"Ughh!" Shayra merentangkan kedua tangannya sambil menguap mengenyahkan rasa ngantuknya.
Wanita itu mengusap wajahnya pelan lalu beranjak bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi. Shayra menyikat gigi tak lupa mencuci muka setelahnya ia keluar kamar mandi dan berjalan keluar kamar menuju dapur.
'Sialan, gue beneran menginap di rumah si brengs*k ini! Ah, Tunggu di mana dia?' kening Shayra mengerut seiring dengan kebingungan yang menderanya.
Shayra terus melangkah menuju dapur sambil memikirkan keberadaan Adien dan melihat-lihat sekitar.
Tampaknya kondisi dan keadaan rumah Adien sekarang berbeda dari keadaannya beberapa waktu lalu saat Shayra pernah diculik sampai sakit dan rawat oleh penculik dirinya sendiri yakni Adien.
"Ruang tengah yang berbeda dengan suasana yang lebih terasa nyaman dan hawa ruangan yang lebih segar. Mmm ... sibreng*sek itu sepertinya mengubah p
Pada akhirnya Shayra hanya sibuk sarapan sambil menonton sampai lupa pulang dan terus berada rumah Adien. Jangan tanya kenapa bisa sibuk sarapan terus karena mana mungkin ada makanan yang di makan tapi tidak habis.Shayra terus sarapan memang bukanlah karena makanannya tak kunjung bisa ia habiskan, tetapi ia nambah terus memakan apa saja yang asisten rumah tangga Adien masak pagi ini, bahkan Shayra juga tak segan minta dibuatkan makanan saat semua sarapan sudah dihabiskannya.Seorang isteri dalam serial televisi chanel ikan terbang yang sedang menangis terseduh-seduh, Shayra yang menontonnya membuatnya jadi ingin makan terus."Ch, wanita lemah dasar bodoh! Mau-maunya ditindas lakiloh. Kedukun gih santet suamimu biar mati dan habiskan hartanya!" Celetuk Shayra menyeru greget menyaksikan peran wanita tak berdaya dalam sinetron yang ditontonnya."Begonya minta ampun, astaga!" Lanjutnya mengeram kesal.
Adien sedang konsultasi mengobati luka pada wajahnya pada dokter Syaniah. Dokter yang merupakan dokter kepercayaan keluarganya sekaligus teman dekatnya.Dokter tersebut merupakan dokter yang sama dengan dokter yang pernah memeriksa kondisi Shayra yang pernah tiba-tiba jatuh tidak sadarkan diri saat dikantornya.Meskipun dekat keduanya jarang akur dan tidak pernah lupa bertengkar adu debat tiap ketemu. Tapi tidak ada dendam diantara keduanya, perdebatan yang mereka lakukan hanya rutinitas biasa yang tidak boleh lewat."Kau ini ini sebentar lagi akan menikah, tapi masih saja kekanakan!" Seru dokter Syaniah mengejek Adien."Kekanakan gini aku sudah menghasilkan anak." Adien datar membuat dokter Syaniah tak tahan dan mencebikkan bibirnya kesal."Dasar mulut loh enggak ada filter-nya apa? Asal ceplos omong kosong doang ....""Bukan urusan kamu!" Sarkas Adien ketus tanpa dosa
Shayra sedang tidur siang setelah menghabiskan banyak makanan sebagai porsi sarapannya. Pada saat terbangun ia kaget dan heran.Seingatnya sebelum tidur ia sedang berada dalam kamar Adien. Duduk sebentar agar makan yang baru saja dihabiskan olehnya tak keluar atau dimuntahkannya saat berbaring. Setelah merasa cukup barulah Shayra berbaring dan tak lama kemudian tertidur karena ia memang sudah teramat mengantuk.Namun saat ini tempat Shayra terbangun bukanlah kamar Adien, tapi kamar lain yang terlihat lebih besar dan luas ketimbang kamar Adien.Shayra mengerut bingung terlebih saat banyak gaun pengantin berjejer dalam kamar tersebut dan seperangkat lain sejenisnya."Duh Shayra kamu ini, membuat Mama khawatir saja! Lain kali jangan makan terlalu banyak ya, Nduk! Kasian adik iparmu panik karena ulahmu satu ini. Mama sampe di telepon dan berpikir kamu kenapa-napa tadi," jelas Mamanya.Shayra mengan
Setelah aksi kaburnya dipergoki oleh Adien, Shayra belum menyerah. Jika tidak bisa keluar kamar untuk kabur maka baiklah, Shayra tidak akan keluar dan mengunci diri di dalam kamar agar pernikahannya batal.Knop pintu pun diputar sampai pintu menutup dan Shayra menguncinya lalu mencabut kuncinya dari lubang kunci.Seulas senyuman terbit membentuk lekukan indah pada bibir Shayra."Ch, dia pikir dia siapa? Beraninya ngajak nikah. Sudah begitu enggak tahu malu, ditolak mentah-mentah tetap aja ngeyel mau nikahin aku. Gila ... gila ...." Shayra menggelengkan kepalanya tak habis pikir pada Adien. "Nantinya aku mau jadi apa? DDijadikan istri atau malah dijadikan babu. Ihh, ngeri juga ...."Shayra menghela nafas pusing dengan pikirannya sendiri. Dari pada terus melakukan hal itu terus-menerus, Shayra malah beralih menggeser lemarinya dengan susah payah kemudian disusul dengan sebuah meja yang keduanya digunakannya untu
Adien terbangun oleh silau matahari terbit yang mengintip dari celah gorden jendela kamarnya. Pria itu mendadak tersenyum miring mengingat kejadian dirinya yang telah berhasil mendapat Shayra dan mereka telah menikah.Masih belum sepenuhnya sadar dan masih setengah terpejam, Adien merapatkan dirinya pada Shayra wanita yang kini jadi miliknya. Dia lantas berpikir bahwa saat ini sepertinya cocok untuk menjahili istrinya itu. Adien pun mengulurkan kedua tangannya makin mengeratkan pelukannya sambil mendaratkan benda lembut dan lembab miliknya mengecupinya dengan gemas berulang kali.Namun sesuatu yang aneh mulai Adien rasakan. Shayra yang dipeluknya terasa tidak bergerak dan sangat empuk tidak bertulang. Sontak Adien membuka mata dan bangkit seketika untuk memeriksa.Kedua bola matanya membola disusul dengan dengusan kasar yang keluar darinya."Sial! Bagaimana dia tega bangun lebih awal dan meninggalkan
Adien menyeringai senang dan auranya tampak lebih bersinar sejak menikah. Hasil memang tak pernah menghianati hasil dan hati memang tak pernah berbohong. Meskipun tak ada jaminan cinta pasti yang membuat Adien begitu menginginkan Shayra menjadi isterinya, namun keinginan hatinya untuk memiliki wanita itu menjadi miliknya bukanlah hasratnya.Tidak tahu perasaan apakah itu, bisa jadi itu panggilan jiwanya dan begitu terjadi Adien begitu mensyukurinya. Dia bahkan menjadi pria paling beruntung memiliki istri seperhatian Shayra. Tidak salah, Shayra memanglah perhatian kepadanya walaupun seringkali berbicara dengan ketus dan acuh.Wanita memang aneh dan Shayra juga demikian. Susah payah menolak menikah dengan Adien, tapi saat menjadi seorang istri wanita itu justru menjadi istri yang penuh pengertian ketimbang memberontak atau membuat Adien menyesal menikah dengan dirinya.Entahlah, Adien sendiri juga merasa aneh dengan hal itu meski tidak terlalu memik
Meskipun sedang ngambekan ternyata Shayra masih saja mau melayani Adien. Istrinya itu dengan suka rela mempersiapkan kebutuhannya dan saat lembur di rumah, Shayra juga tanpa sungkan menawari kopi juga menemani. Meskipun di sisi lainnya Shayra melakukan semua hal tersebut atas dasar nasehat dari ibunya yang mengatakan, "sudah jadi melayani suaminya apapun situasinya." Serta Shayra juga mengingatkan Adien bahwa apa yang dilakukannya semata-mata adalah karena ibunya, kewajiban dan bukan karena perhatian juga alasan lain mulai menyukai Adien.Adien yang awalnya geram akan hal itu, perlahan-lahan mulai membiasakan dirinya dan bersumpah akan membuat apa yang Shayra lakukan sebagai kewajiban akan diubahnya menjadi sebuah perhatian."Baiklah. Hm, makan malam dengan ayam kecap pedas manis bagian sayapnya." Adien berkomentar menatap masakan Shayra dengan berselera."Kenapa, apakah kau tak suka?" Tanya Shayra mengerut sambil menatap taj
"Kalau ngerjain suami sendiri salah nggak sih, Din?""Hah, maksud kamu apa?" Dinda mengerut tak mengerti. "Kembali dari ruangan pak Bos kamu langsung nanyain salah atau tidak jika mengerjai suami?" Lanjut Dinda memastikan.Suara mengangguk. "Iya maksudku aku se-benarnya telah membuat pak Adien mes-eh maksudnya rese, hampir seminggu ini makan dengan menu ayam kecap terus dan itu bagian sayapnya mulu ...," cicit Shayra pelan menjelaskan."Enggaklah." Dinda menjawab dengan yakin."Tapi kata Mama aku tiap kali kami teleponan, selalu aja kasih nasehat begini, 'jadilah istri yang patuh pada suami ya, Nduk. Jangan melawan, jangan sekali-kali membantah ucapannya dan jangan kamu susahkan dia. Ingatlah bahwa setelah menikah surgamu bukan lagi pada Mama, tapi sudah berpindah pada suamimu.' Kalo aku ngerjain artinya bukankah sama saja dengan aku sudah menyusahkan dia? Terus kenapa kamu bilang en