Hola!Happy reading and enjoy!Jangan lupa follow akun author.Chapter 18Meet Mama LucyBesoknya Beck keluar dari kantornya pukul sebelas siang setelah memastikan semua catatan yang diberikan kepada sekretarisnya tidak satu pun tertinggal. Beberapa pekerjaan harus ditunda untuk beberapa hari dan pertemuan dengan rekan bisnisnya siang ini terpaksa dibatalkan karena kedatangan Jessie yang mendadak. Tadi malam Beck juga sudah memberitahu orang tuanya jika hari ini ia akan mengenalkan Jessie kepada mereka dan orang tuanya setuju meskipun secara harfiah tentu saja sebagai warga negara Spanyol, mereka sudah pasti mengenal Jessie. Ada sedikit kekhawatiran yang menyelinap di benak Beck, bisa saja ibunya tidak menyukai Jessie mengingat masalah yang membelitnya bermula dari pertemuannya dengan Jessie. Namun, meskipun begitu tidak ada pilihan lain karena di masa mendatang mereka akan menjadi keluarga. Cepat atau lambat, Jessie harus dibawa untuk bertemu orang tuanya. Dulu ketika Beck menjali
Chapter 19Creamy YummyMungkin ini adalah pertama kalinya ia melihat bahan makanan meja dapur meskipun ia pernah tinggal sendiri di Tijuana. Di sana Jessie hanya cukup memanaskan makanan siap saji di microwave, belum pernah mengolah makanan dari bahan mentah."Kau akan memasak sebanyak ini?" tanyanya kepada Lucy. Lucy kembali mengenakan celemeknya. "Hanya masakan sederhana," jawabnya. Bagaimana bisa dibilang sederhana? Berbagai macam sayuran segar masih utuh di atas meja dan daging di dalam mangkuk yang dilumuri bumbu kemudian adonan entah apa yang belum pernah Jessie lihat. "Ini seperti kita akan mengadakan sebuah pesta," desah Jessie dan jujur saja, ia tidak yakin menawarkan bantuan kepada Lucy karena dirinya sendiri pun tidak tahu apa yang harus dilakukan di sana."Kau benar." Lucy tersenyum lebar. "Momen seperti ini sangat langka semenjak Beck dewasa dan sibuk dengan urusannya, kami kehilangan banyak waktu bersamanya." Seingat Jessie, Beck tidak pernah membicarakan tentang ke
Chapter 20Slap with FlowerAyah Beck berdiri di ambang pintu, pria yang sebagian rambutnya telah memutih itu tersenyum ramah kepada Jessie. "Aku terlambat rupanya," ucapnya dengan nada sangat hangat. "Cariño," sapa Lucy kepada Andrés Peyton, suaminya."Meriah sekali hari ini," ucap Andrés kemudian melangkah mendekati Jessie. "Hai, Nak, bagaimana kabarmu?" Mungkin tiga puluh tahun lagi Beck akan terlihat seperti Mr. Peyton, pikir Jessie. Calon ayah mertuanya masih terlihat tampan di usia yang tidak lagi muda dan benar-benar mirip Beck dari segi wajah maupun perawakan. "Kabarku sangat baik, aku sangat senang berada di sini hari ini," ucap Jessie dan ia mengulurkan tangan untuk menjabat tangan ayah Beck. "Kuharap kabarmu juga baik hari ini." Ayah Beck mengecup punggung tangan Jessie. "Kau cantik sekali, Nak. Putraku sungguh beruntung, andai saja aku lahir tiga puluh tahun lebih lambat," ucapnya dengan nada sangat lembut. Jessie terkekeh dan pipinya memerah. "Seharusnya begitu, ya?"
Chapter 21By the PastBeck menyandarkan kepalanya di kursi rumah sakit, matanya terpejam meskipun tidak sedang tidur dan waktu telah menunjukkan pukul empat pagi. Di seberang Beck, Nick merebahkan tubuhnya di kursi panjang dengan posisi lengan menutupi wajahnya, sedangkan sedikit jauh dari Beck, Lexy duduk dengan posisi kedua lengan bertumpu di paha dan menatap lantai.Dua jam yang lalu dokter mengatakan bahwa kondisi Dimitri mengalami penurunan dan detak jantungnya melemah. Tekanan darah tinggi yang dialami Dimitri dan benturan keras di kepalanya dicurigai telah mengakibatkan adanya pendarahan di otak dan pemeriksaan MRI baru akan dilakukan besok pagi. Sangat berat menghadapi keadaan seperti itu, Beck sangat memahaminya karena ia pernah mengalami ketakutan yang luar biasa saat ibunya ditikam oleh Clara, wanita yang melahirkan Nick. Saat itu Beck bukan hanya ketakutan kehilangan ibunya, tetapi juga takut akan kehilangan Vanilla dan sahabatnya. Jika nyawa ibunya saat itu tidak selama
Chapter 22MarriedJessie menerima tisu yang diberikan Sunshine untuk ke sekian kalinya. "Maafkan aku," desahnya dengan suara parau. "Jangan meminta maaf padaku...." Sunshine mengalihkan pandangannya kepada Emilia, penata rias pribadinya yang mulai terlihat putus asa karena harus berulang kali mengulang pekerjaannya. "Aku tidak akan menangis lagi, oke?" Jessie dengan hati-hati menempelkan tisu ke bawah kelopak mata yang basah karena air matanya yang terus-terusan bercucuran. Sunshine mendengus lembut. "Ini hari bahagiamu, Jessie." Jessie kembali meneteskan air matanya, sia-sia saja peringatan Sunshine barusan karena sekuat apa pun ia menahan air mata, setiap kali terbayang ayahnya di ruang ICU, ia tidak bisa untuk tidak menyalahkan dirinya."Tapi, akulah yang membuat Daddy...." "Bukan kau, itu benar-benar insiden," ucap Sunshine dengan nada lembut. "Dengar, hari ini kau harus tampil cantik. Daddy ingin kau segera menikah dan kau mengabulkan keinginannya, beliau akan menyaksikan p
Chapter 23My Room"Aku ingin berbicara dengan Daddy," ucap Jessie melegakan Beck.Seluruh beban prasangka benar-benar lenyap tidak bersisa, Beck mengikuti langkah Jessie mendekati ranjang pasien untuk berbicara dengan Dimitri.Jessie menjilat bibirnya kemudian menghela napas dalam-dalam seraya memejamkan matanya beberapa saat. "Daddy, lihatlah... hari ini aku menikah," ucapnya lirih dan ia dengan hati-hati menyentuh tangan Dimitri. Rasanya memprihatinkan, siapa pun tidak ingin melangsungkan pernikahan di depan orang tuanya yang sedang sekarat. Beck tidak mampu mengucapkan apa pun, ia hanya bisa menenangkan Jessie dengan meletakkan kedua tangannya di pundak Jessie kemudian mengusapnya dengan perlahan."Kami akan melangsungkan pesta nanti setelah kau sembuh dan aku tidak mau tahu, kau harus sambuh untukku, Daddy." Beck menelan ludah. Mereka belum membicarakan pesta pernikahan, tetapi tentu saja pesta pernikahan pastinya sangat penting.Dokter yang berada di samping ranjang pasien me
Chapter 24Call my NameKali ini giliran Jessie yang menyeret pergelangan tangan Beck sebelum pria itu memberikan keputusan kamar mana yang akan mereka gunakan. Jessie sudah memutuskan di kamar mana yang akan mereka tinggali malam ini. Jessie membawa Beck melewati arah yang berlawanan dengan arah semula karena sebenarnya saat Beck menyeretnya, pria yang baru saja menjadi suaminya itu salah arah. Ia ingin memberitahu, tetapi Beck sepertinya salah paham dan menganggapnya tidak bersedia menikmati malam pengantin. Lorong itu tidak membawa mereka ke kamar siapa pun, tetapi lorong itu adalah jalan menuju ruang belajar dan perpustakaan yang buku-bukunya mungkin lebih tua dibandingkan usia nenek Jessie di Aínsa. Jessie sudah cukup dewasa, tidak perlu bersikap berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang Beck maksud. Lagi pula, mereka sekarang adalah pasangan yang sah dan sudah sewajarnya jika mereka tinggal di satu kamar. Jessie mendorong pintu kamarnya kemudian dengan tergesa-gesa menutupn
Chapter 25Sexy!Jessie membuka matanya dan tidak mendapati Beck di tempat tidurnya, ia menduga Beck pergi ke rumah sakit setelah dirinya tertidur. Sudah pasti, pikirnya. Tidak ada alasan untuk Beck tinggal bersamanya sampai pagi, mereka juga belum membicarakan apa-apa yang berhubungan dengan tempat tinggal selama masih di Madrid. Jessie menatap sepreinya yang terlihat kusut dan kacau, penyebabnya tentu saja dirinya dan Beck yang bukan hanya satu kali melakukan percintaan yang erotis. Tangannya terulur menyentuh tempat Beck berbaring seraya memeluknya tadi malam dan menghela napasnya. Rasanya ia masih dapat merasakan aroma samar-samar parfum yang ditinggalkan Beck.Sialan. Jessie tidak tahu harus bagaimana nanti menghadapi Beck. Haruskah nanti bersikap selayaknya pasangan pengantin baru atau bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa di antara mereka. Jessie kembali menghela napasnya dan turun dari tempat tidur lalu menekan bel untuk memanggil pelayan. "Yang Mulai, apa yang Anda butuh