Home / Romansa / Bahagia Setelah Terusir / Anak Yang Dibanggakan (2)

Share

Anak Yang Dibanggakan (2)

Author: El Nurien
last update Last Updated: 2022-11-10 13:18:32

“Tadi katanya mau masuk ke kamar Evan, terus datang marah-marah. Siapa yang bikin kamu begini? Tera?”

“Sudahlah. Malas ngomongin perempuan itu.” Sanad naik ke atas ranjang, lalu memasukkan kakinya ke dalam selimut dan berbaring.

Hayati merebahkan kepalanya di bahu Sanad. Laki-laki itu langsung menyambutnya tanpa suara. Hayati ikut terdiam. Sanad memang selalu menyambut sikapnya, tetapi ia tahu hanyalah sentuhan kosong. Hati laki-laki itu tidak pernah untuknya.

*** 

Sambil membelai rambut Hayati, Sanad memejamkan mata. Namun, pikirannya masih tertinggal di kamar Evan. 

Mata nyalang, tetapi berair masih melekat di benaknya. Ia memang sengaja mengucapkan hal itu untuk melihat reaksi Tera. Namun, mengapa reaksi itu di luar dugaannya.

'Kenapa harus marah? Bukankah ia pernah melakukan itu?'

*** 

“Mama tidak mengerti, kenapa kamu selalu bersikap kasar pada Tera? Apa salah dia?” tanya Fatima ketika di dalam mobil yang mengantar ke pekerjaan mereka. 

“Bukannya dari dulu saya begini?!” jawab Sanad tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar tablet. 

“Tapi pada Tera kamu lebih kasar padanya?” bantah Fatima.

“Dia itu ….” Ucapannya terhenti mengingat ada Hayati bersama mereka. Info buruk yang ia dapatkan tentang Tera cukup hanya dirinya yang tahu, tidak perlu disebar luaskan.

Hayati mengerutkan kening. 

“Dia kenapa?!” cecar Fatima.

“Tidak apa.” Ia kembali pada layar tabletnya. Tiba-tiba ponselnya berdering. “Ya?” ucapnya setelah memasang earphone. 

“Iya, dia ke sekolah Evan. Kau terus awasi dia. Jangan sampai ada yang terlewatkan. Mengerti?!” 

“Kamu memata-matai Tera?” tanya Fatima setelah Sanad melepaskan earphonenya.

Sanad mengangguk. 

“Sampai sejauh itu?! Kamu keterlaluan, San!” hardik Fatima. Hayati yang duduk di samping Fatima terkejut. Sangat jarang Fatima meninggikan suaranya. 

Sanad berpaling. “Ma, dia masih orang asing dan kita menyerahkan Evan padanya, wajarlah jika aku ekstra hati-hati.”

Fatima menggelengkan kepala. “Sekian tahun berkecimpung di pertarungan bisnis, aku kira kamu sudah bisa mengenali orang.” 

Sanad membuka mulutnya, tetapi tidak ada suara yang keluar. Hayati meneguk salivanya. Sekian lama membersamai keluarga Sanad, baru kali ini ia melihat perdebatan. Entah mengapa ia iri pada Tera. Meski dengan kecurigaan, setidaknya Tera telah mendapatkan perhatian seorang Sanad.

***

Setelah mengantar Evan ke sekolah, Tera mencari minimarket terdekat. Ia mengambil kerupuk merk Teratai, tetapi pada saat mau ke kasir, tiba-tiba ia berpaling, bersembunyi pada sebuah rak. 

“Rasid?” gumamnya. Ia melihat salah satu anak buahnya sedang berbicara dengan karyawan minimarket. 

Tera menaruh kerupuk, lalu mengikuti Rasid keluar, hingga sampai pada sebuah motor, ia menyeret lengan Rasid.

“Apa-apaan ini?” pekik Rasid, tetapi seketika ia terdiam begitu mengenali orang yang menyeretnya.

Tanpa suara, ia terus menyeret Rasid hingga sampai ke samping bangunan. 

“Ceritakan apa saja yang terjadi di Teratai?” 

Rasid menghela napas. “Banyak yang terjadi, Kak. Teratai sekarang dikelola oleh oleh Kak Kembang dan suaminya.”

“Maju?”

“Secara jumlah produksi maju, tapi secara kesejahteraan karyawan ….” Ia menggeleng pasrah. 

“Memang Arbain dan Kembang ….” Ia tak sanggup mengucapkan, jika adiknya berbuat buruk kepada karyawannya. 

Rasid mengangguk. “Mereka marah karena tidak berhasil mendapatkan resep. Padahal kami sendiri memang tidak tahu 'kan.”

Tera tersenyum miring. Selama proses pembuatan, tidak pernah ia melakukan secara sembunyi-sembunyi dari keluarganya. Salahnya Kembang tidak pernah mau menyentuh adonan ataupun ikut handil dalam produksi Teratai. 

“Lalu Acil Nurul?” 

“Acil Nurul dan Rudi mengundurkan diri, juga beberapa orang. Maafkan aku, Kak. Aku tidak berdaya. Padahal Kakak sudah banyak membantu keluargaku,” ucap Rasid menunduk.

“Jangan salahkan dirimu. Tetaplah bekerja padanya, selama dia menggajimu secara adil. Oh iya, jangan beritahu aku ada di sini!”

Rasid mengangkat wajah. “Ibu Kakak sakit-sakitan.”

Mata Tera mengembun. “Keberadaan Kembang sudah cukup baginya. Anak sarjana yang selalu dibanggakannya.”

“Tapi ….”

“Aku mohon jangan beritahu mereka. Khawatir mereka tidak puas mengusirku hanya sampai di sini.”

“Tapi bagaimana keadaan Kakak sekarang?”

Tera hanya membalas dengan senyuman. 

“Kak, aku yakin Rudi masih mencintai Kakak. Dia akan melindungimu. Kembalilah.”

Kembali Tera hanya  tersenyum. Lalu menjauh, sambil menengokkan kepala ke kiri dan ke kanan. 

*** 

Di kantor Sanad memperhatikan video yang dikirim informannya. 

“Rudi?” 

Ia mengangkat teleponnya. “Lindungi dia. Sepertinya akan ada dua orang yang akan mencarinya. Kamu perlu cari tahu yang siapa yang namanya Rudi.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bahagia Setelah Terusir   Teratai Dan Danau Bangkau

    "Kamu pakai parfum apa?" tanya Sanad. "Parfum yang kamu kasih." "Aku suka wanginya." Sanad tergoda membaui aroma lembut di leher Tera. Tera merasakan bulu romanya merinding. Kehangatan napas Sanad menimbulkan reaksi alamiah yang membuat Sanad semakin bersemangat."San, hati-hati, kamu tidak bisa mandi lo." Tera mengingatkan.Tera menghempaskan napasnya. Ia segera bangkit, dan menurunkan kakinya ke lantai. "Aku pingin lihat Evan. Kok nggak ada suaranya." Tangan Sanad menyambar pinggangnya. "Tadi dia sama Lilac.""Aku pingin lihat, khawatir badannya bentol-bentol."Sanad menarik bahunya hingga terbaring. Seketika tubuhnya terkunci oleh sebelah tangan kekar."Tadi aku sudah minta Lilac agar mengolesi kulitnya dengan lotion anti nyamuk." Sanad meletakkan bibirnya di leher Tera. "San, kamu berani berendam di tengah malam? Bukan mandi di kolam rumah lo.""Kita mandi bersama.""San …." Mendadak bibirnya terkunci oleh

  • Bahagia Setelah Terusir   Ending (Season 1)

    "Benarkah? Janji?!""Iya …."*** Kamar Tera kini dihiasi layaknya kamar pengantin. Ada sedikit berbeda di kamar Tera dibanding kamar pengantin umumnya. Di zaman sekarang, pengantin lebih banyak menggunakan ranjang modern tipe divan bed, sedang Tera memilih tipe ranjang kelambu. Ranjang yang memiliki kanopi supaya bisa dipasang kelambu. Dulu orang Bangkau banyak memakai tipe ini, mengingat kampung mereka banyak nyamuk. Perlahan ranjang kelambu kekurangan peminatnya, karena ranjang divan bed setiap masa desainnya semakin modern dan untuk menghiasi kamar pun semakin banyak kreasinya. Soal nyamuk, itu nanti dipikirkan, yang penting terlebih dahulu menikmati sebagai sepasang raja ratu, meski hanya sehari.Berbeda dengan Tera, mengingat Sanad bukanlah orang Bangkau, tentu nyamuk bukanlah perkara bisa dianggap enteng. Pertama kali yang dipikirkannya bagaimana supaya suaminya bisa tidur dengan nyaman tanpa adanya gangguan nyamuk. Menggunakan obat nyamuk sepanjang malam bukanlah pilihan ya

  • Bahagia Setelah Terusir   Ending (Season 1)

    "Cil." Tera ikutan menangis. "Kenapa ngungkit itu, kan jadi nangis." Ia mengusap wajahnya kasar.Kembang mengambilkan tisu, lalu meletakkan di tengah-tengah."Terima lah dia. Dilihat kesungguhannya ingin beli Teratai Kedua, terlihat dia sangat ingin membahagiakanmu. Masalah perbedaan, asal sama-sama mau berusaha dan terbuka, seiring waktu kalian akan bisa saling mengimbangi.""Cil." Tera meletakkan wajahnya di pangkuan Acil Nurul. Tangisnya makin menderu. Bastiah dan Kembang ikut mengusap wajahnya. Air mata Acil Nurul tak henti-hentinya mengalir. Sebelah tangannya membelai rambut Tera. "Doa Acil akan selalu menyertaimu."***Hari lamaran tiba. Mengingat Bastiah sering menyebut perbedaan, Sanad mengantisipasi dengan hanya melibatkan keluarga dari pihak ibunya yang berada di Baruh Kambang. Secara kelas social mereka tidak terlalu berbeda. Ditambah Muallim Ibrahim, keluarga Tera yang tinggal di Baruh Kambang mem

  • Bahagia Setelah Terusir   Menuju Ending (2)

    “Aku pergi dulu. Jaga diri baik-baik. Malam ini aku akan ke sini.”“Jangan!” jawab Tera cepat. "Kenapa?" "Kamu lihatlah, bagaimana mereka," bisik Tera sambil mengerling ke arah kumpulan tetangga. "Tapi masih banyak yang harus kita bicarakan.""Kita bisa bicara lewat telepon kan?""Iya, sih. Tapi ….""Ayo lah …."Akhirnya mau tak mau, Sanad harus mau menuruti Tera. Benar saja, begitu mobil Sanad menjauh, ibu-ibu di kumpulan itu langsung memberondongnya. Mereka mengikuti Tera sampai ke dalam rumah. "Bagaimana keadaanmu, Tera? Alhamdulillah, akhirnya bisa pulang," ucap salah seorang ibu yang muka cemongnya dengan pupur basah. "Aku nggak menyangka lo, Tera. Kamu kemarin sudah kayak mayat," imbuh seorang perempuan muda. "Oh iya, laki-laki tadi menyelamatkanmu kemarin kan? Dia siapa? Jangan katakan dia langganan kerupukmu!""Mulai," batin Tera. Bastiah datang membawa

  • Bahagia Setelah Terusir   Menuju Ending

    "Jangan khawatir. Aku hanya butuh akuisisi. Produksinya tetap mereka yang tangani, kamu hanya bertanggungjawab bagian pengembangan." Tera menghela napasnya. "Tapi … apa aku bisa? Teratai Produksi yang sempat jaya bertahun-tahun, sekarang kolaps padahal ditangani seorang sarjana. Rudi cerita produksi Teratai Kedua juga mengalami kemunduran, apa aku bisa membangkitkannya, padahal kamu telah mengeluarkan banyak biaya." "Kamu pasti bisa. Kamu dengarkan Mama sudah menawarkan tempat untukmu, tinggal produksi saja lagi dengan kualitas sebaik mungkin." "Aku takut mengecewakan."Sanad meraih bahu Tera. "Aku percaya kamu pasti bisa.""Coba saja, Tera. Nanti aku langsung akan cek barangnya, aku tidak akan segan menolak, kalau memang itu tidak layak bertengger di minimarket kami."Tera mengangguk. "Terima kasih, Bu.""Semangatlah." Sanad mendekatkan wajahnya ke telinga Tera. "Ini kesempatanmu membuktikan diri kalau kamu layak jadi istri Sanad."Tera berdecak. Fatima tersenyum penuh arti. Tapi

  • Bahagia Setelah Terusir   Orang Kota dan Orang Kampung

    "Belum apa-apa sudah nyusur. Tera, kamu dan dia jauh banget. Dia orang kota, kita orang kampung. Orang kampung masih polos. Bagaimana kamu bisa hidup sebebas dia? Belum jadi istri sudah berani cium. Kamu juga, diam aja dicium," gerutu Bastiah. Elang tertawa. "Siapa bilang orang kampung itu masih polos? Sekarang informasi mudah diakses, jadi hal semacam itu bukan lagi hal tabu. Ibu saja yang tidak memperhatikan perubahan zaman.""Pokoknya aku tak suka dengan orang kota. Mereka nggak akan bisa beradaptasi dengan lingkungan kita.""Sudahlah, Bu. Kenapa sih selalu maunya punya Ibu yang dijalankan?" sanggah Elang."Bukan begitu. Orang tua itu sudah banyak makan asam garam," sahut Bastiah. "Aku tau. Tapi Kak Tera juga sudah dewasa. Apa yang terjadi nanti, tentu dia sudah siap menghadapinya. Yang merepotkan, jika Ibu bersikukuh dengan pendapat Ibu, tiba-tiba nanti dia mengalami hal buruk, maka beban yang dirasakan Kak Tera akan terasa lebih be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status