BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 10.**PoV Raisa.Aku tersentak mendengar pernyataan dokter tentang kondisi Rindu. Aku tidak menyangka kondisi anakku bisa seperti ini. Kenapa Rindu bisa seperti ini? Apa yang terjadi sebenarnya? Siapa yang melakukan tindakan ini kepada dia?Pertanyaan ini bermain-main di kepalaku. Aku nggak terima anakku diperlakukan layaknya bi-na-tang yang tidak berharga. Dia manusia, dia adalah seorang anak kecil yang belum tahu apa-apa. Usianya baru 8 tahun sebentar lagi dia ulang tahun yang ke-9 tahun. Dia masih kecil dan tidak seharusnya menanggung derita yang sebesar ini. Dimana pikiran manusia-manusia yang memanfaatkannya?"Gak mungkin ... Gak mungkin ...." kataku histeris tak terima."Raisa, sabar ...." kudengar suara Lastri yang juga menangis mengatakan hal itu.Bagaimana mungkin aku bisa sabar Kalau kejadiannya begini. Orang lain belum tentu bisa sanggup mengatasi permasalahan yang kualami. Aku rasanya bagaikan ditipu oleh keluarga terdekat. Jauh-jauh
Aku, Lastri dan Reyhan datang ke Kantor untuk penyelidikan lebih lanjut. Semua ditanyakan Polisi, orang-orang yang terlibat. Lastri juga dimintai keterangan oleh Polisi, apa saja yang diketahuinya tentang Rindu. Bagaimana bisa Rindu masuk Rumah Sakit. Semua ditanya Polisi secara detail. Lastri menjawab apa saja informasi yang dia ketahui.Polisi juga bergerak untuk meminta keterangan dari Mas Emran. Mas Emran harus dimintai keterangan atas apa yang terjadi pada Rindu, anak kami.Aku tidak mengharapkan apa-apa. Aku hanya mengharapkan keadilan, keadilan Untuk anakku. Sudah terlalu banyak yang dirasakannya dan penderitaan yang dialaminya. Aku ingin semua ini cepat selesai dan siapa pelaku utama dan kronologinya seperti apa. Kenapa rindu bisa jadi seperti ini? Kenapa Rindu bisa mengalami kekerasan dan pe-le-cehan?"Terima kasih, Lastri. Kamu sudah benar-benar meluangkan waktu. Kamu mau turut andil dalam kasus Rindu dan kamu mau membantuku. Aku nggak tahu lagi, bagaimana caranya berterima
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 11.**PoV Author.Liana terkejut saat Polisi masuk ke ruang perawatannya. Kesalahan apa yang di lakukannya? Dia merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa, jadi polisi tidak patut datang ke ruangannya.Namun, ketika polisi mengatakan maksud dan tujuannya datang ke ruang perawatan Liana. Wanita itu menelan ludah, dia kesal sekali. Pasti ini perbuatan Raisa. Raisa nekat lapor Polisi.Sebenarnya, Liana sudah punya rencana lain. Naas, dia celaka dan harus keguguran. Sekarang masih terbaring di Rumah Sakit."Tolong ibu ceritakan apa yang Ibu ketahui sebagai saksi karena kami ingin bertanya perihal masalah Rindu, katanya itu anak sambung Ibu. Dari keterangan Pak Emran, kalian menikah secara siri.""Saya gak tau apa-apa, Pak. Saya masih sakit. Kenapa bertanya itu pada saya.""Mohon maaf sebelumnya, Bu. Kasus ini sudah viral bahkan juga sudah melibatkan komisi perlindungan Anak Indonesia. Jadi kami harus bertindak cepat karena masyarakat juga bertanya tent
Dalam kondisi kesal, Liana pukul kepala Rindu beberapa kali dengan piring plastik sampai piring itu rusak, tak diam juga Liana pukul pakai gagang sapu dan terakhir dia benturkan ke tembok. Akhirnya gadis kecil malang itu tak sadarkan diri. Liana kaget.Saat itu Reyhan berteriak dan minta tolong warga lewat dan Rindu segera di bawa ke Rumah sakit. Liana kesal, harusnya dibiarkan saja mati begitu. Dia hukum Reyhan mengemis dan memukuli anak itu beberapa kali. Ketahuan Emran. Emran menyuruh Liana menyudahinya karena anaknya bisa mati kalau di pukul terus dan nasibnya sama dengan Rindu. Akhirnya Liana berhenti menghajarnya dan pasrah Rindu di rawat. Berselang beberapa waktu Raisa pulang dan tak sangka dia gatal-gatal kemudian harus keguguran.Liana gak masalah sih keguguran, anak ini juga bukan anak Emran. Tapi, anak Boni, pacarnya. Namun, kata Dokter ada infeksi di rahimnya yang harus di periksa lebih lanjut.Sekarang, Liana harus segera kabur dari Rumah Sakit. Dia gak mau ditangkap Poli
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 12.**PoV Raisa.Setelah menjual pakaian Mas Emran dan juga Liana. Aku kembali ke rumah, mengambil barang penting dan juga peralatan-peralatan yang akan dijualnya semuanya. Rindu butuh biaya yang lebih besar apalagi kasus ini sudah ditangani Polisi dan pasti membutuhkan biaya yang memang besar untuk menyelesaikannya. Aku bersyukur banyak pihak yang mau membantu sehingga lebih meringankan diriku."Raisa ...," kata Bu RT menyapaku, saat hendak masuk ke rumah. Aku menoleh memperhatikan bu RT yang melangkah cepat ke arahku. Kemudian kami saling bercerita satu sama lain. Sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikannya kepadaku tentang kasus yang sedang bergulir saat ini. Aku juga ada hal yang ingin ku tanyakan kepadanya."Eh, Bu," kataku."Raisa. Bagaimana perkembangan kasus Rindu? Ibu sebenarnya datang ke sana cuma kemarin kamu lagi nggak ada dan ada Polisi jadi ibu takut, nggak jadi ke sana. Ibu doakan semoga kasus Rindu segera selesai. Kasihan
Tak berselang lama datanglah Bu Enya dan juga Lala. Aku terkaget mereka datang kemari. Mereka juga terkejut ketika melihat barang-barang sudah diangkut semuanya ke mobil bak terbuka. Bu Enya mertuaku mempercepat langkahnya."Raisa ... Apa yang terjadi semua ini? Kenapa semua barang-barang diangkut ke atas? Apa kamu mau pindahan?" tanyanya.Pindahan? Aku juga nggak sudi memakai barang-barang bekas Liana dan mas Emran."Aku menjual semuanya, Bu. Semua ku jual dan kujadikan uang untuk biaya pengobatan anakku!""Maksud kamu ini apa, Raisa? Kamu ini keterlaluan sekali. Ibu datang kemari karena disuruh Emran untuk mengambil pakaiannya. Gara-gara kamu Emran jadi ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka atas kasus penganiayaan terhadap Reyhan dan Rindu. Apa kamu belum puas! Sekarang Emran nggak punya pakaian dan ibu harus membawakan pakaian buat dia. Jadi kalau seperti ini bagaimana?!" kata Bu Enya gak terima."Iya, Mbak. Kenapa kamu nggak ada rasa kasihan sedikitpun dengan mas Emran. Dia sek
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 13.**PoV Raisa.Setelah aku mengatakan maksud dan tujuanku datang ke sini. Mas emran terkaget. Dia tidak menyangka kalau aku bisa bertindak sejauh ini."Raisa. Mas tau kalau salah. Tapi apa nggak bisa Mas memperbaiki semua ini. Kita mulai lagi dari awal. Mas akan bekerja dengan baik. Mas akan setia sama kamu. Raisa, Sayang. Di mana Reyhan anak kita? Mas mau ketemu," katanya mengulurkan tangannya hendak memegang tanganku. Secara otomatis aku menarik tanganku merasa jijik padanya. Perkataannya lembut tetap saja membuatku muak."Mas, ini adalah hal yang terbaik untuk hubungan kita karena kamu lebih dulu memilih untuk menghianatiku. Kamu tahu saat ini aku memandangmu secara kesal dan muak setelah kamu melakukan kekerasan ke anak-anak kita. Bahkan kamu berani bertanya di mana anak kita. Rindu Dan Rayhan sebenarnya adalah tanggung jawabmu dan keluargamu. Tetapi tidak apa-apa aku yang akan mengambil tanggung jawab itu. Karena kamu bukan Ayah yang tepat
"Sabar, Raisa. Mbak tahu ini masalah yang besar. Kamu perempuan kuat. Kamu perempuan hebat karena Allah memberikan cobaan ini ke kamu benar-benar yakin kamu bisa menghadapi ini. Kamu bisa menghadapi semua ujian ini.""Terima kasih ya, Mbak. Aku titip dulu Reyhan kalau udah butuh apa-apa berikan saja dulu. Sekarang aku juga mau pergi ke Bank. Aku mau tahu berapa banyak uang yang sudah dibayarkan Mas Emran untuk cicilan Rumah kami. Aku sudah pada keputusanku untuk menjual Rumah itu, semoga saja ada yang mau membelinya. Uang sisa penjualan itu akan ku lunaskan agar semuanya cepat selesai dan aku tidak punya hubungan apa-apa lagi secepatnya dengan Mas Emran dan keluarganya. Setelah aku mengajukan gugatan perceraian," ucapku."Iya, Raisa. Kamu nggak perlu khawatir. Reyhan aman bersama Mbak. Pokoknya siapapun yang ingin membawanya, Mbak nggak akan izinkan. Mbak terus mengawasi Reyhan. Yang penting masalah kamu cepat selesai."Setelah berbicara beberapa saat dengan Mbak Rita. Akhirnya kami m