Sahabat Kakak, Pacarku!

Sahabat Kakak, Pacarku!

last updateLast Updated : 2025-10-20
By:  Soju KimchizzUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
12views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Salah satu kelebihan memiliki seorang kakak cowok adalah... iyap! Bisa tebar pesona ke teman-teman tampannya. Yuki, seorang pejuang perguruan tinggi negeri, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan sahabat kakaknya. Pria tinggi, tampan, dan ramah seperti tipe pria idamannya. Belum lagi nilai tambahnya, pria itu adalah mahasiswa kedokteran hewan yang cerdas, menambah keinginan Yuki untuk mendekatinya. Namun, siapa bilang itu mudah? Kairo, kakak Yuki jelas menolak maksud adiknya itu. Yuki mati-matian mengambil hati Arga, sahabat kakaknya. Namun, kakaknya malah mati-matian melarang adiknya. Lantas... apakah perjalanan cinta Yuki akan berjalan sesuai kehendaknya? atau malah... berakhir dengan jejak tangis di permukaan bantalnya?

View More

Chapter 1

Oyen

Dari luar, rumah dua lantai bergaya modern minimalis itu tampak seperti hunian keluarga dambaan P*******t, bersih, estetik, dan adem. Tapi begitu pintu dibuka, suasananya lebih mirip drama survival.

Di ruang tengah, seorang gadis remaja dengan bantal lepek di kepala melotot kesal ke arah tangga. Yuki, calon mahasiswa yang masih jungkir balik belajar soal SNBT, benar-benar terganggu.

"KAK! Sumpah, ini udah naik turun tangga ke berapa kali?!" teriaknya, memicing ke arah Kairo yang lagi-lagi turun tangga dengan langkah panik, seperti sedang ikut lomba lari estafet.

"Ssst! Pelan dikit, itu si Oyen muntah lagi! Kayaknya dia nggak cocok naik motor deh, atau... ya ampun, jangan-jangan dia stres denger aku nyanyi di perjalanan?" Kairo bergumam, setengah berbicara ke diri sendiri.

Kairo, mahasiswa semester dua jurusan pendidikan dokter hewan, baru banget ngerasain kerasnya hidup dunia praktikum. Dan hari ini, dia dititipi seekor kucing jingga untuk dibawa ke kampus besok.

Masalahnya, si kucing kayaknya gak sepakat dengan rencana hidup Kairo.

"Bayangin aja, dek. Aku baru aja jadi maba, terus udah harus mandiin kucing, ukur suhu tubuhnya, eh sekarang bersihin muntahan di tiga tempat! Ini ujian mental atau percobaan sabar sih?"

Yuki menjauh sejauh mungkin dari sumber kekacauan sambil memeluk bantal. "Nope. Cancel. Aku gak jadi daftar jurusan yang ada-ada bau hewan. Makasih, kak, udah memperlihatkan realita kelam dunia perkuliahan."

Kairo menghela napas panjang sambil memandangi Oyen yang sekarang rebahan manja di atas handuk hangat. "Aku juga nggak yakin dia bakal anteng dipakai praktikum besok. Tapi dia lucu... kalau lagi gak muntah."

"Sini! Bantu pegangin Oyen bentar. Kakak mau cek suhunya, dia kok kelihatannya lemas," seru Kairo sambil membawa thermometer digital dan wajah serius kayak dokter bedah yang baru turun dari helikopter.

Yuki mendesah keras, tapi tetap berdiri. Dengan langkah penuh drama, dia menghampiri Kairo dan kucing jingga yang tampak innocent, padahal menyimpan niat jahat di balik mata bulatnya.

"Yang bener ya pegangnya! Kalau dia kabur, bisa ditulis praktikum gagal di laporan kakak!" ujar Kairo dengan ekspresi panik campur ancaman.

"Iya, iya! Aku pegangin nih. Buruan, cepet taruh aja termometernya di ketek Oyen, sebelum dia..."

"KETEK?!" potong Kairo dengan suara nyaring.

Yuki menatap kakaknya, bingung. "Lah, iya. Emang bukan di situ ya?"

Kairo menghela napas dalam-dalam, seperti sedang menyiapkan hati untuk mengucap sesuatu yang bisa mengubah dunia. "Termometer hewan... masuknya lewat... DUBUR."

Yuki diam.

Sepuluh detik kemudian, "KAKAK SERIUS GAK SIH?! Ini bukan malpraktik?! Gimana kalau dia trauma dan kabur ke rumah tetangga?!"

Tapi Kairo sudah dalam mode fokus, memposisikan termometer sambil mengelus punggung Oyen. "Tenang, asal pelan-pelan dan kamu tahanin, dia gak bakal—"

"NYAAAAAARRRRGHH!!"

Sebuah cakar tajam melesat cepat. Suara kucing campur suara Yuki memecah keheningan sore. Yuki menjerit keras.

"AAAAAAAKH! KAK!!! Dia nyakar tanganku! Ini kayak disayat jodoh yang pergi tanpa pamit!!"

Kairo buru-buru menarik termometer, sementara Oyen langsung loncat dan ngilang entah ke mana, meninggalkan dua manusia yang now officially chaos.

Yuki memandangi lengannya yang sekarang ada jejak merah tiga garis. "Ini... ini... ini pertanda! Aku tuh gak ditakdirkan berurusan sama hewan! Udah pasti!"

Kairo, yang masih sibuk mengecek hasil suhu dari layar kecil termometer, bergumam, "36,9. Aman."

"Yang gak aman itu tanganku, Kak!" Yuki melempar bantal ke arah Kairo yang langsung tangkis pakai kertas laporan praktikum.

Sore itu, suasana rumah mereka tenang... kecuali jeritan Yuki tiap kena alkohol.

Dan Oyen? Setelah kabur, dan kembali lagi. Dia tidur nyenyak di atas sofa. Seolah tidak pernah mencakar Yuki.

Ting... Tong...

Suara bel pintu membuat Yuki spontan berdiri dari sofa, meski lengannya masih terasa perih bekas cakar Oyen. Wajahnya langsung cerah.

"MAMAAAA!!!" teriaknya seperti baru menang kuis berhadiah motor.

Ia berlari ke arah pintu depan dengan ekspresi bahagia, membayangkan sosok sang mama yang akan datang membawa makanan dan pelukan hangat. Tanpa pikir panjang, Yuki membuka pintu lebar-lebar dan langsung memeluk orang di depannya.

Namun, sebuah suara bariton yang asing memecah harapannya.

"Maaf..."

Yuki terdiam. Pelukannya membeku. Otaknya mendadak loading 99%.

Pelan-pelan, ia melepaskan pelukannya—penuh ketegangan seperti di adegan sinetron. Matanya membulat saat melihat pria yang berdiri di depannya. Tinggi. Kulit putih. Rambut sedikit berangakan. Wangi. Dan... bukan mama.

"Ma-ma-maaf... kamu siapa?" tanya Yuki dengan wajah yang langsung memerah kayak tomat rebus.

Pria itu tersenyum sopan sambil celingak-celinguk, berusaha tidak kelihatan awkward, meskipun jelas-jelas barusan dipeluk tanpa izin.

"Aku Arga. Temannya Kairo. Ini benar rumahnya Kairo, kan?"

Yuki hanya bisa mengangguk pelan, wajahnya sudah seperti nasi goreng kepedesan. "Kak!!! Kakak!!!" teriaknya sambil lari sekencang mungkin ke ruang tamu. Tangannya langsung menyapu bukunya yang berserakan di meja, lalu tanpa menoleh ke belakang, dia melesat naik ke lantai dua. Pintu kamar langsung ditutup rapat seperti ingin mengubur aibnya.

Begitu napasnya stabil, Yuki terduduk di balik pintu.

"Gila... tuh cowok ganteng banget!" gumamnya dengan tangan menutup wajah. Pipinya masih panas.

Sementara itu di bawah...

Kairo menatap Arga dengan alis terangkat. "Lo udah sampe? Cepet banget. Eh, ketemu adik gue ya?"

Arga mengangguk sambil nyengir tipis. "Iya, ketemu sih tadi..."

Setelah berhasil mengubur rasa malu dengan cara berguling-guling di ranjang empuknya, Yuki segera meraih ponsel yang tergeletak di sana.

Dengan jari gemetar campur excited, dia menekan nama kontak sahabatnya.

📞 Yuki: "Zaraaa! Lo harus tahu sekarang juga! Penting!"

📞 Zara: "Astagaaa! apa? Lo udah fix jurusan kuliah lo?"

📞 Yuki: "Bukan! Ini lebih penting dari masa depan gue! Kakak gue bawa temennya ke rumah, dan, sumpah, dia... GANTENGNYA KAYAK MAHLUK SURGA!"

Yuki hampir saja mengguling di kasur lagi saking senangnya, tapi buru-buru nahan karena ingat kejadian tadi masih membuat jiwanya labil.

📞 Zara: "Lo lebay. Gantengnya ngalahin ketua OSIS kita yang tiap senyum bikin semua cewek batal diet?"

📞 Yuki: "Zar... ini bukan sekadar senyum. Ini tuh... visualnya keras! Lo tahu gak, kayak cowok di iklan parfum yang jalan pelan-pelan terus ada angin berhembus dari arah yang gak jelas. Gitu!"

Zara di seberang sana hanya bisa menghela napas. Sahabatnya memang selalu dramatis kalau udah urusan cowok.

📞 Yuki: "Gue gak ragu. Serius. Temennya Kairo itu jauh lebih ganteng. Gue kayak nemu harta karun di depan pintu."

📞 Zara: "Awas lo jadi stalking akun medsosnya terus nyebut dia 'sayang' dalam hati."

📞 Yuki: "Tutup mulut lo, itu rahasia nasional!"

Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari lantai bawah.

"DEK!! DEK!!" teriak Kairo seperti biasa, dengan nada darurat seolah rumah kebakaran, padahal paling cuma kehabisan es batu.

📞 Yuki: "Eh, udahan dulu ya. Kakak gue manggil. Gue harus jaga image."

Tanpa menunggu jawaban Zara, Yuki menutup telepon, langsung bangkit, berdiri di depan kaca.

Refleks, dia merapikan rambut, mencubit pipinya biar lebih merona, dan menuruni tangga dengan langkah selembut kabut pagi.

"Apa sih, kak?" tanyanya dengan suara pelan, nada sopan, mata bersinar penuh kontrol diri.

Kairo yang lagi duduk di ruang tamu menatap adiknya dengan tatapan waspada. "Buatin es dong," katanya sambil memainkan HP-nya.

Yuki melirik sekilas ke arah dapur, lalu pandangannya beralih ke... Arga, yang sedang jongkok di dekat Oyen, memberinya vitamin sambil mengelus bulunya dengan hati-hati.

Tiba-tiba dunia terasa slow motion.

Yuki berjalan ke dapur dengan gaya anggun (padahal biasanya kayak tank Tentara), lalu kembali lima menit kemudian sambil membawa nampan berisi jus apel dan camilan ringan.

"Silakan, kak. Jus apel dan camilannya," ucapnya lembut, meletakkan nampan di meja seperti seorang barista estetik dari café mahal.

Kairo menatap adiknya, nyaris tidak percaya. "Lo gak salah makan sesuatu, kan?"

Biasanya Yuki kalau disuruh ngambil air aja, bawa dengan sumpah serapah dan jalan sambil jedag-jedug. Tapi sekarang?

Penuh senyum. Penuh keanggunan. Penuh acting.

"Makasih ya." Suara Arga menyusul, membuat jantung Yuki naik lift ke lantai tujuh belas.

Yuki tersenyum sekilas lalu cepat-cepat kabur ke dapur. Begitu sudah aman, dia berdiri mematung, wajahnya merah padam.

"Gue harus jaga wibawa. Gue harus jaga wibawa!" bisiknya sambil menepuk pipi sendiri.

Di ruang tamu, Kairo hanya bisa mendesah, lalu menatap Oyen.

"Gue gak yakin lo satu-satunya yang butuh vitamin hari ini, Yen."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status