Violetta's pov
"Sore, apakah kamu salah satu karyawan baru?" Tanyaku pada gadis itu dengan berpura pura tidak tahu.
"Tidak," balas gadis itu padaku.
"Cukup Natasha! Keluar dari sini!" Perintah Davin dan menunjuk ke pintu keluar.
"Tapi-"
"Tidak ada bantahan, keluar!" Potong kembali Davin dan mulai berdiri menatapnya dengan tajam.
Dengan segera, gadis itu menatapku dengan sinis dan mulai meninggalkan ruang suamiku. Seketika, ruangan menjadi hening karena aku lupa ingin melakukan apa.
Aku pun ingin keluar juga dan tiba tiba..
Sret...
Aku tertarik oleh pegangan suamiku dan ia memelukku. Aku pun tetap diam sebagai balasan bahwa aku masih kesal pada sikapnya sebelumnya..
"Maaf.." gumamnya dengan suara rendah di dekat telingaku dan membuatku bergidik sedikit.
"Hmm.." balasku dan dengan segera melepaskan pelukannya la
Violetta's povAku pun mendengarkan penjelasannya dengan seksama dan mulai mengetahui beberapa hal tentang gadis itu. Ketika aku mengetahui bahwa posisinya cukup besar, aku merasa bahwa diriku tak dapat dibandingkan dengannya sedikit pun..Aku pun tetap diam dan berusaha mencerna berbagai informasi yang diungkapkan oleh suamiku.Setelah selesai mencerna semua informasi, aku mulai bertekad untuk belajar lebih banyak dan dapat menyaingi mantannya.Aku pun kembali menatap Davin dan tiba tiba, ia mengucapkan sebuah hal.."Aku akan mengangkatmu menjadi sekretaris baruku. Apakah kau mau?""Tapi.. aku tidak terlalu pandai dalam hal itu," balasku dengan tak yakin."Nanti kuajari. Sekalian aku ingin kau untuk mencoba mempelajari hal hal baru. Apakah kau mau?" Tanyanya dengan nada hangat."Baiklah," balasku kembali padanya dengan tersenyum.&
Violetta's pov" Ta, ada yang ingin kubicarakan denganmu.." ungkap Davin dan membuatku memandangnya dengan raut bertanya."Nanti akan kuberitahu ketika kita selesai sarapan," lanjutnya kembali dan kubalas dengan anggukan.'Apakah yang akan ia sampaikan padaku?'Pikiran itu terus menerus tercantum di benakku dan mengganggu konsentrasi diriku ketika makan. Aku pun tetap berfikir positif dan mengusir jauh jauh semua pikiran negatif yang berkeliling di kepalaku.Akhirnya, sekeliling menjadi hening sejak perkataan Davin. Hanya terdengar denting sendok garpu yang bertabrakan dengan piring dan detak jam yang terus berputar mengikuti iringannya."Vin, jadi tugas saat jadi sekretaris kamu itu apa saja?" Tanyaku padanya sembari memecahkan keheningan yang melanda."Nanti akan kuperintahkan sekretaris lamaku untuk mengajarimu dan memberitahumu
Violetta's povSelang setelah beberapa bulan, aku telah berhasil menguasai berbagai teknik dan menyelesaikan berbagai tugas dalam jabatan sekretaris. Selain itu, aku juga diajarkan oleh suamiku sendiri cara menghack akun orang hanya untuk kepentingan yang sangat mendesak.Sekretaris lama suamiku telah mengundurkan diri sejak 1 bulan lalu. Aku melihat Felis meraung raung ketika sekretaris itu pergi.. rasanya saat itu ingin tertawa namun kasihan juga padanya...Hari ini, ketika aku sedang mengolah keuangan di perusahaan, aku menajamkan mataku pada nominal yang tertulis pada file file pendistribusian emas. Aku membolak balik semua informasi itu dan merasa ada yang salah.Aku pun berjalan menuju meja kerja suamiku..Tap, tap, tap...Sret.."Vin.. kayaknya ada yang salah sama berkas ini. Coba kamu perhatiin filenya sama pemasukan perusahaan,"
Davin's povTak kusadari, hari telah berubah menjadi malam, kerjaanku masih banyak dan aku pun melepas kacamataku sebentar.aku mulai memijat pelipisku karena rasa nyeri yang muncul di kepalaku.Ketika aku memejamkan mataku,tiba tiba saja aku baru mengingat Violetta. Rasa kuatir muncul perlahan karena sekarang telah gelap dan ia belum mengabariku sama sekali."Sial, aku melupakannya!" Ujarku pada diri sendiri.Dengan segera, aku berdiri mengambil kunci mobilku. Lalu aku pergi dari kantorku dan melajukan mobil ke tempat yang dituju Violetta sebelumnya, pabrik distribusi.Ketika aku sampai, pabrik itu telah tutup. Sementara di sekeliling telah gelap gulita yang membuatku mulai menyesal menyuruhnya untuk menyelidiki orang itu. Dengan rasa panik aku mulai menelponnya."Jawablah Ta..." harapku dengan segenap hati.Namun yang terdengar adalah suara operator, bukan suaranya
Davin's pov"Calon anak?!.." Tanyaku dengan tidak yakin pada dokter tersebut.Ia pun mengangguk padaku dan mulai membuatku tercengang."Jika tuan ingin melihatnya, tuan boleh masuk sekarang.""Baiklah.terima kasih ," balasku padanya dan dibalas dengan senyuman darinya sembari pergi.Tap, tap, tap...Krit....Aku membuka pintu perlahan dan mendapati istriku sedang terbaring di ranjang dengan mata tertutup. Aku pun merasakan dadaku yang sesak ketika melihatnya seperti ini.Aku bahkan tidak menyadari bahwa ia telah mengandung anakku dan karena insiden sebelumnya,calon anakku hampir mati!Aku pun mulai berjalan dan duduk menghadap istriku yang memejamkan matanya..Terdapat lingkar hitam di bawah matanya yang menandakan bahwa ia telah kelel
Violetta's pov"Oklah, jadi kamu mau kami bantu apa?" Tanya Feysya langsung ke intinya."Ini soal perusahaan Davin. Aku merasa bahwa masalah di tempat itu tidak hanya meliputi korupsi, namun juga hal lain telah disiapkan di dalamnya untuk berusaha menghancurkan perusahaan itu. Sepertinya semua hal tidak semudah yang terlihat..." ucapku pada mereka berdua."Oh... kalau gitu rencanamu apa?" Tanya Rio padaku dan mulai kujawab.Aku pun mulai menceritakan rencanaku pada mereka untuk mengungkap kebenaran sebenarnya dari permasalahan perusahaan ini..Setelah itu, kami mulai bersiap untuk pergi ke tempat yang kuduga akan dijadikan sebagai tempat persembunyian.Tap, tap, tap.."Apakah kau yakin? Semua orang itu akan datang ke tempat seperti ini??" Tanya Feysya dengan tidak yakin."Kurasa, tempat yang paling tidak mungkin justru bisa saja menjadi te
Violetta's povAku mulai memberontak ketika tiba tiba dibekap oleh seorang pria yang ditutupi oleh jaket hitam.Sontak aku mulai berusaha melepaskan diri darinya dan tak sengaja menyingkap penutup jaketnya. Akibat dari tindakan itu membuatku melihat seorang yang kukenal..Ketika aku melihat wajah pria yang kusingkap jaketnya, aku terkejut dan berhenti melawan. Tanpa kusadari, pria tadi berusaha mengeluarkan sebuah kain putih dari saku celananya dan membekapnya ke arah hidungku.Aku pun mulai merasa pusing setelah memberontak melawannya dan merasakan mataku yang memberat. Akhirnya, aku menyerah dan memejamkan mataku..Bruk!!"Maafkan aku.." ujarnya sembari menyeret seorang wanita ke sebuah tempat..Davin's pov"Huf... aku masih sulit mencari buktinya. Ia sangat pandai dalam menyembunyikan semuanya," keluhku sembari mulai melihat jam
Davin's povKetika aku sampai, aku melihat bahwa tidak ada apapun di sana. Seolah olah tadi hanya imajinasi yang timbul di pikiranku.Aku pun kembali ke tempat sebelumnya untuk menemui sahabatnya. Bahkan aku sepertinya tidak tahu apa saja identitas sahabatnya itu. Ketika sampai, aku menemukan raut wajahnya yang pucat pasi dan membuatku mengerutkan kening.."Kenapa?" Tanyaku padanya."Kayaknya, Vio lagi dalam masalah.." ujarnya sembari duduk di kursi tadi dengan lemas."Lo tau dari mana??""Gua liat tadi pas kamu pergi Rio hpnya aktif, setelah itu coba kutelpon barusan dan mendapat jawaban bahwa handphonenya telah dimatikan. Dia biasanya gak gitu..." balas kembali sahabatnya itu dan membuatku mulai merasa geger.Aku pun langsung beranjak kembali dan berusaha mencari mereka berdua di tempat lain. Namun, aku tak menemukan sesosok pun dan mulai menduga sesua