. Akhir Bahagia

    Hati Danu seakan ingin melompat dari dalam dadanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, takut jika yang dilihatnya adalah halusinasi. Dengan mencubit kulit di lengannya, laki-lski itu memastikan jika yang dilihatnya adalah kenyataan. "Mas Danu," panggil Risa lirih. "Mas." "Eh iya," Danu terlonjak dengan panggilan Risa. Ia bangun dari ranjang lalu mendekati Risa. "Sayang," Danu menangkup wajah Risa yang malam ini terlihat sangat cantik dengan sentuhan make-up minimalis. "Malam ini …?" Risa menganggukkan kepalanya yang disambut senyum lebar dari bibir tipisnya Danu. "Maaf, telah membuat Mas, menunggu lama." "Tidak apa, Mas rela menunggumu." Danu langsung memèluk tubuhnya Risa dengan erat sambil mengècupi puncak kepalanya. Ia menarik kedua tongkat yang menyangga tubuhnya Risa lalu mengangkat tubuh mungil itu ke atas rànjang. Dengan pelan-pelan, Danu membaringkan tubuh istrinya. Pandangan mereka bertemu, Risa tersipu malu ketika suaminya menatapnya dengan lekat. Tatapan mata itu

  • BROKEN (INDONESIA)    97. Mas Danu

    Risa kaget, ia tentu merasakan tonjolan itu. Ia juga paham jika Danu sedang terangsang. Salahnya, ia tergesa-gesa sehingga tidak sengaja terpeleset lalu mengakibatkan insiden yang tidak diinginkannya. "M-maaf," ucap Risa dengan malu-malu. Sebenarnya sudah satu bulan yang lalu ia sudah membuka hatinya untuk menerima kehadiran Danu seutuhnya sebagai seorang suami. Dirinya pun sudah siap jika suatu saat, Danu meminta haknya. Namun ia malu untuk mengatakannya, ketulusan Danu dan perhatiannya selama ini. Dapat Risa rasakan jika tidak pura-pura atau dibuat-buat. Ia juga bisa melihat, tatapan penuh cinta dari Danu selaku ditujukan padanya ketika mereka berhadapan. Jujur, ia sedikit minder dengan keadaan fisiknya yang cacat, yang hanya mempunyai satu kaki. "Oh, tidak apa, kamu baik-baik saja, sayang. Eh … R-ris," mulut Danu selaku gatal untuk memanggil istri tercintanya itu dengan sebutan sayang. "A-aku baik-baik saja, Dan." Risa tak kalah canggung. Posisi mereka dan keadaan dirinya yang ha

  • BROKEN (INDONESIA)    96. Insiden Manis

    "Dan," panggil Risa setelah mendengar nama Karin. Saat ini mereka sedang berada di ruang makan untuk sarapan. "Ris, Karin, meninggal tadi malam di rumah sakit pusat rehabilitasi penyakit AIDS." jelas Danu, yang tahu jika Risa penasaran dengan panggilan telepon yang baru dijawabnya dan menyebutkan nama Karin. "Sebaiknya kamu cuti untuk menghadiri proses pemakamannya Karin. Bagaimanapun, dia pernah menjadi bagian penting dalam hidupmu." ucap Risa tulus. "Ris, kamu …?" "Aku sudah memaafkannya, aku pikir, semua sudah takdir dari Tuhan." "Terima kasih, Ris." Danu tidak menyangka, Risa akan begitu mudah memaafkan kesalahan Karin yang begitu besar padanya di masa lampau. Hati wanita itu sangat baik."Aku tidak bisa ikut, kondisiku yang begini, tidak memungkinkan dan tidak ada yang mengurus Satria.""Benar, sebaiknya, kamu di rumah, jagain Satria." Danu pikir, keputusan itu sudah tepat demi kebaikan semua. "Sudah, sana cepat berangkat sebelum jalanan ramai, daripada terjebak macet nanti.

  • BROKEN (INDONESIA)    95. Berita Duka

    "Bagaimana bisa?" Risa terperangah mendengar pengakuan dosa dari Karin. Seketika dadanya terasa sesak, Papa yang sangat dicintainya meninggal gara-gara mantan madunya."Maafkan aku, Ris, aku ….""Katakan padaku, bagaimana, Papa, bisa meninggal?" titah Risa."Setelah kelahiran Satria, Mas Danu, mulai menjauhiku. Dia memutuskan untuk meninggalkanku demi Satria. Ia merasa bersalah dengan keadaan Satria yang mengidap penyakit gagal jantung. Mas Danu merasa, semua karena kesalahannya. Sewaktu, kamu, mengandung, Mas Danu tidak memperhatikanmu karena sibuk mengurusku. Ia ingin menebus kesalahannya dengan merawat Satria dan meninggalkanku.""Aku yang sudah terbiasa mendapatkan perhatian dan uang jajan darinya. Merasa

  • BROKEN (INDONESIA)    94. Memohon Pengampunan

    Mereka saling berpandangan.Danu mengerjap beberapa kali karena tidak percaya melihat kehadiran Karin di depan matanya. Mantan istri sirinya yang dulu terlihat sangat cantik dan sèksi itu sekarang terlihat layu. Karin memakai kaos dan celana training panjang yang menutupi seluruh lekuk tubuhnya. Pakaian ketat yang sudah menjadi ciri khasnya tak terlihat hari ini. Mukanya kusam tanpa make up, kulitnya tampak kering tidak seperti dulu yang terlihat glowing dan terawat."Mas Danu ….""K-karin."Karin langsung bersimpuh dihadapan Danu."Ada apa? Jangan begini, malu dilihat orang." Danu beringsut mundur ke belakang."Mas, Mas Danu, tolong aku." tangis Karin mulai pecah.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status